Kami Bertemu dengan Peserta Circle Asli Jepang di Comifuro 17, Begini Pengalaman Mereka!

Sejumlah artis dan lingkar karya dari Jepang membuka stan di Comic Frontier 17, seperti apa?

circle asli jepang comifuro
Ragam karya dari circle Jepang menunjukkan niat mereka untuk berkolaborasi dengan para artis dan ilustrator serta fans dari sejumlah fandom ACG Jepang di Indonesia. | EDIT: Nawala Karsa

Comic Frontier 17 (Comifuro 17) menjadi satu diantara event besar yang digelar secara serentak di penghujung 2023 ini.

Digelar selama dua hari, yaitu pada Sabtu (16/12) dan Minggu (17/12), semua dapat berpartisipasi tak hanya menjadi pengunjung tetapi jadi bagian dari circle artist atau lingkar karya (lingkarya) tanpa batasan.

Event CF17 kali ini spesial karena tercatat ada sejumlah artis independen atau doujinka/illustrator dari Jepang yang turut hadir membuka stan di sejumlah titik dalam area pasar komik!

Oleh karena itu, Nawala Karsa menyempatkan berkunjung dan ngobrol bareng beberapa circle dari Jepang tersebut yang menyempatkan membuka booth mereka di Comifuro 17.

Seperti apa pengalaman mereka, dan apa kesan terhadap perhelatan pasar komik terbesar di Indonesia ini?

Rencana DouDouDoujin Kolaborasi dengan Komunitas Pop Kultur di Tanah Air

circle asli jepang comifuro
Di booth Neda Land & Doudoudoujin, pengunjung Comifuro berkesempatan untuk membeli sejumlah karya independen dan beragam majalah yang dijual selama eventnya berlangsung, begitu juga melakukan art commission. | FOTO: Adi Styadi | EDIT: Nawala Karsa

Booth atau circle asli Jepang pertama yang sempat jadi sorotan saat Comifuro 17 berlangsung adalah Neda Land & DouDouDoujin yang terletak di Hall 9, tepatnya di AC-40.

DouDouDoujin, melansir dari situs resminya, merupakan perusahaan startup penerbit manga digital karya independen Jepang yang berlokasi di Nagoya, Jepang, dimana merupakan cabang penerbit di bawah perusahaan Penerbit Mizuku.

Stan ini menjual beberapa fanzine produksi mereka sendiri, begitu juga menerima commission langsung dari artisnya sendiri, yaitu Neda Keishi/@dorori_k sebagai kolaborator booth tersebut.

Doudoudoujin juga hadirkan artis doujinka Jepang, Neda Keishi, untuk membuka art commission di booth selama Comic Frontier 17 berlangsung. | FOTO: Adi Styadi | EDIT: Nawala Karsa

CEO dari DouDouDoujin, Mizutani Shoichiro, mengatakan bahwa dirinya diundang seorang kolega yang membantu mereka membuka stan di Comifuro.

Selain berpartisipasi, tujuan mereka datang ke Indonesia adalah untuk mencari peluang kolaborasi di masa depan karena anime Jepang sudah sangat populer di Indonesia.

“Kami membuka booth di Comifuro ini bertujuan untuk membuka kolaborasi bersama para artis independen Indonesia,” jelasnya.

Ditemui Nawala Karsa, CEO dari perusahaan tersebut mengaku senang telah ikut bergabung bersama artis dan circle di Comifuro tersebut, dan bisa disambut dengan baik di Indonesia,  membuat mereka berencana untuk ikut berpartisipasi kembali di event selanjutnya.

“Kami juga memiliki minat untuk mengetahui seberapa besar fandom Vtuber di Indonesia yang sangat tumbuh pesat disini,” kata CEO Mizutani.

Bantu Hidupkan Fandom Waralaba Klasik

circle asli jepang comifuro
Sejumlah doujin Touhou Project yang dijual circle artis Pythonkid. | FOTO: Seno Triadi | EDIT: Nawala Karsa

Di sisi lain, Nawala Karsa juga mengetahui ada beberapa artis atau ilustrator doujinka datang langsung dari Jepang untuk menjual karya mereka di Comifuro 17.

Penulis menemui tiga booth circle tersebut, dimana dua artisnya mengerjakan waralaba klasik namun masih sangat populer di Jepang, yaitu Touhou Project, dan satu mengerjakan karya lainnya.

Untuk circle yang menjual Touhou Project, mereka terdiri dari Pythonkid yang menduduki D-02-ab, dan Bansho Shinra & SunameriDrill yang menempati D-09-ab.

Sedangkan ada lingkarya Red Ribbon Revenger di D-51-ab, dengan Makoushi sebagai artisnya, menjual majalah orisinal membahas gelaran event pop kultur di luar Jepang, dan doujinshi dari seri Kantai Collection dan Higurashi no Naku Koro Ni.

Rata-rata booth tersebut menjual beragam gantungan kunci, doujinshi, tapestry, poster, dan sebagainya dari sejumlah karakter favorit tiap seri waralabanya, dibanderol dengan harga bersaing.

Masing-masing artis mengungkapkan bahwa mereka membuat karya-karya tersebut karena senang dengan franchise yang masih bertahan dan berkembang hingga kini.

“Saya suka dengan Touhou Project termasuk karakter-karakternya, jadi saya tuangkan kesenangan tersebut melalui karya yang saya jual disini,” kata ilustrator Pythonkid.

Apakah Beda dengan Comiket?

circle asli jepang comifuro
Tak hanya Touhou, circle Bansho Shinra juga menjual poster dari fandom lainnya, termasuk Vocaloid dan Uma Musume. FOTO: Seno Triadi | EDIT: Nawala Karsa

Apabila membicarakan pasar komik independen atau doujin market, tentunya Comic Market (Comiket) di Jepang juga menjadi satu diantara convention yang mereka hadiri.

Mizutani, CEO dari Doudoudoujin, mengaku bahwa dirinya pernah ke Comifuro sebelumnya pada CF16 Mei lalu, kala itu sebagai pengunjung biasa.

“Saya sebelumnya pernah kesini sejak Mei lalu, jalan bareng teman ke Comifuro untuk ketahui skena komunitas ACG (perwibuan) di Indonesia,” katanya.

Ia sendiri pun mengakui bahwa Indonesia sebenarnya punya potensi untuk mengembangkan skena pop kultur lebih besar lagi dengan adanya event-event besar seperti Comifuro, kelak bisa disamakan dengan yang di Jepang.

Red Ribbon Revenger menjual sejumlah majalah independen yang membahas event-event pop kultur dunia yang populer di masing-masing negaranya. | FOTO: Seno Triadi | EDIT: Nawala Karsa

Selain Comiket, circle Pythonkid dan Bansho Shinra juga pernah membuka lapak mereka di Reitaisai, sebuah pasar komik dan suvenir yang berkaitan dengan Touhou Project.

“Sebenarnya (bedanya di Jepang) kalau untuk stand biasa, kami hanya dibatasi jumlah merch yang bisa kami jual, namun kalau di Comifuro ini lebih luas lapaknya”, kata salah seorang ilustrator circle Bansho Shinra yang menjaga booth di Comifuro.

“Apalagi pengunjung di Comifuro lebih antusias membeli produk kami, jika dibandingkan di Jepang. Kalau di Comiket atau Reitaisai, saking banyak orang lalu lalang mencari barang yang disukai mereka lebih cenderung menghiraukan booth yang dianggapnya kurang menarik,” tambahnya.

Pesan Kepada Komunitas Pop Kultur di Indonesia

fandom
Skena dari pop kultur atau ACG di Indonesia mayoritas terlihat dari minat di fandom Virtual Youtuber, komik lokal, dan game mobile. | FOTO: Adi Styadi | EDIT: Nawala Karsa

Pengalaman mereka sebagai circle di Jepang membuka artist booth di Comic Frontier, tampaknya jadi hal paling berkesan bagi mereka, karena dapat bertemu dengan sejumlah pengunjung yang memiliki minat serupa.

Belum lagi yang membeli karya-karya mereka pun punya minat dan kegemaran yang sama dengan yang dipunya circle asli Jepang tersebut, jadi mereka inginkan agar banyak pengunjung membeli dagangan karya mereka.

“Saya berjanji jika membuka stan serupa seperti sekarang akan mendatangkan sejumlah artis dari Jepang lainnya untuk membuka art commission kedepannya,” ujar Mizutani dari Doudoudoujin.

Bansho Shinra mengaku bahwa ia senang untuk berkesempatan buka booth di Comifuro, mewakili circle lingkaryanya langsung dari Jepang.

“(Saya berharap) kapan-kapan juga kita bisa ketemu lebih sering untuk berbagi pengalaman, jadi kita bisa melakukan kolaborasi seperti art trade atau buka diskusi tentang fandom yang kita suka,” katanya.

Lingkarya Red Ribbon Revenger juga mengharapkan untuk ketemu lagi dengan pengunjung Comifuro sejak dirinya mengaku bahwa ini yang kali kedua dia kesini, namun baru CF17 ini dia membuka booth kepada para peminat fandom yang satu frekuensi dengannya.

“Saya ingin sekali melihat senyuman dari para penikmat pop kultur di Indonesia yang mengunjungi booth saya untuk dapat ngobrol bareng soal karya yang saya buat, apalagi ada yang bisa membelinya malah lebih bagus,” harapnya.

Nah, NawaReaders, kira-kira stan serupa manalagi yang kami lewatkan selama perhelatan Comic Frontier (Comifuro) berlangsung? Apa harapan kalian kepada mereka jika suatu saat mereka datang kembali buat buka booth serupa nantinya?

Jangan lupa untuk berikan opinimu di media sosial kami maupun Discord Ayukawa Media, ya!


Nawala Karsa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para peserta Comic Frontier 17 dari Jepang, yakni Neda Land & Doudoudoujin, Pythonkid, Bansho Shinra, dan Red Ribbon Revenger, atas kesediaannya dalam membagikan pengalamannya kepada komunitas otaku dan pop kultur di Indonesia.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.