Review Film Sumodo, Sejarah, Budaya, dan Sisi Lain Kehidupan Pesumo

Sumodo JFF
(c)2020 "SUMODO: THE SUCCESSORS OF SAMURAI” FILM PARTNERS

Japanese Film Festival (JFF) menawarkan aneka jenis film yang memiliki ciri khas dan sisi menariknya masing-masing. Salah satu film yang turut hadir dalam deretan film berkualitas di JFF yang akan kami review kali ini adalah Sumodo. Film ini bergenre dokumenter dan menceritakan mengenai sumo, sebagai salah satu olahraga tradisional khas Jepang.

Sebelum menonton Sumodo, penulis sudah merasa malas lebih dulu. Tidak menggemari genre dokumenter dan sumo menjadi alasannya. Menurut penulis, saat kedua hal tersebut berpadu, hasilnya adalah sebuah karya yang membosankan dan hanya kantuk yang muncul saat menonton film seperti ini.

Namun, 10 menit setelah mencoba menikmati film ini, sedikit demi sedikit pemikiran yang penulis miliki mulai berubah. Mulai muncul sensasi seru saat menonton film ini. Pandangan tentang olahraga sumo adalah sebuah ajang saling dorong antara dua pria berbusana sangat minim pun mulai berubah.

Di akhir film, penulis akhirnya menyadari, bahwa sumo bukanlah sekedar ajang saling dorong antara dua pria tambun berbusana minim. sumo lebih dari itu, ada banyak hal yang ditawarkan. Melalui film Sumodo, penulis menyadari, sumo merupakan sebuah olahraga yang sangat sulit, beresiko, namun mengandung unsur sejarah, budaya, dan tradisi yang sangat kental. Satu hal lagi, sejak menonton film ini, penulis pun berpikir, atlet sumo itu keren!

Sinopsis Sumodo

Sebagai film dokumenter, Sumodo menampilkan kisah tentang atlet sumo secara cukup dalam dan mendetail. Film yang rilis pada 2020 ini menampilkan sejarah sumo hingga kehidupan para atlet, baik dalam atau pun luar ring.

Dari film ini, terlihat juga bagaimana para pesumo menjalani pelatihan yang sangat keras dan ketat. Terlihat bagaimana para pesumo berlatih di padepokan bersama para pesumo lain. Dalam Latihan Bersama di padepokan tersebut, mereka menjalani Latihan yang cukup keras, bahkan tidak jarang juga terjadi cedera yang cukup parah. Untuk latihan bersama tersebut, ada dua latihan yang sering dilakukan pesumo, yaitu latihan kelabang dan one on one.

Melalui film ini, kita juga bisa mengetahui, bagian tubuh kepala merupakan yang paling rawan mengalami cedera bagi pesumo. Hal ini karena rawan terjadi benturan kepala saat bertanding, selain itu kepala juga sering kali menjadi sasaran lawan untuk menyerang.

Selain itu, para pesumo juga memiliki Latihan untuk dirinya masing-masing. Mereka biasanya menjalani latihan angkat beban di gym. Hal ini sangat berguna saat pertandingan sumo, karena lawan yang rata-rata memiliki berat 200 kg, sehingga membutuhkan kekuatan yang besar untuk mengalahkan lawan. Bahkan, dalam film ini juga tampak juga seorang pesumo yang berlatih mendorong dan membalik ban truk gandeng yang berbobot hingga 320 kg.

Bukan hanya masalah latihan, sisi sejarah sumo juga menjadi hal menarik yang tampil dalam dokumenter ini. Dalam dokumenter ini, tersedia informasi mengenai asal mula sumo dan kenapa sumo bisa dianggap sebagai samurai. Hal yang sangat menarik, terutama bagi yang memiliki ketertarikan pada hal yang berbau jejepangan.

Satu hal lain yang menarik dalam film ini, penonton juga bisa melihat ritual-ritual tertentu yang dilakukan para pesumo. Baik sebelum mereka bertanding atau pun hal yang mereka lakukan seusai bertanding.

Tampilkan Kehidupan Luar Ring para Pesumo

Selain berfokus mengenai sejarah dan olahraga sumo itu sendiri, film dokumenter ini juga menampilkan sisi menarik lain. Hal tersebut adalah sisi kehidupan pesumo selain di atas ring. Mengenai hal ini, direktur film ini, Eiji Sakata, menampilkan kehidupan beberapa pesumo, salah satunya adalah pesumo professional, Ryuden.

Dalam review ini, Sumodo menampilkan bagaimana kehidupan Ryuden di luar ring, baik kehidupannya saat berlatih, istirahat, hingga kesehariannya yang lain. Termasuk juga kehidupan cinta Ryuden bersama pasangannya. Di akhir film, hadir juga bagaimana perjalanan lanjutan Ryuden bersama kekasih hatinya.

Selain itu, film ini juga semakin sempurna menampilkan sosok Ryuden, setelah pesumo ini berhasil mendapatkan gelar dalam turnamen sumo yang dia ikuti. Ryuden pun mengomentari hal ini sambal sedikit bercanda, “Kalau hasil turnamen saya tidak berjalan dengan baik, film ini tidak akan menarik”, ungkap Ryuden dalam Sumodo.

Secara keseluruhan, Sumodo cukup lengkap menampilkan bagaimana kehidupan pesumo. Selain itu, hampir bisa dipastikan, pandangan setiap orang yang tidak terlalu tertarik dengan sumo, mungkin akan berubah. Hal ini juga termasuk bertambahnya pengetahuan baru penonton, mengenai sejarah sumo dan kenapa sumo juga dianggap sebagai samurai.

Itulah review dari dokumenter film Sumodo. Kamu dapat menyaksikannya di JFF ONLINE 2022 melalui pranala berikut.

Baca juga ulasan film lainnya dari Nawala Karsa seperti Patema Inverted, It’s A Summer Film, RASHOMONdan lainnya!


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.