Review Film And So The Baton Is Passed, Kisah Dua Gadis yang Hangat dan Unik

Dua gadis yang dibesarkan oleh orang tua angkat tunggal. And So The Baton Is Passed akan membuatmu berkaca-kaca.

JAPANESE FILM FESTIVAL 2022 INDONESIA SO THE BATON IS PASSED
Foto: Japan Foundation | Hak Cipta: Tertera di foto

And So The Baton Is Passed mendapat tempat spesial dalam gelaran Japanese Film Festival 2022. Bagaimana tidak?

Film inilah yang diputar di Opening Night Japanese Film Festival 2022 sekaligus sebagai film pembuka rangkaian event tersebut.

Pssttt, dengar-dengar 92.8% test audience menangis selama pemutarannya, lho. Jadi, seperti apa film tersebut? Berikut review dari film And So The Baton Is Passed.

Tentang And So The Baton Is Passed

And So The Baton Is Passed yang judul aslinya adalah Soshite, Baton wa Watasareta adalah film Jepang bergenre drama.

Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Seo Maiko yang mendapat rating 4.04 di goodreads.

Di tahun 2019, novel tersebut memenangkan 16th Japan Booksellers’ Award.

Film And So The Baton Is Passed sendiri rilis pada tahun 2021 dengan total durasi 137 menit.

Film ini disutradarai oleh Maeda Tetsu, sutradara A Banana? At This Time of Night? yang sebelumnya diputar juga dalam JFF 2019.

Film And So The Baton Is Passed  jugalah yang mengantarkan Maeda Tetsu sebagai Best Director dalam Hochi Film Award 2021.

Japanese Film Festival mendeskripsikan film ini sebagai berikut,

Miitan dibesarkan oleh ibu tirinya yang bernama Rika, dan Yuko tinggal dengan ayah tirinya yang hobi makan.

Hubungan keluarga mereka berdua sangatlah berbeda, namun keduanya menyimpan rahasia yang besar.

Empat Karakter And So The Baton Is Passed

Film dibuka dengan pengenalan mengenai empat tokoh, yakni Miitan, Rika, Yuko, dan Morimiya.

Miitan yang diperankan oleh Inagaki Kurumi adalah gadis cilik penyuka cokelat yang mudah menangis.

Rika yang diperankan oleh Ishihara Satomi adalah wanita dewasa cantik yang memperjuangkan targetnya sampai dapat.

Kemudian ada Yuko, remaja perempuan sekolah menengah yang selalu tersenyum dan diperankan oleh Nagano Mei.

Terakhir ada Morimiya, pria kantoran pembenci persaingan yang diperankan oleh Tanaka Kei.

Sisi dari Dua Keluarga Berbeda

And So The Baton Is Passed menyuguhkan kehidupan dua keluarga yang bertolak belakang.

Keluarga Miitan, si gadis kecil. Setelah ayahnya pergi untuk mengejar mimpi di Brasil, dia dibesarkan seorang diri oleh ibu tirinya, Rika.

Berkebalikan dengan Miitan adalah keluarga si remaja Yuko. Ibunya entah di mana sehingga dia hanya memiliki sosok ayah tirinya, Morimiya.

Rika yang suka main mata dengan lelaki lain, tidak bisa memasak, dan lebih suka berbelanja, tetapi amat menyayangi Miitan.

Momiya yang terus berusaha menjadi sosok ayah ideal bagi Yuki meski remaja tersebut kerap tidak enak hati karena Morimiya bukan ayah kandungnya.

Cerita kemudian bergerak pada kedua keluarga ini. Bagaimana baik Miitan maupun Yuko menjalani hari penuh kehangatan bersama orang tua tiri mereka.

Misteri yang Menghantui

Di bagian tengah cerita, film mulai menyinggung tentang misteri yang selama ini belum muncul ke permukaan.

Setelah sempat dihibur juga dengan kisah cinta Yuko yang mulai kepincut dengan pianis pro tamvan di sekolahnya, film mulai memasuki arc ‘’misteri’’.

Di sinilah semua hal menjadi jelas. Inti cerita film ini pun mulai dapat dirasakan oleh penonton.

Semua ini tak lain dan tak bukan terjadi karena…

SPOILER ALERT

Yuko dan Miitan adalah orang yang sama. Selama ini kita disuguhi dua keluarga berbeda yang sebenarnya dilalui oleh satu tokoh yang sama. Hanya berbeda waktu.

Betul. Inilah plot-twist-nya, dan disini pula eksekusi cerita mulai terasa tercerai-berai menurut penulis.

Sebenarnya bagus. Penulis menyukai eksekusi unik And So The Baton Is Passed yang menghadirkan dua alur waktu berbeda di waktu sama.

Alur maju-mundur dengan dua sudut pandang berbeda adalah inovasi dalam adaptasi film berikut.

Yang menarik dalam hal ini adalah ceritanya. Dimana seorang tokoh beranjak dewasa biasanya membosankan jika tokoh tidak cukup menarik.

Namun, cerita menjadi kurang mengena. Salah satu hal yang dihadirkan dalam film ini adalah kasih sayang orang tua Yuko terhadap gadis tersebut.

Betul, Mito Shuhei merawat Miitan dan Izumigahara mempersilakan Miitan tetap bermain piano.

Namun, seberapa sayang mereka pada Yuko seakan dikalahkan oleh betapa seringnya Rika dan Morimiya tampil di layar.

Beberapa Plot-Hole Masih Tersisa

Penulis juga menemukan ada beberapa kejanggalan atau plot-hole sepanjang film And So the Baton Is Passed.

Pertama, adalah saat teman sekolah Yuko tiba-tiba bertobat dari merundung Yuko karena alasan menggelikan,

“Kami sudah mendengar cerita tentang kekuargamu dari guru. Pasti sulit memiliki hidup seperti itu.”

Dan kenapa tidak dari kemarin-kemarin guru memberi tahu? Kenapa baru sekarang padahal tidak ada angin tidak ada hujan?

Kedua, kerika Yuko yakin sekali Hayase Kento setulus itu dalam melamarnya

Penulis masih merasa ragu. Hanya beberapa acara masak dan berbelanja bersama, bagaimana Yuko bisa seyakin itu?

Terakhir adalah perubahan karakter Yuko kecil atau Miitan ke Yuko remaja.

Seorang gadis yang dahulunya sampai berani melempar gagak dengan cokelat, saat remaja hanya tersenyum dan tidak melawan saat dirundung terasa … janggal saja.

Meskipun demikian, And So The Baton Is Passed tetap menghadirkan satu hal yang mutlak ada dan membuat hati kita tersentuh.

Yaitu kehangatan. Menonton film ini membuat penulis merasa terenyuh dengan banjiran kasih sayang yang seperti sinar matahari pagi hari.

Itulah review dari film And So the Baton Is Passed. Film ini sangat cocok bagi NawaReaders yang menyukai genre drama keluarga penuh kehangatan.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.