Unity Akhirnya Revisi Ulang Kebijakan Setelah Banyak Diprotes

Pada pertengahan September ini, Unity, perusahaan engine game  mendapat perhatian karena rencana penerapan fee yang dirasa tidak adil.

Dengan menarik biaya berdasarkan jumlah perangkat yang menginstall gim, para developer terancam harus membayar biaya yang tinggi. Ini bakal sangat merugikan, terutama buat developer indie.

Karena banyaknya pihak yang menolak hal tersebut, terutama dari kalangan gamer dan developer, Unity pagi ini mengeluarkan surat yang berisi perombakan dari rencana baru mereka.

Dalam revisi ini, engine game ini akan memberi dua pilihan bagi hasil untuk para developer yang sudah memenuhi kuota keuntungan dari game yang sudah di-publish. Sayangnya, sepertinya para developer sudah mulai menjauh dari engine satu ini.

Revisi Rencana, Unity Longgarkan Kebijakan Versi Personal

Unity
Dapat banyak kecaman, stok Unity cukup anjlok seminggu belakangan | EDIT: Nawala Karsa

Dalam unggahan Blog resmi Unity, leader dan director Marc Whitten mengutarakan permintaan maaf karena pengumuman kebijakan fee baru yang menghebohkan dunia gaming.

Ia kemudian menjabarkan kalau engine ini akan tetap memiliki versi gratis yang bisa digunakan untuk membuat proyek pribadi dalam versi engine Personal.

Sebagai pengganti, fee berupa share revenue baru akan ditarik ketika keuntungan penjualan gim sudah mencapai angka dua ratus ribu dollar, atau sekitar tiga miliar rupiah. Unity juga memberikan pilihan untuk tidak memasukan splash screen khusus sebagai ketentuan penggunaan engine.

Sementara kebijakan runtime fee yang menghitung pembayaran lewat jumlah install akan mendapat perombakan besar.

Perubahan Untuk Rencana Runtime Fee

Unity
Website Unity sekarang menyertakan penghitung fee yang harus dibayar | FOTO: Unity

Sebelumnya, Unity berencana untuk menarik biaya setiap kali gim dengan engine mereka diinstal ke suatu perangkat. Pengumuman ini mengundang protes karena gim-gim yang rilis sebelum 2024 kemungkinan bakal wajib membayar uang dalam jumlah besar untuk Unity.

Pada revisi terbaru ini, runtime fee dinyatakan hanya akan berlaku untuk gim-gim yang dirilis setelah peraturan ini diberlakukan, yaitu tahun 2024.

Mereka juga menggarisbawahi kalau hitungan install hanya dihitung sekali, sehingga reinstall atau versi bajakan tidak akan membuat developer harus membayar lagi.

Sebagai pilihan, developer yang harus membayar fee juga bisa hanya membayar sebanyak 2,5 persen dari pendapatan mereka selama satu bulan.

Kepalang Tanggung, Developer Siap Tinggalkan Unity

Gigaya, sebuah in-engine demo yang dibatalkan pada tahun 2022 | FOTO: Unity

Mengutip dari situs Dexerto, revisi ini diterima oleh para developer dengan berbagai respon. Sebagian besar menganggap kalau penerapan ini lebih masuk akal, dari versi yang mereka baca sebelumnya.

Sayangnya, relasi publik perusahaan ini sudah cukup tercoreng karena hal ini, dan sepertinya para developer mulai mempertimbangkan untuk pindah engine.

Banyak developer mulai mempertimbangkan untuk memindahkan proyek yang mereka kerjakan ke engine baru. Salah satunya adalah Unreal, yang terkenal dengan store mereka.

Beberapa juga pindah ke Godot Engine, sebuah engine open-source untuk gim 2D dan 3D yang tersedia secara gratis untuk semua orang.

Sepertinya, Unity bakal butuh waktu lama untuk bisa mengembalikan engine mereka ke level popularitas seperti yang sebelumnya.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.