Meritokrasi dan Faktanya, Selain Disebut Anies Saat Debat Capres

Sebenarnya apakah cocok sistem meritokrasi untuk negeri kita?

Anies Meritokrasi
Anies saat debat capres pertama | Foto: KPU RI | Edit: M. D. Azani

Pada debat calon presiden (Capres) pada Selasa (14/12) lalu, Anies Baswedan menyebut istilah meritokrasi.

Melansir dari Kompas.com, capres nomor urut menyebut bahwa hal tersebut tidak berjalan karena fenomena orang dalam di dunia kerja yang terkesan menyebalkan.

Lantas apa arti dari istilah meritokrasi yang disebut oleh Anies Baswedan, dan hubungannya dengan fenomena tersebut? Berikut 3 faktanya!

Pengertian dan Sejarah Meritokrasi

Prestasi jabatan
Meritokrasi | Foto: Forbes | Edit: M. D. Azani

Menurut buku Rise of the Meritocracy karya Michael Young, meritokrasi adalah istilah dari proses promosi dan rekrutmen karier berdasarkan kemampuannya bukan koneksinya

Secara jelas, kemampuan di sini meliputi dari kinerja dan prestasi seseorang dalam berkarier.

Sehingga koneksi atau identitas yang dimiliki seseorang, tidak menjadi ukurannya.

Identitas yang dimaksud ialah mulai dari latar belakang etnis, koneksi, atau status sosial.

Telah Diterapkan di Berbagai Negara

ilustrasi prestasi kerja
Ilustrasi meritokrasi | Foto: Mr. Rows Namoura Coffee| Edit: M. D. Azani

Salah satu negara yang sejak lama menerapkan meritokrasi ialah Jepang, tepatnya sejak Restorasi Meiji.

Warga Jepang yang berprestasi, biasanya diberikan beasiswa oleh negara untuk bersekolah di luar negeri.

Sedangkan di Indonesia, proses ini pernah diwujudkan dalam menyusun kabinet pemerintahan.

Seperti Kabinet Djuanda yang memerintah sejak 1957-1959, isinya hampir semua menteri yang dipilih untuk bekerja seuai dengan keahliannya.

Untungkan Karyawan Dan User

Kartun karier
Kartun yang menggambarkan meritokrasi dalam pengembangan karier. | Foto: Wendybrooks.com | Edit: M. D. Azani

Semakin berkembangnya teknologi, meritokrasi semakin banyak digunakan di dunia kerja dalam bentuk key performance indicator atau KPI.

Penerapan dari sistem ini sendiri mendatangkan banyak keuntungan, terutama baik bagi karyawan maupun user

Bagi karyawan, mulai dari jumlah gaji maupun imbalan akan sesuai kinerjanya hingga naik jabatan dengan kemungkinan yang tak terbatas.

Sedangkan bagi user, proses inid apat memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik yang mana dapat mempengaruhi performa kinerja perusahaan.

Timbulkan Masalah di Lingkungan Kerja

Kritik kerja
Kritik Meritokrasi melalui kartun | Foto: theonlinecitizen | Edit: M. D. Azani

Meski demikian, penerapan dari meritokrasi sendiri tidak lepas dari kritik.

Proses ini memungkinan seseorang yang memiliki kemampuan tidak bisa mendapat atau naik jabatan, hanya karena tidak cukup cerdas atau tak berkesempatan mendapatkan pendidikan tertentu.

Lalu dalam proses ini juga memungkinkan seseorang naik jenjang kariernya secara cepat, misalnya yang awalnya karyawan bisa langsung menjadi manajer karena kinerja dan prestasinya.

Berbeda dengan proses biasanya yang mana jenjang karier seseorang naik secara bertahap, berdasarkan pengalaman kerja yang dilalui.

Hal ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial, tepatnya antara karyawan senior yang masih berpangkat rendah dengan karyawan junior yang berpangkat tinggi.

 


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.