Bagi para pecinta film romance yang penasaran dengan alur kisah cinta yang unik, film Liar x Liar (2021) ini perlu ditonton.
Film berdurasi 117 menit ini diputar kembali pada Japanese Film Festival atau JFF 2022 yang berlangsung pada November hingga Desember 2022 di Jakarta, Bandung, dan Makassar.
Berikut adalah review dari film Liar x Liar versi Nawala Karsa!
Sinopsis Film Liar x Liar
Film Liar x Liar berpusat pada hubungan seorang mahasiswi bernama Takatsuki Minato yang diperankan oleh aktris Mori Nana dengan saudara tirinya yaitu Takatsuki Toru yang diperankan oleh member grup idol SixTONES Matsumura Hokuto.
Hubungan keduanya sebagai saudara seperti perang dingin, Di satu sisi Minato tidak suka dengan Toru yang kerap bersikap dingin dan punya kebiasaan gonta-ganti pacar.
Pada suatu hari Minato dengan pakaian siswi SMA dan make up gyaru untuk membantu temannya sebagai model fotografi, tidak sengaja bertemu Toru.
Awalnya untuk tidak terlihat memalukan, Minato berbohong sebagai orang lain bernama Mina di depan Toru.
Tetapi kemudian kebohongan tersebut membawa Minato ke sebuah percintaan yang tidak pernah disangka sebelumnya dan mengubah hidupnya serta Toru.
Suguhkan Pesan dan Narasi yang Tidak Biasa
Saya merasa terkesan bahwa melalui film Liar x Liar, Yakumo Saiji selaku sutradara ingin menyambaikan pesan dan narasi yang tidak biasa
Pesannya ialah bahwa kebohongan yang dikira dapat mengatasi masalah, ternyata berujung ke masalah lain yang lebih rumit.
Bahkan kebohongan tersebut bahkan mengubah nasib hidup serta cara pandang yang membohongi dan yang dibohongi.
Sedangkan untuk narasi dalam Liar x Liar sendiri menjelaskan bahwa ada cinta yang tanpa batas, dalam hal ini antara dua saudara tiri.
Meskipun sebenarnya hubungan asmara tersebut tidak dilarang hukum Jepang, tetapi masih dianggap miring untuk sebagian masyarakat.
Konsistensi Monolog dan Komposisi Epilog Perlu Evaluasi
Meski alur ceritanya dapat menyampaikan pesan serta narasi yang unik. Dalam review ini, film Liar x Liar memiliki dua hal yang patut diperhatikan.
Mulai dari menampilkan sudut pandang cerita, yang mana bertumpu pada tokoh utama yaitu Minato, berupa monolog atau gumamannya.
Tetapi mendekati epilog, monolog atau gumaman tersebut tiba-tiba menghilang, sehingga terkesan tidak konsisten.
Bagian dari epilog yang perlu dievalusi selain tidak adanya monolog yang sedari prolog dan klimaks sudah ada, epilognya pun perlu dievaluasi.
Scene yang yang dipilih untuk epilog, terkesan molor karena didahului oleh scene yang masing-masing terpisah penampilannya bersamaan dengan credits.
