Manfaat kain sarung selain untuk pakaian, oleh sebagian remaja Indonesia, malah untuk saling berperang satu sama lain.
Bahkan didalam ujung sarung yang dililit, dimasukan batu yang dapat melukai bagian tubuh orang lain seperti kepala.
Sehingga kegiatan yang biasanya dilakukan pada bulan Ramadhan tersebut, dilarang di beberapa daerah Indonesia akhir-akhir ini.
Padahal, ada beberapa manfaat kain sarung selain utamanya digunakan untuk ibadah bagi umat Islam sebagai berikut.
Menggotong Jenazah

Pada 2021 lalu, di daerah Dumai, Provinsi Riau, viral sekelompok orang yang tengah menggotong jenazah melewati jalan yang rusak.
Melansir dari Detik, jenazah tersebut ternyata berada di dalam dua buah kain sarung yang disangkutkan ke sebuah bilah bambu besar.
Pada masing-masing ujung bilah bambu besar tersebut, akan ada 1 atau 2 orang yang menggotongnya.
Selain menggotong jenazah, bentuknya yang menyerupai tandu ini juga dimanfaatkan untuk mengangkut orang sakit yang biasanya terjadi di desa yang biasanya terpencil di Indonesia .
Sering Kali Kain Sarung Dipakai Jadi Ayunan Anak

Selain menjadi tandu, masih di desa manfaat kain sarung lainnya ialah untuk ayunan bagi anak-anak.
Caranya, ialah dengan menggantungkan sarung pada sebuah benda yang menjadi pengaitnya.
Benda pengaitnya pun beragam, bisa kayu, besi, maupun seutas tali, lalu si anak bisa masuk ke dalamnya dan digoyangkan perlahan.
Ayunan ini juga bisa menggantikan baby bouncer atau ayunan bayi elektrik, yang mana digunakan untuk membuat bayi tertidur lelap.
Alas Menyetrika

Manfaat kain sarung yang satu ini, bisa karena untuk menghemat ruang jika dibandingkan memakai meja alas.
Meski demikian, tidak semua sarung di Indonesia dapat digunakan untuk alas menyetrika.
Karena ada setiap sarung dibuat dari beragam bahan, yang mana di antaranya tidak tahan terhadap panas setrika.
Pastikan bahan sarung ialah katun, karena sifatnya yang dapat menahan panas serta bisa membuat pakaian yang disetrika menjadi rapi.
Kain Sarung Dibungkus, Bisa Membawa Barang!

Manfaat sarung yang satu ini, biasanya masih dilakukan oleh sebagian orang tua atau masyarakat desa pelosok Indonesia.
Alasannya, karena sarung memiliki ruang yang fleksibel untuk mengangkut jumlah barang yang beragam.
Caranya, barang tersebut diletak di tengah-tengah, lalu ikat tiap sudut di bagian tengah-tengah tersebut.