Review Novel The Black Sakura, Kisah yang Terinspirasi dari Tomoe Gozen

Pada dasarnya novel The Black Sakura memberikan banyak pengetahuan mengenai sejarah Jepang era feodal, terutama mengenai samurai perempuan.

Review Novel The Black Sakura, Kisah yang Terinspirasi dari Tomoe Gozen

Kalau mendengar nama Tomoe Gozen, pastinya tidak asing lagi. Baru saja penulis selesai membaca salah satu novel bertema samurai yang terinspirasi dari tokoh tersebut. Novel itu berjudul The Black Sakura karya Shenawangtri.

Menariknya dari novel tersebut adalah banyak tokoh-tokoh sejarah yang terkenal, seperti Takeda Shingen, Tokugawa Ieyasu, Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan lain sebagainya.

Wajar saja bila novel The Black Sakura mendapat ulasan baik dari para pembaca. Sebenarnya novel tersebut bercerita apa sih?

The Black Sakura bercerita mengenai tentang Rin, sosok gadis yang berkeinginan kuat menjadi prajurit layaknya Tomoe Gozen.

Meski telah menjadi yatim piatu, namun tekad yang dimiliki Rin begitu kuat. Hingga suatu ketika Akira datang dan membelinya untuk dijadikan pelayan.

Selama menjadi pelayan Akira yang berada di bawah kepemimpinan Takeda. Rin dapat mewujudkan impiannya itu. Berlatih dan menjadi bagian dari pasukan Takeda.

Pada akhirnya Rin dikenal sebagai perempuan yang tangguh yang bertempur bersama Hiroki dan Tojiro di berbagai peperangan.

Penasaran? Mari kita review novel The Black Sakura lebih lanjut!

The Black Sakura Kental Akan Budaya dan Sejarah Jepang di Era Feodal

Review Novel The Black Sakura, Kisah yang Terinspirasi dari Tomoe Gozen
Ilustrasi samurai | FOTO: countere.com

Mengangkat tema Jepang, tentunya tak afdal bila salah satu kebudayaan mereka yakni samurai tidak ikut diangkat. Terlebih lagi novel tersebut mengangkat sejarah zaman feodal Jepang.

Pada dasarnya dari segi cerita, The Black Sakura karya Shenawangtri tidak berorientasi pada alur. Namun, lebih mengarah pada penceritaan sejarah itu sendiri.

Tak salah bila banyak tokoh-tokoh terkenal dari berbagai klan, seperti Takeda, Tokugawa, Oda, dan lain sebagainya.

Hal tersebut yang menjadi kelebihan dari novel The Black Sakura, yakni kentalnya sejarah yang hadir, bahkan bisa dikatakan cukup akurat dengan sejarahnya.

Lebih dominan menceritakan strategi pertempuran yang mengandalkan alam serta kemampuan setiap pasukan.

Penceritaan yang memberikan informasi strategi kepada pembaca tersebut menjadi kelebihan dari novel The Black Sakura.

Selain itu, unsur budaya Jepang yang hadir cukup kental. Banyak penyebutan dari bentuk bahasa seperti Aki no Tsuki, Baka, Ashigaru, Bushido, dll.

Hal tersebut sangat membangun suasana Jepang di era feodal, sehingga para pembaca dapat menikmati bagaimana hidup di zaman feodal.

Ditujukan untuk Seluruh Perempuan yang Tangguh

Review Novel The Black Sakura, Kisah yang Terinspirasi dari Tomoe Gozen
Sosok Onna-Bugeisha, samurai perempuan | FOTO: intisari.grid.id

Seperti yang dikatakan sebelumnya, novel The Black Sakura memiliki tokoh utama seorang perempuan bernama Rin.

Oleh karena itu, novel tersebut ditujukan kepada perempuan-perempuan yang tangguh.

Bagi pembaca yang belum mengetahui, bahwa sebenarnya di zaman feodal samurai berjenis kelamin perempuan itu benar adanya. Salah satunya adalah Tomoe Gozen yang paling terkenal.

Dalam sejarahnya sendiri, para pasukan samurai perempuan ini disebut Onna-Bugeisha. Mereka sosok pasukan yang menggunakan naginata sebagai senjata. (Sejenis tongkat panjang dengan mata bilah melengkung).

Sebelum menjadi pelayan sekaligus murid Akira, Rin bekerja bersama bibinya di sebuah penginapan. Sering kali bibinya Rin yakni Kazuya merendahkan Rin dan mimpinya yakni menjadi samurai.

Hingga suatu ketika, Akira datang dan membelinya sebagai pelayan. Namun, di samping itu ia juga mendapatkan pelatihan bertarung dan bela diri.

Selama latihan, Rin sering kali direndahkan oleh teman sebayanya yakni Hiroki. Akan tetapi, dari semula yang direndahkan tersebut Rin bisa menjadi sosok yang lebih kuat hingga membuat Hiroki terdiam.

Tak salah, bila unsur feminisme dan patriarki yang hadir pun cukup kental dan menjadi sebuah pesan bahwa seorang perempuan layak mendapatkan kesetaraan serta menentukan jalan hidupnya sendiri.

Seperti Rin yang berusaha menentukan jalan hidupnya menjadi prajurit layaknya Tomoe Gozen. Meski pada akhirnya Rin menjadi menjadi Kunoichi.

Emosi Kurang Digali Lebih Dalam Serta Penokohan Kurang Dibangun

Salah satu kelemahan novel The Black Sakura adalah emosi yang dirasa kurang digali. Lebih terkesan sebagai tempelan belaka.

Meski banyak momen yang seharusnya membuat pembaca emosional justru terkesan tidak menyentuh sama sekali.

Mungkin hal tersebut bukanlah fokus utama dari novel tersebut, sehingga unsur sejarah lebih dominan ketimbang perkembangan karakter itu sendiri.

Padahal unsur-unsur emosional tersebut bisa menjadi potensi untuk membangun perkembangan karakter agar dikenang dan memberikan kesan untuk pembaca.

Selain itu, penokohan antar tokoh kurang dibangun dengan baik. Terutama hubungan Rin dan Tojiro yang masih kurang memiliki kesan.

Kesimpulan Novel The Black Sakura

Review Novel The Black Sakura, Kisah yang Terinspirasi dari Tomoe Gozen
Jepang yang terkenal akan kebudayaan | FOTO: Freepik

Dari review diatas, terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang ada, novel The Black Sakura merupakan bentuk pesan dari para perempuan demi meraih kesetaraan.

Selain itu, novel tersebut juga sangat cocok untuk dibaca bagi kalian penggemar berat cerita samurai di zaman feodal atau yang ingin mengenal lebih jauh soal samurai.

Tata bahasa yang mudah dipahami serta alur sederhana, tetapi penuh dengan sejarah dapat membuat kalian mengenal lebih jauh sejarah Jepang.

Bagaimana, tertarik untuk membaca novel The Black Sakura karya Shenawangtri?


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.