Kemajuan dan perkembangan pesat dari dunia digital, merupakan hal yang menarik untuk dikaji dari pelbagai sudut pandang. Mengenai hal ini, Komunitas Salihara Arts Center mengadakan kelas untuk mempelajari mengenai dunia digital, yang kajiannya melalui kacamata ilmu filsafat. Untuk kelas ini, akan terselenggara pada tahun 2022 ini.
Terkait kelas yang diadakan oleh Komunitas Salihara Arts Center, mereka mengusung tema Manusia dan Dunia Digital.
Selain itu, untuk sudut pandangnya, mereka juga membahas fenomena ini melalui sisi antropologi, etika, dan epistimologi.
Kelas Filsafat Terbagi Menjadi Tiga Periode
Mengenai kelas yang akan diadakan, Komunitas Salihara membaginya menjadi tiga periode. Untuk pelaksanaannya, akan mulai pada Bulan Februari untuk membahas dunia digital dari sudut pandang antropologi.
Untuk sudut pandang antropologi, akan berfokus pada eksistensi pikiran manusia saat berhadapan dengan realitas maya.
Kemudian akan berlanjut pada Bulan Mei, untuk membahas seperti apa dunia digital apabila melihatnya dari sisi etika. Untuk kelas ini, akan mempelajari pelbagai cabang filsafat barat klasik hingga mutakhir, dalam memandang dunia virtual.
Yang terakhir, akan terselenggara pada Bulan November dan menawarkan pandangan dari sisi epistimologi.
Fokus pada kelas terakhir ini, terletak pada filsafat barat kontemporer dan hubungannya dengan dunia digital.
Untuk pengampu pada tiap periodenya, pada periode pertama dan kedua akan diampu oleh Reza A.A. Wattimena, yang merupakan peneliti pada bidang filsafat politik, filsafat ilmu, dan kebijaksanaan timur.
Untuk periode tiga, pengampunya adalah F. Budi Hardiman, yang merupakan pengajar di Universitas Pelita Harapan.
Menawarkan Sudut Pandang Lebih Luas Dalam Melihat Fenomena Dunia Digital
Mengenai akan terlaksananya kelas filsafat ini, Reza A.A. Wattimena mengungkapkan bahwa dunia digital memberi banyak pengaruh bagi manusia, seperti cara berpikir, pola hubungan antar sesama manusia, serta makna identitas.
Adanya kelas ini, menurut Reza dapat memberikan kejernihan pemahaman atas revolusi digital yang terjadi. Kondisi ini diharapkannya bisa memberi keseimbangan hidup manusia, pada era digital seperti saat ini.
Selanjutnya, koordinator program edukasi dari Komunitas Salihara Arts Center, Rebecca Kezia, juga mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi sangat cepat.
Bahkan, teknologi juga memiliki peran penting pada masa pandemi seperti sekarang.
Kondisi tersebut menyebabkan Komunitas Salihara berupaya mengajak masyarakat untuk memaknai perubahan yang terjadi melalui sudut pandang filsafat.
Selain itu, program ini juga dapat menjadi sarana untuk merawat pemikiran kritis masyarakat, melalui sejarah dan para pemikir dunia.
Tema dunia digital dari sudut pandang filsafat juga bukan menawarkan sebuah kebenaran tunggal.
Namun, lebih pada membuka jalan untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dari sudut pandang yang lebih luas dan kritis.
Sekilas Mengenai Komunitas Salihara Arts Center
Selain mengadakan kelas filsafat untuk memandang dunia digital, Komunitas Salihara Arts Center seringkali membahas tema yang berkaitan dengan isu sosial, politik, dan fenomena terkini.
Walaupun begitu, komunitas ini juga seringkali menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia. Baik itu bersifat pertunjukan biasa atau pun bernuansa edukasi.
Untuk pertunjukan yang mereka adakan, biasanya mereka menyelenggarakannya secara kreatif dalam tengah keramaian Selatan Jakarta.
Sejumlah karya komunitas tersebut telah terpentaskan baik dalam bentuk fisik maupun digital. Pada Desember lalu, mereka mementaskan sebuah pameran Bodies of Care, serta drama audio bertajuk Teman Kami.
