Pada Minggu (02/04), situs sitesakamoto mengumumkan bahwa musisi dan artis, Sakamoto Ryuichi, meninggal dunia di usia 71 tahun pada 28 Maret lalu.
Pengumuman tersebut juga menyampaikan bahwa sesuai dengan keinginan mendiang, pemakaman hanya dihadari oleh anggota keluarga dekatnnya.
Lebih lanjut, pengumuman itu juga meminta publik untuk menghargai privasi keluarga almarhum selama masa berduka.
Selain itu, pengumuman tersebut juga menyertakan salah satu quote favorit Sakamoto Ryuichi, yakni “Ars longa, vita brevis. Seni itu panjang, hidup itu singkat.”
Berjuang Melawan Kanker Stadium Empat
Pada 2014, Sakamoto Ryuichi didiagnosis menderita kanker tenggorokan. Dengan beberapa tahun perawatan kemudian, kankernya pun sembuh.
Namun, pada Januari 2021 lalu, Sakamoto mengumumkan melalui situs webnya bahwa dirinya didiganosis menderita kanker rektal.
Dalam pengumumannya, Sakamoto juga menulis dia kini hidup berdampingan dengan kanker dan berharap “Membuat musik sedikit lebih lama lagi.”
Pada Juni 2022 lalu, Sakamoto menyatakan bahwa dia sudah menjalani beberapa operasi. Akan tetapi, kankernya telah menyebar dan mencapai stadium empat.
Kemudian pada Desember 2022 lalu, Sakamoto menggelar konser daring yang mungkin pada saat itu (lalu kini) benar-benar menjadi konser terakhirnya.
Karya-Karya Sakamoto Ryuichi
Sakamoto Ryuichi telah menghasilkan berbagai karya musik, mulai dari single, album, soundtrack hingga skor film.
Bersama Hosono Haruomi dan Takahashi Yukihiro, Sakamoto mendirikan Yellow Magic Orchestra (YMO), grup musikal elektropop yang berpengaruh.
Sakamoto pernah menyatakan bahwa, “Apa pun dapat menjadi musik“. Inilah yang menuntunnya menjadikan bangunan kaca sebagai instrumen.
Selain itu, Sakamoto juga pergi ke Antartika untuk merekam suara lelehan salju. Audio ini tertuang dalam album 2017-nya, async.
Akan tetapi, kontribusinya dalam dunia perfilmanlah yang barangkali membuat Sakamoto paling dikenal.
Sakamoto Ryuichi resmi telah membuat lebih dari 30 skor film, termasuk untuk The Revenant, Merry Christmas, Mr. Lawrence, dan The Last Emperor.
Karya Sakamoto pun mendapat nominasi maupun memenangkan penghargaan, dari British Academy Award (BAFTA), Golden Globe, hingga Grammy.
Tentang Sakamoto Ryuichi
Sakamoto Ryuichi lahir pada 17 Januari 1952 di Tokyo, Jepang. Semasa balita, Sakamoto diperkenalkan oleh piano.
Di sekolah menengah, Sakamoto harus naik kereta untuk pergi ke sekolah. Kereta yang sempit membuat Sakamoto tidak bisa bergerak.
Hal ini membuat Sakamoto remaja memilih mendengarkan suara. Dia berhasil mengidentifikasi lebih dari sepuluh suara di dalam kereta tersebut.
Sakamoto mempelajari etnomusikologi di Tokyo National University of Fine Arts and Music.
“Musik Asia sangat memengarui Debussy dan Debussy sangat memengaruhi saya,” ungkap Sakamoto kepada radio publik WNY pada 2010 lalu.
Sakamoto menikah dengan Yano Akiko, penyanyi dan penulis lagi pada 1982 hingga 2006. Salah satu anaknya termasuk penyanyi Sakamoto Miu.
Selain berkecimpung di dunia musik, Sakamoto adalah seorang aktivis lingkungan dan aktif dalam kampanye antinuklir.
Dia berkontribusi dalam gerakan antinuklir, terlibat dalam amal yang berfokus pada penghapusan ranjau, serta mendukung daerah yang tertimpa bencana.
Walaupun Sakamoto Ryuichi telah meninggal dunia, tetapi nama sang musisi legendaris tak akan lekang oleh zaman.
Selamat jalan, legenda. May you rest in peace.
