[HIGHLIGHT] Lima Hal Yang Menarik di Pekan Sinema Jepang 2018!

JAKARTA – Pekan Sinema Jepang 2018 resmi berakhir kemarin (Minggu, 16/12) di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Gelaran yang diprakasai oleh Visual Industri Promotion Organization (VIPO) beserta Agency of Cultural AffairsThe Japan Foundation –  Jakarta ini berakhir dengan meriah dan ditanggapi positif oleh para penonton.

Gelaran ini sendiri diadakan di CGV Grand Indonesia, Jakarta mulai tanggal 7 Desember (Jumat) dan berakhir pada tanggal 16 Desember (Minggu). Banyak sekali kegiatan screening serta workshop menarik yang telah diadakan di Pekan Sinema Jepang pada tahun ini.

Apakah kalian mengikuti seluruh kegiatan yang dihadirkan dalam gelaran tersebut? Apakah kalian ketinggalan keseruan dari kegiatan yang ada? Atau mungkin tidak sempat hadir? Tenang saja. Nawala Karsa telah merangkum sejumlah kegiatan menarik yang diadakan di Pekan Sinema Jepang 2018 lalu.

Opening Ceremony – One Cut of The Dead

Gelaran Pekan Sinema Jepang 2018 dibuka dengan invitation-only screening film One Cut of The Dead. Penayangan film tersebut dihadiri oleh para cast film karya Shinichiro Ueda. Film ditayangkan di Audi JOY 1 CGV Grand Indonesia, yang merupakan Audi terbesar di CGV Grand Indonesia.

Acara dibuka dengan lantunan biola dari Ayasa, pemain biola asal negeri sakura yang sangat populer di negeri itu. Ia juga pernah tampil dalam gelaran Ennichisai 2017. Setelah Ayasa melantunkan biolanya dengan indah, acara berganti dengan sambutan dari Toshiya Naito dari Agency For Cultural Affair, ia menyebutkan bahwa gelaran ini akan menghadirkan setidaknya 40 film dari Jepang, dalam segala jenis genre. Acara ini, ia sebut, dibuka dengan pemutaran film One Cut of The Dead dan akan diakhiri dengan pemutaran film kerjasama antara Indonesia – Jepang – Prancis, yaitu The Man From The Sea.

 

Toshiya juga menyebutkan, bahwa film dapat menjadi alat pertukaran budaya, dan mempererat hubungan antara kedua negara layaknya Jepang dan Indonesia, terutama dalam bidang animasi, aspek kehidupan, kebudayaan, serta kesenian yang dapat mengeratkan hubungan antara kedua negara. Sebelum menutup pidatonya, Toshiya juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam kerjasama yang mereka lakukan.

Executive Vice President dari The Japan Foundation Hiroko Tsuka menyambut para penonton di dalam Audi. Ia menyebutkan, apabila para penonton di Jakarta merasa melewatkan pemutaran film Jepang kali ini, mereka dapat menonton (atau mengikuti) gelaran serupa yang akan diadakan di Bandung. Ia juga menyebutkan bahwa The Japan Foundation akan terus berupaya memperkuat hubungan antara Indonesia dan Jepang dalam pertukaran budaya serta seni.

Setelah pidato dari sejumlah pejabat, tiba saatnya perkenalan para cast film serta sutradara yang hadir pada Pekan Sinema Jepang 2018. Tentu saja, cast yang pertama diperkenalkan adalah cast dari film One Cut of The Dead. Eh, ngomong-ngomong. Sebelum hari pembukaan, para cast film One Cut of The Dead ternyata ‘nongkrong’ dulu lho di warung Pecel Lele di pinggir jalan. Keren ya!

Sakina Asamori, yang berperan sebagai Saki Matsuura, anak sang sutradara Takayuki Higurashi, memperkenalkan dirinya kepada penonton. “Selamat siang. Saya Sakina Asamori,” sapanya pada para penonton, “baru pertama kali [saya] datang ke Jakarta, dan saya suka dengan Indonesia sebab tempatnya sangat bagus.” Selain Sakina, Kazuaki Nagaya yang berperan sebagai Kazuaki Kamiya juga mengucapkan terima kasih kepada para penonton yang sangat antusias menonton film ini.

Selain Sakina dan Kazuaki, aktris lain seperti Yoshiko Takehara dan Harumi “Pom!” Syuhama juga datang ke pembukaan Pekan Sinema Jepang 2018. Yoshiko mengucapkan terima kasih pada para penonton dengan terbata-bata dan sedikit lupa akan ucapan yang ingin ia katakan. Selain cast dari One Cut of The Dead, salah satu cast dari film The Tokyo Night Sky is Always the Densest Shade of Blue yaitu Shizuka Ishibashi, kemudian sutradara Shosuke Murakami yang menyutradarai film One Week Friends turut hadir dalam pembukaan tersebut.

Setelah pemutaran film One Cut of The Dead berakhir, para pemeran film yang turut menonton turut terharu karena para penonton sangat antusias dan tertawa saat pemutaran film tersebut. Yang paling terharu? Tentu saja Harumi Syuhama dan Yoshiko Takehara.

Talkshow dengan sejumlah Sutradara dan Aktris

Di hari kedua (8/12), gelaran Pekan Sinema Jepang berlanjut dengan pemutaran film The Tokyo Night Sky is Always The Densest Shade of Blue, One Week Friends, dan Tremble All You Want.

Setelah pemutaran film The Tokyo Night Sky berakhir, terdapat sesi talkshow dengan Shizuka Ishibashi yang berperan sebagai Mika dalam film ini. Para penonton sangat tertarik dengan pembahasan yang Shizuka bawa.

Sementara itu pada gelaran One Week Friends, para penonton dapat bertemu dengan sosok sutradara Shosuke Murakami. Dan pada saat Tremble All You Want berakhir, sutradara Akiko Ooku berbincang-bincang singkat dengan para penonton.

Salah satu talkshow yang menjadi incaran para penonton adalah talkshow Talk with the Director and the Producer of “Modest Heroes” yang dihadiri oleh produser Yoshiyuki Momose dan Yoshiaki Nishimura, dan juga, talkshow mengenai Sentai bersama sutradara Osamu Kaneda dan produser BIMA Series Reino Barrack. Sejumlah film seperti PARKS, Pieta in the Toilet, SUNNY, dan Samurai Hustle juga dihadiri oleh masing-masing sutradara.

Membuat Awan ala Tokusatsu

Jelang hari terakhir gelaran Pekan Sinema Jepang 2018, pada hari Sabtu (15/12), ada sebuah Workshop Tokusatsu setelah pemutaran film pendek “A Giant God Warrior Descends on Tokyo”. Workshop yang diadakan oleh Toshio Miike ini mengajarkan para penonton untuk mencoba membuat set tokusatsu berupa awan dengan mudah.

Workshop Pekan Sinema Jepang kali ini difokuskan untuk anak-anak. Namun, hal ini tidak terbatas pada segala usia. Set awan yang telah dibuat, dipajang di sudut bioskop CGV Grand Indonesia. Hasil jadi set tersebut sangatlah bagus dan hampir realistis.

Closing Ceremony – The Man From The Sea

Seperti yang telah kami sebutkan pada artikel “Penutupan Pekan Sinema Jepang 2018 : Dean Fujioka, dan Kemeriahan Penonton“, penutupan gelaran tersebut diakhiri dengan pemutaran film The Man From The Sea. Film karya Koji Fukada, yang sebelumnya telah memproduksi film Harmonium, mendapatkan apresiasi dari para penonton.

Acara penutupan yang diadakan di lokasi yang sama pada saat pembukaan sangatlah ramai dan para penonton sangat antusias untuk menyaksikan lakon Dean Fujiokan dan Adipati Dolken dalam film ini. Sesi diskusi panel dibuka. Para penonton sangatlah antusias menyapa Dean Fujioka, ada juga yang menyapa Adipati Dolken, dan cast lainnya.

Pada akhir sesi panel, Dean mengucapkan terima kasih pada semua penonton, serta menyebutkan bahwa ini adalah suatu kehormatan untuk dapat bekerjasama dengan rekan-rekan dari Indonesia, dan juga aktor-aktris terbaik dari Indonesia. Ia turut menghimbau kepada para penonton untuk menyebarkan informasi mengenai film yang kabarnya akan dirilis pada Januari 2019 ini kepada khalayak umum.

Sejumlah Film Yang Patut Ditonton!

Di Pekan Sinema Jepang 2018 lalu, ada sejumlah film yang patut menjadi perhatian kalian. Mulai dari film indie yang unik bernuansa zombie, hingga film tokusatsu era 1954 yang akan membuat kalian terkesima.

(c) Enbu Seminar

One Cut of The Dead, film (bukan soal) Zombie ini sangat cocok untuk remaja hingga orang dewasa. Pada awal film, kita disuguhkan dengan skenario dimana sebuah acara TV yang ditayangkan secara Live didatangi oleh Zombie sungguhan. Namun, ada momen-momen yang menjelaskan mengenai ‘kedatangan’ Zombie tersebut, apa alasan Higurashi menerima tawaran untuk menyutradarai acara ini, dan bagaimana suka duka Higurasi dan krunya dalam membuat acara tersebut? Nah, kami rekomendasikan kalian untuk menonton film ini.

Mary and the Witch’s Flower
© 2017M.F.P. . / JAPANESE FILM FESTIVAL 2018 INDONESIA

Mary And The Witch’s Flower adalah karya pertama dari Studio Ponoc, yang berisikan jebolan dari Studio Ghibli, dan dipimpin oleh sutradara Hiromasa Yonebayashi. Film fantasi dengan cita rasa Harry Potter dan Kiki’s Delivery Service ini cukup menarik untuk ditonton, terutama bagi kalian yang kangen sekali dengan style anime ala Studio Ghibli.

Masih dari Studio Ponoc, film Modest Heroes juga dapat menjadi ‘obat’ bagi kalian yang kangen dengan style ala Studio Ghibli. Uniknya, film ini digarap oleh tiga sutradara yang berbeda, yakni Hiromasa Yonebashi, Yoshiyuki Momose, dan Akihiko Yamashita.

Godzilla merupakan film tokusatsu era 1954 yang sangat melegenda, dan terkenal di seluruh dunia. Film karya Ishiro Honda ini patut kalian tonton, sebab, di film inilah ‘ketakutan’ orang Jepang akan senjata nuklir dimunculkan. Godzilla yang muncul akibat eksperimen nuklir di Bikini Atoll siap membuat kamu terkesan dan juga ketakutan berkat kekuatannya!

Setelah era 1954, yuk kita kembali lagi ke era Samurai! Caranya? Dengan menonton film Miss Hokusai buatan studio Production I.G. Film yang mengisahkan Katsushika Oi, anak dari Hokusai, menjadi film yang menarik untuk kalian tonton. Film ini rupanya juga mengikuti alur cerita dari manga yang sama, yang digarap oleh Hinako Sugiura.

Let Me Eat Your Pancreas

Yang terakhir, kita harus kembali ke era modern dan harus berbenturan dengan cinta ala remaja. Yap, benar! Kami turut merekomendasikan film live-action Let Me Eat Your Pancreas untuk kalian tonton. Film yang nantinya juga akan hadir versi film animenya di Indonesia ini, di lakoni oleh Shun Oguri, Takumi Kitamura, dan Minami Hamabe. Film yang disutradarai oleh Sho Tsukikawa ini juga menggunakan alur yang sedikit berbeda dengan yang ada di novel.

Akhir Kata dalam Pekan Sinema Jepang tahun ini

Pekan Sinema Jepang
Foto: Naufal Alfarizy / Nawala Karsa

Gelaran yang diadakan untuk memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Jepang-Indonesia kali ini resmi berakhir. Sepanjang gelaran berlangsung, muncul tawa, tangis, haru, dan emosi para penonton setelah menonton film dari festival ini. Sekitar 40 film dihadirkan disini, salah satunya juga menghadirkan bintang tamu spesial, yang menyapa para penonton.

Gelaran ini berhasil menghibur ribuan penonton, dan berhasil mempererat ‘tali’ hubungan antara Indonesia dan Jepang, yang jaraknya 4.819 kilometer jauhnya. Tak hanya itu, para penonton dapat mengenal satu sama lain walaupun berbeda bahasa, dan juga kewarganegaraan. Belajar budaya, dan sinematografis Jepang, menjadi ilmu yang dapat para penonton petik, setelah menonton film-film yang telah di hadirkan di gelaran ini.

Jepang dan Indonesia, tak akan pernah terpisahkan.

 


Segenap direksi dan tim redaktur Nawala Karsa mengucapkan terima kasih kepada Pekan Sinema Jepang yang telah menjadikan Nawala Karsa sebagai salah satu media partner dalam gelaran pada tahun ini.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.