Bercerita dengan Boneka Lewat Pentas Amongraga di Musim Seni Salihara 2022

Pementasan Amongraga di Musim Seni Salihara menggunakan medium berbeda kali ini, dengan keunikan pembawaan ceritanya.

amongraga musim seni salihara
Pementasan Amongraga di Musim Seni Salihara 2022 menggunakan media boneka. | FOTO: dok. Komunitas Salihara Arts Center | EDIT: Seno Triadi

Festival seni di Jakarta Selatan, Musim Seni Salihara di Salihara Arts Center, kali ini menghadirkan sebuah kisah menarik datang dari Komunitas Sakatoya Yogyakarta berjudul Amongraga.

Dipentaskan pada 27 dan 28 Agustus lalu, pertunjukan yang juga hadirkan seniman Ugo Untoro tersebut membuat lebih dari 200 penontonnya terpukau menyaksikannya.

Kisahkan Legenda dari Kitab Budaya Jawa

poster amongraga
Ilustrasi poster untuk Amongraga di Musim Seni Salihara 2022. | FOTO: dok. Instagram Salihara Arts Center | EDIT: Seno Triadi

Amongraga merupakan pementasan yang diambil dari kisah dalam Serat Centhini, sebuah kumpulan hikayat budaya Jawa abad ke-19.

Kisah ini tentang pelarian salah satu putra raja dari Kerajaan Giri bernama Amongraga, yang kalah perang melawan Kerajaan Mataram.

Di tengah pelariannya, Amongraga melakukan ritual semadi dan tirakat di dalam goa, menemui sejumlah marabahaya.

Dalam kisah ini Amongraga tidak sendirian, ia ditemani oleh dua pengikut setianya, yaitu Jamal dan Jamil, yang juga membangun sebuah perguruan selama Amongraga bersemadi.

Kemahsyuran Amongraga membuat Sultan Agung Mataram mengutus pasukannya mencari Amongraga, kemudian mengakhiri kisah pelariannya.

Media Boneka Sebagai Penyampaian Kisah

panggung boneka
Dalam pementasan wayang modern Amongraga, hampir keseluruhan tokohnya diperankan sebagai boneka marionette dan dimainkan oleh dalang. | FOTO: dok. Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Sakatoya menggunakan medium boneka pertunjukan karya seniman Ugo Untoro yang disebut marionette, boneka yang dimainkan dengan benang.

Bagi Sakatoya sendiri, bermain dengan boneka marionette merupakan hal yang baru dan Teater Salihara merupakan panggung perdana dalam menampilkan bentuk kolaborasi ini.

Kolaborasi pertama kali bersama Ugo sendiri juga adalah pengalaman pertama komunitasnya berhadapan dengan marionette.

“Rasanya sungguh luar biasa, karena ada banyak tantangan yang muncul dan harus kami selesaikan seiring berjalannya proses,” jelas Komunitas Sakatoya.

Kolaborasi ini, menurut Sakatoya, terjadi karena dikawinkan oleh Salihara yang membaca marionette dari seniman Ugo Untoro sebagai potensi pertunjukan.

“Meski kami pernah menciptakan teater boneka di tahun 2018, dengan material limbah sampah plastik, tetapi menghadapi marionette mas Ugo adalah pengalaman baru bagi kami. Terlebih marionette mas Ugo adalah barang sudah jadi, yang hadir dalam berbagai varian anatomi dan gaya, ada marionette yang bergaya barat, ada pula yang timur. Perbedaan itu mempengaruhi sekali bagaimana marionette itu harus dimainkan,” kata Sakatoya.

Cerita Nasib Amongraga dalam Lima Babak

amongraga keranda bambu
Amongraga merupakan salah satu tokoh yang muncul dalam Serat Centhini, literatur rujukan budaya Jawa. | FOTO: dok. Komunitas Salihara Arts Center

Pentas Amongraga di Musim Seni Salihara ini terbilang unik, terdiri dari lima babak yang terjadi di dua lokasi yang berbeda, yakni Serambi Salihara dan Teater Salihara.

Pada babak pertama, pengunjung akan dibagi ke dalam tiga kelompok di ruang Serambi.

Sembari dijamu oleh minuman kunyit asam, pengunjung disambut oleh tiga orang dalang yang memperkenalkan sosok Amongraga melalui tiga buah boneka yang berbeda rupa.

Setelah babak satu selesai, kru panggung akan mengajak pengunjung berpindah ke dalam Teater Salihara.

Di dalam teater, pengunjung akan menikmati alur pertunjukan sesuai dengan kelompok masing-masing. tiap kelompok diwakilkan oleh tiga warna: biru, merah, dan hijau;

Setiap pengunjung wajib memakai gelang warna berbeda, dimana setiap warna akan mengikuti urutan cerita yang berbeda-beda pula.

Tidak hanya boneka marionette yang berukuran kecil, menjelang akhir pertunjukan, Komunitas Sakatoya juga menghadirkan boneka berukuran manusia yang juga turut merepresentasikan sosok Amongraga yang akan dimasukkan ke dalam bronjong (keranjang yang terbuat dari anyaman bambu) sebagai bentuk hukuman dari Raja Mataram karena telah meninggalkan sifat-sifat kemanusiaannya.

Pentas dengan mobilisasi yang unik ini pun diadakan sebanyak empat kali, dengan dua pertunjukan setiap harinya.

Tentang Komunitas Sakatoya

dalang amongraga
Sosok tiga dalang marionette Amongraga. | FOTO: dok. Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Sakatoya adalah kolektif seni yang bergerak di wilayah manajemen produksi kesenian dan produksi karya teater.

Semenjak 2018 karya-karya teater Sakatoya berfokus pada isu ekologi dengan berpijak pada dramaturgi keterlibatan penonton.

Pada 2021, Sakatoya berkolaborasi secara virtual bersama kelompok teater dari Inggris, Zoo Co dalam pentas Care Krisis, yang merupakan salah satu proyek terpilih program Connecting through Culture Grant 20/21 British Council.

Masih di tahun yang sama, Sakatoya juga terlibat menjadi Pengarah Artistik dan Program Publik untuk Pameran Arsip Game of The Archive di Biennale Jogja XVI – Equator #6 2021.

Di wilayah manajerial, Sakatoya mengelola dua program, yakni Partnership Program dan In-house Program.

Melalui kedua program tersebut, Sakatoya aktif melakukan kerja-kerja manajemen produksi bersama seniman atau kelompok dari bidang seni apapun, baik lokal, nasional maupun internasional.

Informasi lebih lanjut tentang kegiatan dari komunitas tersebut bisa mengunjungi media sosial resminya, melalui pranala ini.

Tentang Ugo Untoro

Ugo adalah perupa asal Yogyakarta, karyanya juga berupa benda tiga dimensi, instalasi dan seni video.

Karya-karyanya dipamerkan di luar negeri, di antaranya Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, Singapura, Malaysia, Italia, Korea Selatan dan Jepang.

Ugo Untoro mendapat beberapa penghargaan, di antaranya The Juror Attention pada Philip Morris Award (Jakarta, 1994), The Best 5 Finalist of Philips Morris Award (Jakarta, 1998) dan Man of The Year 2007 oleh majalah Tempo.

Ia menciptakan karya baru dalam bentuk marionette dengan judul Jessica dan Bromocorah (2021), keduanya muncul sebagai karya seni rupa yang dipamerkan di Galeri Sika, Bali.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.