Pada hari Jumat lalu (5/6), surat kabar daring Tokyo Keizai merilis sebuah artikel mengenai investasi perusahaan streaming Netflix dengan anime Jepang.
Tokyo Keizai berusaha untuk mengulik informasi terkait hal ini dengan mewawancarai sejumlah pekerja di industri anime yang telah bekerja sama dengan Netflix sebelumnya dalam bidang penjualan atau pembuatan konten anime original untuk layanan streaming berbayar tersebut.
Artikel tersebut membahas soal beberapa informasi dari para pekerja di industri anime tentang bekerja bersama Netflix.
Perusahaan Produksi Anime Tidak Mendapat Royalti
Bagian manajemen dari sebuah perusahaan produksi anime yang juga telah menyediakan anime di Netflix berkomentar, “Jika animenya terkenal, maka Netflix menjadi pihak yang untung. Namun, jika animenya tidak terkenal, kami (perusahaan produksi anime) adalah pihak yang untung.”
Alasannya adalah karena di dalam kesepakatan lisensi Netflix, hak streaming dibeli secara langsung oleh Netflix, sehingga perusahaan produksi anime yang telah memproduksi anime tersebut tidak akan mendapat royalti, tak peduli sudah berapa orang yang menonton anime tersebut.
Netflix Tak Ungkapkan Jumlah Penonton
Isu lainnya, menurut pihak manajemen dari sebuah perusahaan periklanan, adalah Netflix tidak akan mengungkapkan jumlah penonton sama sekali kepada para partner mereka. Ini membuat negosiasi untuk pembayaran yang lebih tinggi di kesepakatan streaming berikutnya menjadi hal yang sangat sulit untuk dilakukan.
Seorang pimpinan dari salah satu perusahaan yang berpartisipasi dalam produksi sebuah serial anime terkenal pernah berkata, “Dalam situasi ini, kami mungkin bisa menjadi perusahaan subkontrak bagi Netflix.”
Kesulitan Menjual Hak Merchandise
Karena ketentuan lisensi Netflix, ada banyak kasus dimana perusahaan produksi anime yang membuat sebuah serial anime mengalami kesulitan dalam menjual hak atas merchandise, gim, home video, dan media hiburan lainnya. Ini adalah masalah bagi sebuah industri yang bergantung pada penjualan merchandise, gim, dan media hiburan lainnya sebagai sumber pendapatan tambahan.
Pihak manajemen dari sebuah perusahaan produksi anime pernah membeberkan keluhan terkait hal ini, katanya, “Karena jumlah orang yang menonton anime dari layanan streaming terbatas, itu (program anime yang diproduksi) gagal di pasaran.”
Pekerja lainnya dari perusahaan lain juga berkata, “Akan menjadi sangat sulit bagi Kimetsu no Yaiba untuk menjadi serial anime yang terkenal kalau itu hanya didistribusikan di layanan streaming.”
Sisi Positif Kerjasama dengan Netflix
Meski begitu, pekerja lainnya di bidang industri anime juga berkata bahwa ada beberapa aspek positif dari keterlibatan Netflix di industri anime Jepang, seperti menghubungkan para kreator anime dengan sejumlah artist yang berbakat di seluruh dunia dan harga tinggi yang ada dalam penawaran streaming.
Menurut salah satu pekerja di perusahaan periklanan, “Sebuah judul yang diketahui orang dapat menyumbang dana sebesar 50 hingga 70 juta yen per episode.”
Di sisi lain, ada ketakutan bahwa bergantung pada Netflix adalah sebuah kesalahan ketika tidak ada jaminan bahwa perusahaan streaming tersebut tidak akan berinvestasi di program anime Jepang selamanya.
“Kualitas dari produksi animasi di luar negeri, seperti di China dan Korea, juga telah menjadi semakin tinggi. Jika mereka telah meraih kualitas yang sama dengan animasi Jepang, maka mereka juga bisa mendapat tawaran dari Netflix,” ujar seseorang yang familiar dengan industri anime.
Sepertinya, untuk sekarang, hubungan antara Netflix dan anime terus bertambah kuat seiring berjalannya waktu. Pada bulan Februari, perusahaan streaming tersebut mengumumkan bahwa pihak mereka telah bekerja sama dengan grup kreator manga CLAMP; kreator manga Shin Kibayashi, Yasuo Otagaki, dan Mari Yamazaki; novelis dan sutradara film Otsuichi, serta novelis Tow Ubukata untuk mengembangkan dan memproduksi sejumlah proyek anime Jepang original untuk ditayangkan di 190 negara di seluruh dunia.
