Masalah demi masalah terus mendatangi Kementerian Keuangan beberapa waktu ke belakang. Baru-baru ini terdapat masalah baru dalam tubuh kementerian tersebut, yakni pada lingkup Bea Cukai. Pasalnya, baru-baru ini seorang pegawai Bea Cukai ditemukan mencaci maki seorang developer game lokal.
Kejadian yang awalnya dimulai sebagai curhatan sang developer atas tindakan Bea Cukai yang berlebihan dalam memungut pajak, berubah menjadi masalah pelik dimana seorang pegawai memutuskan untuk mencecar sang pengembang dan juga pengguna Twitter lainnya.
Lantas, bagaimana bisa curahan hati developer game lokal berikut bisa menjadi bumerang bagi institusi Bea Cukai? Simak artikel berikut.
Developer Game “Coffee Talk” Keluhkan Kinerja Bea Cukai
Kris Antoni, developer game sekaligus pendiri Toge Productions, awalnya mengeluhkan kejadian yang menimpanya serupa dengan penyanyi Fatimah Zahratunissa, yang mendapati bahwa piala yang ia dapatkan dari kompetisi menyanyi di stasiun TV Jepang.
“Waktu 2013 Toge Productions menang award Flash Game Summit di San Francisco,” ujar Antoni di akun Twitter pribadinya, “tapi karena kita enggak bisa pergi (untuk) terima award-nya jadi pialanya dikirim ke Indonesia.”
Sesampainya di Jakarta, piala tersebut nyatanya dikenakan pajak senilai 1 Juta Rupiah. Kris mengaku sempat memprotes pengenaan pajak pada piala tersebut, namun justru mendapati jawaban dingin.
“‘Barang yang di impor, mau beli atau gift gratis tetap kena pajak,’ gratis kena pajak tuh gimana (maksudnya)?” ungkap Kris, yang mengepalai studio game yang sukses berkat game A Space For The Unbound dan Coffee Talk tersebut.
Dalam rentang waktu 2011 hingga 2013, Toge Productions juga memenangkan sebanyak 3 penghargaan di Amerika Serikat. Dengan demikian, Toge Productions perlu menanggung biaya pajak atas penghargaan-penghargaan yang diterima dari luar negeri.
Hal tersebut nyatanya tidak berhenti disana. Di tahun 2018, Kris Antoni juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Ditjen Bea Cukai. Pasalnya, developer kit Nintendo Switch milik Toge Productions sempat ditahan oleh Direktorat Jenderal yang dinaungi oleh Kementerian Keuangan tersebut.
Devkit Sempat Ditahan dan Sempat Di-framing ‘Kriminal’ oleh Stasiun TV
Tahun 2018 menjadi tahun yang menggegerkan bagi warganet, terlebih karena Ditjen Bea Cukai memutuskan untuk menahan developer kit atau devkit dari Toge Productions.
Developer Kit atau devkit sendiri adalah alat pengembangan untuk video game yang hendak diterbitkan pada konsol tertentu. Konsol seperti PlayStation, Xbox, dan bahkan Nintendo Switch sendiri memiliki devkit-nya tersendiri. Alat ini tergolong ‘rahasia’, sebab hanya boleh digunakan oleh developer game yang telah memiliki ijin operasi dari perusahaan konsol, dan juga mengandung informasi rahasia seputar peralatan tersebut.
Pada saat itu, Kris Antoni harus membawa devkit Nintendo Switch dari Singapura ke Indonesia. Hal ini dikarenakan Nintendo yang enggan mengirim produk tersebut ke Indonesia tanpa alasan yang pasti.
Dengan demikian, Kris memboyong devkit tersebut dan mengalami insiden tersebut di bandara. Bahkan, kejadian tersebut sempat terdokumentasi dalam program Customs Protection dari stasiun TV Indonesia, yakni NET.
Ketemu nih videonya waktu devkitnya ditahan bea cukai dulu. Gw berasa kyk dikriminalisasi dan kyk dikasih pertanyaan2 yg menjebak.
Jadi klo kalian dikasih "barang bekas" di luar negri untuk kerja, bakal lebih berat masalahnya di Indonesia.
Coba kalian nilai sendiri aja deh… pic.twitter.com/wnQU4PN7Ll
— Kris Antoni – Toge Productions (@kerissakti) March 22, 2023
NET. sayangnya tidak mengunggah potongan klip saat Kris ‘dikriminalisasi’ oleh Ditjen Bea Cukai. Meski demikian, Kris memiliki rekamannya tersendiri yang Ia unggah di akun Twitternya.
Dalam kondisi wajah disensor, Kris dikonfrontir oleh salah satu petugas Bea Cukai dengan arogan. Dan jawaban yang diterima, sesuai suntingan NET. pada acara tersebut tidak memuaskan publik.
Sebenarnya, jawaban singkat yang dibutuhkan hanyalah satu: yakni mengisi SPMB atau Surat Persetujuan Membawa Barang. Sayangnya, Direktorat Jenderal Bea Cukai gagal melakukan sosialisasi yang meluas pada publik, sehingga masalah ini ramai diperbincangkan.
Beberapa bulan setelahnya, devkit yang hendak digunakan developer game dari Toge Productions dapat diambil kembali berkat bantuan dan diskusi yang ditengahi oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF, kini Kemenparekraf).
Dicecar dan Disebut Babu oleh Petugas Bea Cukai di Media Sosial
Tanggapan Kris Antoni atas tindakan Ditjen Bea Cukai nyatanya dijawab secara arogan oleh salah satu petugas, bahkan petugas tersebut menghina penggua media sosial Twitter lokal dengan kata “Babu”.
Petugas Analis Senior Ditjen Bea Cukai bernama Widy Heriyanto menuturkan “Sebelum lo nge-tweet, mending belajar dulu deh ketentuan impor itu gimana,” jawab Widy di akun Twitter pribadinya yang kini telah diatur privat, “Kalao sekarang kan jadinya lo bacot tapi minim literasi peraturan.”
Widy menyinggung terkait minimnya informasi yang didapat Kris Antoni saat membawa devkit dan juga piala-piala yang didapatkan oleh Toge Productions pada saat itu.
Banyak pengguna media sosial yang mengkritisi dan kecewa atas perilaku Widy Heriyanto di media sosial. Pengguna @EpanEpanlauw menyindir perilaku Widy sebagai “Si Paling Bea Cukai” dan Widy membalasnya dengan “Para ‘Babu’ sibuk belain tuannya.”
Kris sempat mempertanyakan pernyataan dari Widy Heriyanto sesaat sebelum akun milik Widy diatur privat. “Mungkin mas yang literasi peraturannya paling hebat bisa jelasin kenapa banyak banget WNI yang komplain?” tanya Kris.
“Sedangkan saya di Singapura tidak pernah mendapatkan perlakuan atau masalah seperti yang saya dapat di bea cukai Indonesia?” tutupnya.
Widy, dengan arogan justru mencecar Kris. Menyatakan bahwa Ia tidak pernah belajar dari kejadian yang terjadi sejak 2013 silam.
“2013 kejadian sampai sekarang masa ga pernah baca,” sebut Widy, “Baca dulu dong, jangan cuma ngeluh tapi lo nya juga gak cari tahu.”
Widy mengaku bahwa untuk memahami perpajakan impor barang, tidak perlu menjadi petugas bea cukai. “Barang impor ya wajib bayar pajak impor,” pungkas Widy, “Dan jangan menggeneralisir kasus lo dengan bawa ‘WNI se-Indonesia komplain.’”
Minta Maaf dan Gembok Akun
Setelah menyebut seorang developer game nirliterasi dan warganet sebagai babu, petugas Bea Cukai Widy Heriyanto memutuskan untuk menggembok akun. Terlebih, Ia mendapatkan banyak kritik dari pengguna media sosial lain yang geram atas tindakannya.
Sebelum memutuskan gembok akun pribadinya di Twitter, Widy melayangkan penyataan maaf. “Saya secara pribadi, bukan berbicara mewakili Bea Cukai, memohon maaf atas kelalaian saya dalam memilih kata-kata yang lebih lebih bijak pada cuitan yang telah saya buat sehingga menyinggung banyak pihak.”
Widy Heriyanto juga meminta maaf kepada institusi Ditjen Bea Cukai atas kegaduhan yang Ia lakukan, terlebih Ia mewakili atau merepresentasikan kinerja bahkan wajah dari institusi negara tersebut.
“Saya akan menjadikan momen ini sebagai pembelajaran bagi saya untuk lebih bijak kedepannya,” tulisnya.
Kris Antoni disisi lain meminta tindakan tegas dari Kementerian Keuangan dan Ditjen Bea Cukai atas pelakukan tidak mengenakkan tersebut.
“Sudah habis kesabaran dan toleransi rakyat Indonesia terhadap perilaku arogan dan tidak kompeten dari aparat semacam ini,” tulis Kris, “Saya minta kali ini ada tindakan disipliner dari Bea Cukai, Kementerian Keuangan yang tegas. Terima kasih.”
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari Kementerian Keuangan dan Ditjen Bea Cukai. Sementara itu, warganet tetap memprotes tindakan Widy di akun media sosial kedua institusi tersebut.