[REVIEW FILM] John Wick: Chapter 3 – Parabellum, Ternyata Bukan Akhir!

review indonesia john wick parabellum

Perhatian: mengandung bocoran ringan John Wick 2

Akhir John Wick 2 menimbulkan cliffhanger yang membuat para fans berekspektasi tinggi tentang nasib sang Baba Yaga. Apa yang awalnya hanya kisah tentang balas dendam atas anak anjing dan mobil berubah menjadi kemelut antara John Wick melawan dunia. John Wick: Chapter 3 – Parabellum telah hadir untuk membayar rasa penasaran tersebut.

Setting diawali tepat setelah film kedua berakhir. Karena melanggar aturan, John menjadi buronan dengan harga kepala yang sangat tinggi, yakni 14 juta dolar Amerika Serikat. Hal ini membuat urgensi tersendiri muncul dari karakter setangguh John Wick. Penuh luka bacok dan tanpa senjata, kalian bakal melihat sebuah film yang diawali dengan salah satu titik terendah karakter utamanya.

Apa yang terjadi setelah itu merupakan hal yang menyenangkan untuk ditonton terlepas dari celanya.

Parabellum Masih dengan Action dan Worldbuilding Masih Kental

Film ini dapat dibagi atas dua mood, yakni mood ngegas (adegan action bikin ngilu) dan mood selow (interaksi pernuh worldbuilding). Pembagian antara kedua mood ini terasa agak kaku di tengah film, ditambah lagi dengan respon figuran yang kadang tidak masuk akal. Namun tentunya itu semua dapat dikesampingkan untuk kutipan-kutipan puitis, karakter karismatik, sinematografi mapan, dan tentunya adegan laga keren.

john wick parabellum

Baku hantam dan hujan peluru adalah ciri khas dari film-film John Wick. Hal yang sama juga ditemukan di Parabellum dan masih dengan cara yang kreatif. Pernah ada salah satu gambar balik layar untuk film ini, di mana Keanu menaiki kuda sambil dikejar pemotor. Sedikit bocoran, adegan tersebut hadir di film dan punya eksekusi yang bagus. Ungkapan yang sama juga layak dikatakan untuk adegan laga lainnya di film ini. Senjata tajam, senjata tumpul, senjata api, senjata api dalam air. Parabellum memanfaatkan segalanya dengan jauh dari kata gagal.

Meski begitu, adegan laga bukan hal yang benar-benar menarik perhatian saya ketika menonton Parabellum. Memang seru melihat Keanu Reeves adu silat dengan Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman, tetapi lebih menyenangkan lagi menikmati semesta yang disajikan penulis Derek Kolstad melalui visi Chad Stahelski selaku sutradara.

Kehadiran kenalan-kenalan John, menemukan kalau ada dunia yang lebih luas dibanding New York, mengenal asal-usul John, bahkan hingga hadirnya salah satu petua High Table adalah beberapa hal yang membuat Parabellum tidak masuk dalam sekuel sia-sia atau sekadar cari untung.

Kesimpulan

Parabellum masih punya tujuan untuk tetap bercerita, tidak hanya asal-asalan membawa nasib para tokohnya tanpa juntrungan. Karakter baru dikenalkan, sedangkan karakter lama masih punya andil besar dalam kelangsungan cerita. Visi yang terasa jelas meski sudah berjalan tiga film jarang sekali ditemukan dalam sebuah franchise. Untungnya, John Wick berani membantah. Adegan akhir di film menandakan rencana besar untuk seri ini kedepannya. Harapannya sih masih dengan action yang matang dan juga Keanu Reeves yang menawan.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.