Dimiliki Trump, Ini Segudang Kontroversi dari Media Sosial Truth Social

Masalah Media Sosial Truth Social
FOTO: New York Times (kiri) & Blackexperience (kanan)

Media sosial alternatif Truth Social kini menjadi buah bibir di kalangan warganet Indonesia. Menyusul kebijakan nyeleneh yang diluncurkan Elon Musk baru-baru ini, pengguna Twitter mulai beralih ke media sosial jenis fediverse tersebut. Namun, banyak yang tidak mengetahui sederet masalah yang ada di Truth Social.

Lantas, apa saja kontroversi dari media sosial alternatif tersebut? Simak poin-poin berikut ini!

1. Terikat dengan Mantan Presiden AS, Donald Trump

Truth Social merupakan media sosial alternatif yang didukung oleh mantan presiden Amerika Serikat paling kontroversial, yakni Donald Trump. Sesaat setelah Ia diblokir oleh sejumlah platform media sosial seperti Twitter dan Facebook akibat masalah pemilu di AS, Ia memutuskan untuk menggunakan Truth Social.

Bukan tanpa alasan, media sosial tersebut sebenarnya didirikan dan dikembangkan oleh perusahaan Trump Media & Technology Group (TMTG), yang dimiliki oleh Donald Trump sendiri.

Meski demikian, presiden AS penuh kontroversi itu sendiri nampaknya akan berpindah kembali ke Twitter menjelang kampanye pemilu presiden AS di tahun 2024 mendatang. Mengutip New York Times dari Newsweekkandidat capres partai Republik tersebut berkemungkinan besar tidak akan memperpanjang kontrak eksklusifnya dengan Truth Social, yang sebenarnya telah berakhir akhir Juni lalu.

Terlebih, Twitter lebih mampu mencakup banyak khalayak luas dalam urusan kampanye politik. Hanya waktu yang dapat membuktikan, apakah Trump akan pindah ke Twitter atau tidak, dan hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan Truth Social sebagai platform alternatif warganet di Amerika Serikat dan bahkan seluruh dunia.

2. Langgar Lisensi GPL Saat Uji Coba

Di tahun 2021, Truth Social diklaim telah melanggar beberapa perjanjian lisensi pada saat tengah menguji coba platform tersebut kepada publik.

Mengutip Liputan 6, Software Freedom Conservancy atau SFC mengklaim bahwa TMTG melakukan pelanggaran dengan tidak membagikan source code media sosial tersebut kepada khalayak luas.

Terlebih, Truth Social dibuat dengan menggunakan Mastodon, salah satu media sosial jenis fediverse yang bebas digunakan oleh siapa saja secara gratis.

Klaim tersebut telah dicabut, pasca Truth Social mengunggah source code mereka kepada publik.

3. Diujung Tanduk, Truth Social Alami Kerugian Finansial

Kontroversi lain yang tengah dihadapi oleh Truth Social adalah kerugian finansial sekaligus kendala regulasi yang telah berjalan sejak pertengahan tahun 2022.

Masalah regulasi di media sosial tersebut bermula dari perusahaan Digital World Acquisition (DWA) yang hendak mengakuisisi TMTG agar dapat memasukkan perusahaan milik Donald Trump ke bursa efek Nasdaq.

Pada laporan keuangan tanggal 18 Mei lalu, mengutip Forbes, DWA diketahui telah melakukan kesalahan perhitungan finansial pada laporan yang diterbitkan tahun 2022 silam. DWA sendiri melaporkan pada regulator AS bahwa laporan tersebut sudah tidak dapat diandalkan dan mereka tengah menyelesaikan masalah tersebut secara internal.

DWA sendiri juga belum mengisi laporan penghasilannya pada kuartal pertama tahun 2023 yang diwajibkan bagi seluruh perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham Nasdaq. Jika tidak dipenuhi hingga 24 Juli mendatang, perusahaan tersebut terancam tidak tercantum dalam bursa saham.

Selain kendala regulasi, Truth Social juga merugi secara finansial. Dilaporkan oleh Axios pada tahun 2022 lalu, Truth Social berhutang lebih dari 1,6 juta dolar AS pada perusahaan layanan hosting RightForge.

4. Sekadar Fediverse Pada Umumnya, Tetapi…

Merupakan pengembangan dari media sosial jenis fediverse, yakni Mastodon, Truth Social sebenarnya tidak jauh berbeda dari media sosial alternatif sejenis.

Fitur umum seperti mengunggah gambar, status, mengirim pesan ada pada keduanya. Fitur tambahan seperti alt text dan content warning untuk pos yang bersifat kontroversial pun turut tersedia.

Menariknya, media sosial alternatif yang menggunakan model fediverse tidak bergantung pada algoritma layaknya Facebook, Twitter, atau Instagram di masa kini.

Fediverse justru akan menampilkan pos-pos terkini, atau pos yang diunggah oleh pengguna yang kamu ikuti. Baik yang ada dalam situs yang kamu gunakan, maupun situs fediverse lainnya dengan cara desentralisasi, atau umumnya disebut sebagai fitur federasi.

Sayangnya, Truth Social tidak sebebas itu. Fitur federasi yang menjadi poin penting bagi platform fediverse tersebut tidak disertakan dalam media sosial tersebut.

Dengan demikian, pengguna dari MSTDN.ID atau fediverse sejenis tidak dapat melihat pos dari Truth Social dan juga sebaliknya.

Hal ini jelas bertentangan dengan gagasan fediverse yang dibangun sebagai media sosial yang terdesentralisasi serta terhubung satu sama lain.

5. Jadi Alat Propaganda Trump dan Echo Chamber Bagi Pendukungnya

Bagi kalian yang menggunakan media sosial alternatif berikut karena fear of missing out (FOMO), jangan kaget apabila kebanyakan pos di platform ini sedikit ‘bermasalah’.

Pasalnya, platform alternatif ini pada dasarnya adalah alat bagi Donald Trump sekaligus pendukungnya yang berhaluan konservatif, cenderung dari pendukung partai Republik AS.

Pew Research Center sendiri membuktikan bahwa klaim Truth Social sebagai platform medsos ‘free speech’ tidak sepenuhnya benar. Truth Social turut dilaporkan memblokir sejumlah konten yang memiliki pandangan politik yang berlawanan dengan sebagian besar pengguna.

Salah satu konten yang diblokir adalah laporan berita atas sidang Kongres AS terhadap tindakan Donald Trump yang memicu kerusuhan di sejumlah kawasan di AS, termasuk Washington DC pada 6 Januari 2021 silam.

Pew Research Center juga menelusuri sebanyak 200 akun dalam platform Truth Social, yang disortir berdasarkan jumlah pengikut terbanyak, dan menemukan bahwa 49 persen akun tersebut cenderung mendukung Trump atau berhaluan konservatif.

Pew Research Center turut menyatakan bahwa 44 persen diantaranya merupakan akun yang berkaitan dengan kerohanian, dan 43 persen diantaranya cenderung memiliki pandangan pro-Amerika Serikat.

Pos hingga video yang diunggah oleh 200 akun terpilih tersebut turut diteliti. 64 persen dari pos yang diunggah pada Juni 2022 silam kebanyakan membahas tentang hak untuk bersenjata bagi umum.

Selain itu, 62 persen pos diantaranya membahas tentang insiden 6 Januari, 54 persen lainnya membahas tentang sikap publik terhadap putusan aborsi dari Mahkamah Agung AS, dan 55 persen lainnya membahas terkait isu vaksinasi COVID-19 serta LGBTQ.

6. Diselidiki Kejaksaan AS Atas Dugaan Pelanggaran

Selain isu merger yang bermasalah, Truth Social yang dimiliki oleh Donald Trump lewat TMTG juga tersandung masalah hukum.

Mengutip The Guardian dari Reuters, sebanyak tiga orang resmi didakwa atas tindakan insider trading yang berkaitan dengan merger perusahaan TMTG dengan DWA.

Michael Shvartsman, Gerald Shvartsman, dan Bruce Garelick didakwa oleh jaksa penuntut umum Amerika Serikat, Damian Williams, pada Kamis (29/6) lalu karena melakukan insider trading dandiduga telah meraup keuntungan sebanyak 22 juta dolar AS.

Para terdakwa dapat dijerat hukuman penjara hingga puluhan tahun atas dugaan penipuan serta konspirasi tersebut.

Alternatif Media Sosial Selain Truth Social

Nyatanya, Truth Social bukanlah satu-satunya media sosial alternatif yang bisa digunakan oleh warganet Indonesia untuk dapat berinteraksi satu sama lain.

Di jagat maya Indonesia misalnya, ada tiga platform fediverse yang populer digunakan dan dapat terhubung satu sama lain. Ketiganya cocok bagi kalian yang suka terhubung dengan sesama pengguna dari Indonesia.

Platform pertama adalah mstdn.id (atau Mastodon Indonesia). Media sosial berbasis fediverse jenis Mastodon ini dibuat pada bulan November 2022 lalu oleh admin bernama Gajah Mada.

Dengan jargon “Server Mastodon di Nusantara,” media sosial ini ditujukan sepenuhnya bagi para pengguna yang ingin dekat dengan pengguna lain dari Indonesia dengan banyak keragaman tersendiri.

Serupa dengan mstdn,id, platform mastodonindonesia.com merupakan media sosial yang dikelola secara individual oleh Kukuh TW, yang merupakan seorang full-stack developer yang berfokus pada pengembangan program chatbot untuk sejumlah aplikasi berbagi pesan.

Mastodonindonesia.com sendiri beroperasi melalui donasi, sementara mstdn.id dioperasikan sepenuhnya oleh sang pengelola secara mandiri.

Platform terakhir yang bisa kamu gunakan adalah misskey.id. Misskey.id merupakan platform fediverse berjenis Misskey dan beroperasi dalam bahasa Indonesia.

Dikelola secara individu oleh Sandycorzeta, misskey.id telah menampung lebih dari 694 pengguna pasca-pengumuman kebijakan rate limitting yang dibuat oleh Elon Musk di Twitter.

Kebanyakan, pengguna misskey.id merupakan penggemar Jejepangan ataupun pegiat teknologi.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.