Review Novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin: 7 Anak yang Menemukan Suaka dalam Kastel Misterius

Antarkan penulis pada Japan Booksellers' Award 2018, inilah review novel best-seller Kastel Terpencil di Dalam Cermin karya Mizuki Tsujimura.

Novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin karya Mizuki Tsujimura
Kover novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin, versi Indonesia dari Lonely Castle in the Mirror | FOTO: @ gramedia | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

Seperti yang penulis janjikan, usai mengulas filmnya, kali ini penulis lanjut review novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin karya Mizuki Tsujimura.

Seperti yang telah penulis singgung pula dalam artikel ulasan adaptasi animenya, novel ini mengungkap lebih banyak detail tentang Kokoro dan enam anak lainnya.

Tanpa menunggu lebih lama, mari kita menyelami dunia Kokoro dan kastel si gadis serigala cilik!

Tentang Kastel Terpencil di Dalam Cermin

Novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin
Kover dari berbagai edisi Kastel Terpencil di Dalam Cermin dari seluruh dunia yang menampilkan representasi dan penekanan berbeda dari alur ceritanya | FOTO: @ goodreads | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

Kastel Terpencil di Dalam Cermin adalah novel karangan penulis kenamaan Jepang, Mizuki Tsujimura. Novel ini pun bukan karya pertamanya.

Karya pertama Mizuki terbit pada 2004 lalu dengan judul Tsumetai Kosha no toki wa Tomaru, disusul karya-karya lainnya seperti Kagi no nai Yume wo miru hingga Shima Wa Bokura To.

Karyanya yang berjudul Tsunagu telah diadaptasi dalam format film serta sempat ditayangkan pada Japanese Film Festival Online 2022.

Selain itu, adaptasi film dari novelnya yang lain, Anime Supremacy! turut tayang pada JFF 2022. Lewat karya-karyanya tersebut, Mizuki Tsujimura mendapatkan sejumlah penghargaan.

Mulai dari gelar penghargaan Mesfit ke-31 untuk karya debutnya hingga penghargaan pendatang baru Eiji Yoshikawa untuk Tsunagu.

Selain itu, novel Lonely Castle in the Mirror yang dalam bahasa Jepang berjudul Kagami no Kojo ini mengantarkannya menyabet Japan Booksellers’ Award 2018.

Kastel Terpencil di Dalam Cermin adalah edisi Indonesia dari novel Kagami no Kojo tersebut atau yang juga dikenal sebagai Lonely Castle in the Mirror.

Edisi Indonesia itu diterbitkan oleh penerbit Clover pada 2022 dan kini telah mencapai cetakan keenam pada 2023 ini.

Kisah Tujuh Anak dan Gadis Serigala

Anime Kagami no Kojo
Tujuh anak yang “diundang” ke kastel serta sang Dewi Serigala dalam adaptasi anime Kastel Terpencil di Dalam Cermin | FOTO: @ Twitter / kagami_eiga | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

Apa kau punya permohonan yang ingin sekali menjadi kenyataan?

Tujuh anak tiba-tiba mendapati cermin mereka menjadi portal menuju sebuah kastel megah nan magis milik seorang gadis cilik bertopeng serigala yang menyebut dirinya, “Dewi Serigala”.

Dewi Serigala mengatakan bahwa di dalam kastel ini tersembunyi Kamar Permohonan yang–sesuai namanya–dapat mengabulkan permohonan.

Akan tetapi, demi membukanya, dibutuhkan sebuah kunci yang juga tersembunyi di salah satu bagian dalam kastel tersebut.

Selama kurun waktu hingga Maret tahun depan, kastel akan terbuka pada pukul 9 pagi hingga 5 sore waktu Jepang agar tiap anak dapat mencari kunci itu.

Namun, mengapa mereka? Mengapa dari sekian banyaknya manusia di dunia, hanya mereka yang cerminnya bersinar dan menjadi portal menuju kastel?

Siapa sebenarnya gadis bertopeng serigala yang penuh kontradiksi ini? Dan mengapa di pukul 9 pagi hingga 5 sore ketujuh anak ini bisa mengunjungi kastel?

Tidakkah mereka bersekolah?

Suaka bagi Mereka yang Terluka

Kastel dalam anime Kagami no Kojo
Kastel misterius “suaka” dalam Kastel Terpencil di Dalam Cermin yang dalam adaptasi animenya didesain oleh Ilya Kuvshinov | FOTO: @ Twitter / kagami_eiga | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

“Selemah apa pun posisi Kokoro, dan justru karena kelemahan tersebut, orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan akan dengan gagah menyalahkannya. Sebab mereka tidak memahami rasanya berada di posisi lemah. Sudah tidak bersekolah, tidak menuruti perkataan gurunya, orang seperti itu sulit mereka mengerti. Bahkan sudah dianggap tidak perlu dimengerti.”

Tokoh utama kita dalam Kastel Terpencil di Dalam Cermin adalah Kokoro Anzai, seorang gadis SMP yang belakangan ini tidak dapat kembali bersekolah.

Bukan karena Kokoro malas. Tidak. Dia tidak bisa.

Pada akhirnya, kastel Dewi Serigala pun menjadi “pelarian” bagi Kokoro. Walaupun awalnya dia ketakutan dan canggung pada anak-anak yang lain, tetapi semua itu perahan-lahan mencair.

Kokoro mulai bisa bersosialisasi dengan anak yang lain. Utamanya dimulai dari Masamune, si maniak gim yang terkejut Kokoro ternyata tak kalah jago.

Berlanjut pada Kokoro berkenalan dengan para perempuan, yakni Aki yang seperti sosok kakak pengasih dan Fuuka yang imut dan terlihat intelek.

Lambat laun, anak-anak yang lain pun menjadikan kastel sebagai “pelarian” juga.

Kendati diwarnai canggung, salah paham, dan pertengkaran, tetapi mereka pada akhirnya saling mengobati dengan kehadiran satu sama lain.

Sebagai pembaca, mau tak mau penulis disusupi perasan hangat mengetahui bahwa di luar segala konflik yang melukai mereka, ketujuh anak ini menemukan tempat untuk menjadi diri mereka sendiri.

Konflik Internal Tiap Anak

Novel Kastel Terpencil dan Anime Kagami no Kojo
Visual anime Kagami no Kojo (kiri) dan novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin versi Indonesia yang diterbitkan oleh penerbit Clover (kanan) | FOTO: @ Twitter / kagami_eiga & @ gramedia | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

Tiap anak undangan kastel memiliki konfliknya masing-masing. Utamanya lewat tokoh Kokoro, pembaca dituntun untuk melihat dalam sudut pandang berbeda, lebih peka, dan lebih menghargai.

Bahwa siapa pun kamu, orang dewasa ataupun remaja, hal itu seharusnya tidak menghalangimu untuk berusaha mendengarkan dan memahami.

Kita sudah terlalu terpaku dengan kehidupan umum berupa anak-anak yang masuk Sekolah Menengah Pertama, belajar rajin, bergaul, dan pulang hingga lupa bahwa segalanya terkadang tidak sesederhana itu.

Ada anak-anak di luar sana yang memilki masalah dalam kehidupan sekolahnya pun semua itu bukan hanya tentang perundungan.

Mungkin faktor orang tua. Mungkin faktor keluarga. Mungkin bahkan faktor guru. Dan jangan keburu menyalahkan atau menduga. Penulis utamanya tertohok pada narasi Aki berikut,

“Selama ini Aki berpikir bahwa ia memahami perasaan anak-anak yang keluar jalur–seperti tidak bisa bersekolah, tidak bisa berbaur, tidak bisa berhubungan baik dengan sekolahnya–tetapi akhirnya ia sadar bahwa semua pemikirannya itu salah. Masalah yang Aki alami semasa SMP dan masalah yang dialami oleh anak-anak di hadapannya saat ini berbeda satu sama lain. Mereka semua tidak akan pernah sama.”

Review Novel Kastel Terpencil: Alur Cenderung Lambat

Lonely Castle in the Mirror Indonesia
Kokoro (kanan), Dewi Serigala (kiri), dan enam bayangan sosok (tengah) dalam kover novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin, versi Indonesia dari Lonely Castle in the Mirror | FOTO: @ gramedia | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

“Ternyata kemampuan untuk memahami orang lain itu tidak ada hubungannya dengan apakah orang itu anak-anak atau orang dewasa”.

Sebagai cerita yang lebih fokus pada bagaimana ketujuh anak tersebut menyembuhkan diri dengan “bantuan” kastel dan anak lainnya, Kastel Terpencil di Dalam Cermin memiliki alur cenderung lambat.

Cerita dibagi berdasarkan bulan sejak Kokoro dan yang lainnya diundang ke kastel hingga tenggat waktu kunjungan ke kastel, yaitu Maret.

Tiap bulan (yang menjadi bab) pun mayoritas membahas tentang konflik Kokoro atau anak lainnya dan proses bagaimana mereka saling berbaur di kastel.

Walaupun demikian, berbeda dengan filmnya yang seakan bereskalasi hanya di bagian akhir ketika konflik puncak terjadi, ada beberapa peristiwa di dalam novel yang membuat penulis bersemangat hingga cepat-cepat membalik halaman.

Namun, lebih banyak penulis merasa biasa-biasa saja saat berganti halaman.

Mungkin karena genre slice of life dan drama yang dihadirkan sehingga kurang cocok bagi penulis yang lebih menggandrungi aksi.

Review Novel Kastel Terpencil: Jalinan Kata yang Indah

Postcard yang diterima @tomo_taketomi, mangaka adaptasi manga Kagami no Kojo, dari Poplar Publishing, penerbit novel Kagami no Kojo. Bisakah NawaReaders tebak siapa saja yang ada di postcard ini? | FOTO: @ Twitter / tomo_taketomi | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

“Lagi pula, ke mana pun aku pergi, bukan berarti yang menantiku hanya hal indah. Pasti di tempat itu akan ada orang yang kubenci. Mereka tidak akan hilang dari dunia ini.”

Walaupun demikian, penulis sangat terhibur dengan rangkaian kata yang Mizuki Tsujimura pilih untuk menyampaikan cerita Kastel Terpencil di Dalam Cermin.

Penulis sebelumnya pernah membaca salah satu Light Novel dan novel fiksi terjemahan Jepang.

Yang satu, Light Novel, terkesan melompat-lompat sehingga penulis kurang nge-feel. Justru lebih cocok seperti skenario anime yang serba sat set.

Yang satunya, lebih baik daripada Light Novel, tetapi penulis tetap penulis kurang bisa merasakan secara keseluruhan suasana yang coba dihadirkan.

Pengalaman tersebut membuat penulis skeptis, tetapi begitu membaca karangan Mizuki Tsujimura ini penulis tidak terlalu menyesal menghabiskan Rp110.000.

Susunan kalimatnya indah dan menghanyutkan. Membuat penulis bisa merasakan kesedihan Kokoro, kesewotan Dewi Serigala, tensi yang muncul, dan lain-lain.

Meski demikian, tentunya, tetap ada beberapa kata dalam dialog  yang–jika penulis ungkapkan–khas Jepang (atau setidaknya sering muncul dalam anime).

Contohnya penggunaan kata “Woi” dan “Hoo“. Selain itu, beberapa huruf pun sengaja diperbanyak.

Dalam beberapa momen hal itu memang berhasil menguatkan kesan. Akan tetapi, di momen lain penulis merasa justru terkesan berlebihan.

Misalnya daripada menulis, “Haaah?!” penulis merasa bisa diganti menjadi, “Hah?” ucapnya dengan mata membulat dan pekik keras tak percaya.

Meski demikian, tentunya, itu adalah keistimewaan Mizuki Tsujimura dalam merangkai kata-kata. Mungkin penulis hanya perlu menyesuaikan.

Yang Perlu Diperbaiki dari Edisi Indonesia

Sosok Kokoro Anzai dan sang Dewi Serigala versi anime | FOTO: @ Twitter / kagami_eiga | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

Pertama kali membuka versi bahasa Indonesia Lonely Castle in the Mirror hal pertama yang tertangkap penulis adalah betapa penuh tulisannya.

Tempat yang seharusnya menjadi jarak kiri, kanan, atas, bawah antara kertas dengan tulisan terasa mepet sekali sehingga belum apa-apa penulis merasa pusing.

Terlebih, nama bulan yang bisa dianggap sebagai bab ditaruh di kiri atas tanpa pembeda dengan isi cerita kecuali ukuran font-nya sehingga terasa hampir menyatu dengan isi cerita itu sendiri.

Selain itu, dengan jumlah halaman sebanyak 493, novel ini tidak disertai pembatas buku. Padahal, dengan jumlah halaman sebanyak itu biasanya telah menjadi lumrah untuk menyertakan bonus bookmark. (Sebenarnya ini penulis aja yang ngeles pingin pembatas buku, hehe).

Sebagai novel yang berlatar di Jepang, tentunya Kastel Terpencil di Dalam Cermin memiliki banyak referensi terkait kehidupan di Jepang itu sendiri. Segalanya makin unik lagi setelah NawaReaders mengetahui salah satu plot twist-nya.

Penulis pun merasa senang karena hampir semua istilah diterjemahkan ke bahasa Indonesia sehingga kesan “terjemahan bahasa Indonesia” lebih terasa.

Terlalu imut untuk tidak dibagikan, inilah hadiah ilustrasi mini bagi penayangan film Kagami no Kojo di Jepang | FOTO: @ Twitter / kagami_eiga | EDIT: Fida Zalfa L.Y.

Selain itu, sebagai novel yang memuat unsur fantasi, Kastel Terpencil juga menyinggung beberapa dongeng. Mulai dari Kerudung Merah hingga Lobak Raksasa.

Tak hanya itu. Film-film dan cerita “modern” turut disinggung agar pembaca dapat makin mudah merasakan dan membayangkan kejadian dalam cerita. Misalnya,

“Kemudian, Kokoro teringat dongeng ‘Narnia’.  Dongeng fantasi terkenal, dengan lemari di rumah yang menjadi pintu menuju dunia lain. Mana mungkin ada anak yang tidak mendambakan kejadian seperti itu?”

Adakah NawaReaders yang telah membaca novel ini juga? Lantas, bagaiaman review novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin versi NawaReaders?


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.