Review Novel Blue, Painful, and Brittle: Proses Menjadi Dewasa

novel blue painful and brittle

Menjadi dewasa merupakan sebuah proses yang panjang dan terkadang bisa terasa amat sulit. Ada banyak hal yang berubah ketika kita beranjak dewasa—orang-orang di sekitar kita, pandangan, dan mungkin prioritas kita. Itulah hal yang menjadi topik utama kali ini dalam sebuah novel karya Yoru Sumino berjudul Blue, Painful, and Brittle.

Novel Blue, Painful, and Brittle: Membahas Proses Menjadi Dewasa

Mungkin kita tidak ingin hal itu terjadi, namun hal itu tidak terelakkan karena itu merupakan bagian dari perubahan. Ada banyak hal yang kita rasakan juga dalam sepanjang proses seperti itu. Tapi hal tersebut merupakan hal yang manusiawi dan memang ditakdirkan untuk terjadi.

Setelah membahas arti kehidupan dalam I Saw the Same Dream Again, penulis Yoru Sumino kembali dengan buku Blue, Painful, and Brittle (Aokute, Itakute, Moroi). Novel ini mengangkat mengenai hubungan antara mahasiswa dan apa arti bertumbuh menjadi dewasa. Buku yang telah dirilis di Jepang pada 2018 ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dirilis oleh Penerbit Haru pada September 2020 lalu.

Sinopsis Blue, Painful, and Brittle

Kaede Tabata hanyalah seorang pemuda biasa yang ingin menghabiskan waktunya di universitas tanpa ada konflik dengan orang lain. Ketenangan yang telah ia bangun pun berubah setelah ia mengenal Akiyoshi Hisano, seorang mahasiswi yang sekelas dengannya dalam satu mata kuliah. Dia menyatakan berbagai pendapat yang—menurut Tabata—terlalu idealis. Meski begitu, setelah mengenal satu sama lain dengan lebih baik lagi, Tabata pun yakin bahwa Akiyoshi adalah sesosok gadis yang polos, tulus, dan murni pikirannya.

Idealisme dan antusiasme dari Akiyoshi pun menyeret dia dan Tabata untuk membuat sebuah klub rahasia bernama Moai. Pada mulanya, klub itu hanya berisi Tabata dan Akiyoshi saja, namun klub itu pun mulai berkembang dan anggotanya pun menjadi lebih banyak. Pandangan dari klub itu pun juga berubah—dari yang tadinya ingin memaksimalkan potensi tiap anggota menjadi hanya untuk memuaskan ego mereka masing-masing.

Melihat ini, Tabata pun ingin mengubah dan mengembalikan Moai—serta Akiyoshi—menjadi seperti yang dulu.

Berubah Itu Hal Biasa

Sama seperti I Saw the Same Dream Again, buku ini juga unik karena kedalaman ceritanya dan juga tingkah laku para tokohnya. Blue, Painful, and Brittle mungkin terkesan seperti buku yang mengusung cerita sehari-hari. Novel ini memiliki unsur sebuah “misi” biasa yang harus dijalankan oleh tokoh utamanya. Memang benar, tapi tidak hanya itu saja yang tokoh utamanya lakukan—konflik utama dari buku ini lebih rumit daripada itu.

Niat Tabata memang baik, yaitu ingin mengembalikan Moai menjadi suatu komunitas yang dia kenal dulu—sebuah komunitas yang dijalankan berdasarkan idealisme pemimpinnya. Dan juga mendorong potensi tiap-tiap anggotanya agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, ia memilih untuk melakukannya dengan cara yang provokatif agar ia dapat lebih didengar.

Satu hal yang Tabata tidak ketahui sebelumnya adalah betapa semua orang bisa berubah seiring berjalannya waktu. Keadaan yang terus berubah membuat orang memiliki perubahan dalam tutur katanya. Dan mungkin juga perilakunya. Ini terjadi pada semua tokoh utama dalam buku ini, termasuk Tabata dan Akiyoshi sendiri.

Akiyoshi tetap seorang gadis yang menjunjung tinggi idealisme, namun ia sadar bahwa ia harus menemukan cara agar semua impiannya dapat tercapai; Tabata, yang terlalu dibutakan oleh ambisinya, telah menjadi orang yang berbeda. Tanpa dia sadari dirinya telah menjadi seperti anggota Moai. Ia menjadi sosok yang terlalu mengutamakan egonya untuk mencapai apa yang ia inginkan.

Melalui cerita ini pula, pembaca dapat belajar bahwa perubahan merupakan sifat alamiah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tiap orang pasti memiliki alasannya masing-masing ketika mereka memutuskan untuk berubah ke arah yang. Terkadang menurut mereka hal tersebut merupakan hal yang lebih baik. Hal itu tidak terelakkan dan yang bisa dilakukan hanyalah menghargai pendapat tiap orang dan mencoba untuk memahami perasaan mereka ketika kita merasa bahwa mereka berubah.

Gaya Penulisan yang Memukau

Dengan gaya penulisannya yang khas namun tetap dapat dinikmati pembaca, Sumino dapat menyajikan cerita Tabata dan Akiyoshi serta teman-teman mereka dengan baik. Tabata, Akiyoshi, dan karakter-karakter lainnya di sini menampilkan diri mereka yang seperti orang muda pada umumnya. Masing-masing dari mereka berusaha mencari jati diri dan apa adanya sesuai dengan perangai masing-masing. Gaya penulisannya juga bisa membuat orang-orang yang membacanya seolah-olah ikut menyaksikan cerita itu sendiri dalam waktu yang sama dengan para karakter di bukunya. Selain itu juga ikut merasakan pergumulan tiap-tiap karakternya.

Selain cerita dan penokohan, alurnya juga dituliskan secara jelas, sehingga para pembaca dapat tetap mengikuti cerita dalam tiap halaman buku ini dengan baik dan tetap mengerti inti ceritanya. Oh iya, plot twist dalam buku ini juga membuat para pembaca benar-benar terkejut. Hal tersebut dapat menambah keseruan dalam ceritanya.

Elemen Lainnya

Meski buku ini menampilkan kedalaman cerita khas Yoru Sumino, buku ini juga memiliki beberapa elemen yang sayang untuk dilewatkan. Melalui buku ini, para pembaca dapat mengetahui seberapa susahnya bagi para mahasiswa maupun fresh graduate di Jepang untuk mencari pekerjaan. Dan juga bersiap-siap untuk terjun dalam dunia masyarakat setelah bersenang-senang dan mencari ilmu di universitas.

Di sisi lain, buku Blue, Painful, and Brittle juga mungkin dapat membuat para pembaca yang masih atau pernah berkuliah menjadi bernostalgia dan mengingat-ingat lagi suka dan duka saat menjadi mahasiswa. Bertemu dengan teman-teman baru yang lucu dan seru, mengikuti pelajaran. Selain itu menjadi anggota dalam sebuah organisasi kampus memang menjadi sebuah memori indah. Tiap orang yang mengingatnya mengakui bahwa ia pernah punya pengalaman yang seru di masa lalu saat berkuliah.

Overall, buku Blue, Painful, and Brittle bisa menjadi pilihan buku yang tepat untuk dibaca selanjutnya bagi para pembaca buku. Khususnya bagi para pegiat kebudayaan dan sastra Jepang. Selain mengunggulkan kedalaman ceritanya, buku ini juga mengulas berbagai kegiatan mahasiswa Jepang yang menarik dan mungkin bisa membangkitkan memori untuk para pembaca yang masih atau pernah berkuliah.

Bagi para pembaca review ini yang penasaran dan ingin membaca buku ini juga, bisa membelinya di toko buku terdekat maupun online. Kalian juga dapat membelinya di toko buku online Penerbit Haru.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.