Merayakan serta Mempertanyakan Jalan Ninja Hikigaya Hachiman

Hikigaya Hachiman

Pada awalnya, Hikigaya Hachiman mungkin memandang kehidupan manusia sebagai sebuah sistem kehidupan yang anarki. Sebuah sistem di mana manusia dipaksa untuk bertahan dengan melakukan cara apa saja terlepas itu cara yang konvensional atau bukan.

Homo homini lupus: sebuah frase latin kuno yang menjelaskan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lainnya, sehingga dari frase itu tampak jelas terlihat mengapa manusia memaksakan diri untuk bersikap pragmatis: yang hanya mengejar kepentingan dan hasil, tanpa melihat sebab atau akibat yang akan terjadi.

Untuk mampu bertahan dalam sistem anarki dunia yang konfliktual, manusia mengupayakan cara apa pun untuk bertahan hidup. Entah itu dengan cara yang akan menyakiti dirinya sendiri, ataupun dengan cara yang menyakiti orang lain. Tidak peduli siapa yang tersakiti serta tidak peduli siapa yang dirugikan yang terpenting tujuan utamanya tercapai, yakni: mampu bertahan

Kehidupan manusia yang dipenuhi motif, intrik, friksi serta penipuan; itulah yang pada awalnya dipercayai oleh Hikigaya Hachiman sehingga membuatnya mengasingkan diri dari lingkungan.

hikigaya hachiman

Tidak ada manusia yang benar-benar baik, yang ada hanya manusia yang bersiasat. Hachiman menyadari itu saat dirinya masih duduk di bangku SMP. Ketika setiap murid di kelasnya menghindari Hachiman, ada sosok gadis yang ternyata bersikap baik kepadanya. Namun, bersikap baik adalah tuntunan norma sosial untuk menjaga citra. Orang-orang bersikap baik karena mereka ingin mencapai kepentingannya walaupun harus menjadi munafik. Hachiman yang menyadari itu selepas melewati masa kelam sekolah menengah akhirnya berprinsip: bahwa manusia yang baik hanyalah ilusi, mereka tidak nyata.

Bagi Hachiman, kepercayaan dalam struktur kemanusiaan yang anarki adalah harga mahal. Hachiman memandang menjadi skeptis adalah satu-satunya pilihan jika dirinya tidak ingin terjebak dalam tipu daya kebaikan (baca: kepentingan) manusia lainnya.

Melewati masa kelas satu SMA dengan kewaspadaan, Hachiman berada dalam situasi kesendiriannya yang terlihat harmonis namun tragis. Sebelum akhirnya dia dipertemukan oleh Yukinoshita Yukino dan Yuigahama Yui di Klub Relawan. Di mana karena pertemuan itu nantinya, prinsip pesimisme terhadap kemanusiaan yang terdapat dalam diri Hikigaya Hachiman makin hari kian meluntur.

Hachiman Bukan Pribadi yang Idealis, Bukan Pula Pragmatis

Ketika pemuda dihadapkan dengan dua pilihan sulit untuk memilih antara kemewahan idealisme atau keuntungan pragmatisme, Hikigaya Hachiman menolak keduanya dan mencari jalannya sendiri. Menjadi pribadi yang menerima nasib, mempertahankan status quo dan menolak adanya perubahan. Hikigaya Hachiman akhirnya memilih menjadi pribadi fatalis yang enggan untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya.

Sebagai pribadi yang menerima nasib, Hachiman mempunyai prinsip dalam menghadapi masalah dengan tangan magis: yakni dengan menyelesaikan setiap masalah menggunakan caranya sendiri. Tapi, walaupun masalah terselesaikan dan keadaan menjadi normal, ia harus mengorbankan dirinya karena cara penyelesaiannya terhadap masalah malah menimbulkan kesan buruk bagi dirinya. Sehingga pilihan sikap seperti itulah yang ditentang oleh Yukino maupun Yui.

Hachiman, sebagai fatalis tulen percaya bahwa disakiti dan tersakiti adalah nasib yang memang harus diterimanya. Maka dari itu, cara-cara non-konvensional seperti yang dilakukannya dianggap wajar selama masalah itu terselesaikan walau dia harus rela membayar dengan harga yang mahal.

Namun, terlepas dari itu semua, Hikigaya Hachiman sebagai seorang dengan kepribadian fatalis yang tidak mau mengubah nasib tetap tidak akan bisa menyangkal sebuah fakta.

Fakta sesungguhnya adalah ketika Hachiman melangkah maju dan mengorbankan dirinya dalam suatu masalah. Sebenarnya ada orang-orang yang dekat dengannya justru juga ikut merasa tersakiti atas apa yang ia perbuat. Dan ini yang selalu disangkal oleh Hikigaya Hachiman. Hachiman selalu berdalih terhadap fakta, dan menyangkal setiap realita yang menyudutkan diri sendiri.

Terlepas dirinya mempunyai ketertarikan yang tinggi terhadap politik sehingga memahami bagaimana keterampilan politisi dalam berdalih. Tapi karena pilihannya untuk berdalih dan menyangkal itulah yang menyebabkan dia berada dalam dilema besar. Karena pada akhirnya, fakta sesungguhnya yang terdapat dalam diri Hachiman bukanlah sikap fatalis miliknya yang membuat dia mengorbankan diri untuk orang lain. Melainkan karena sikap kepedulian terhadap orang-orang di sekitarnya. Namun, lagi dan lagi Hikigaya Hachiman menyangkal dan berdalih terhadap perasaan yang sesungguhnya itu.

Suatu Hari, Hikigaya Hachiman akan Melepas Topengnya

Hikigaya Hachiman

Kesalahan fatal Hachiman dalam mempertahankan prinsipnya adalah merasa nyaman dalam hubungan yang dia bentuk dengan Yukinoshita Yukino maupun Yuigahama Yui. Hubungan tersebutlah yang membuat pendirian kunonya berguguran serta menjadikan Hachiman sebagai pribadi yang telah berubah.

Karena mau bagaimanapun, kenyamanan yang mereka bentuk membuat Hachiman merasa betah dengan keadaan yang ada. Sehingga dirinya menyadari hubungan seperti inilah yang harus dipertahankan. Bahwa memang dalil pembenaran sesungguhnya mengapa Hachiman bersikeras untuk mencari ketulusan agar hubungan ini tetap terjalin adalah rasa ketakutan dari dirinya andai suatu saat nanti bakal kehilangan kedua gadis itu (Yukino maupun Yui).

Hachiman mungkin masih berdalih, dirinya mungkin masih menyangkal perasaan sesungguhnya. Tetapi, suatu hari nanti Hikigaya Hachiman tidak akan terus-menerus bertahan dalam lakon kepalsuan untuk menutupi perasaan itu yang dia jaga baik-baik di dalam relung hati terdalam.

Ramalan Yukinoshita Haruno yang mengatakan bahwa Hachiman tidak akan bisa mabuk suatu hari nanti akan menjadi kenyataan. Karena ramalan tersebut adalah bentuk kritikan Haruno terhadap Hachiman yang sudah kendor dalam memegang prinsip yang dia pegang terdahulu. Sehingga dirinya sudah terbuai dengan hubungan yang dialaminya di Klub Relawan serta mempunyai keinginan untuk mempertahankan hubungan itu.

Tidak bisa mabuk berarti tidak bisa menutupi dirinya terhadap perasaan sesungguhnya yang dia inginkan. Dalam artian lain, tidak lagi bisa berbohong. Tidak seperti Haruno yang akan selalu memakai topeng, Hachiman suatu saat nanti akan melepaskan topengnya demi ketulusan yang dia cari.

Bahwa memang suatu hari, Hikigaya Hachiman akan menujukkan sikap aslinya dengan melawan arus serta menjilat ludahnya sendiri: bahwa hubungan antarmanusia yang dulu dia anggap tidak berguna, adalah sesuatu yang sangat bersikeras dirinya perjuangkan saat ini.

Selamat ulang tahun, Hikigaya Hachiman.


Baca artikel pembahasan terkait Anime Oregairu dan Serial Anime lainnya dari Pikri Alamsyah melalui link berikut ini.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.