Pada hari Jumat (8/7) lalu, masyarakat Jepang berduka atas kepergian Abe Shinzo, mantan PM Jepang yang terbunuh setelah menjabat pada periode 2006 hingga 2007 dan periode 2012 hingga 2020.
Dilansir dari NHK, politikus dari Partai Demokrat Liberal (LDP) tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di usia 67 tahun, setelah menderita henti jantung akibat ditembak secara langsung dari bagian belakang oleh Yamagami Tetsuya, mantan marinir Angkatan Laut Bela Diri Jepang (JMSDF).
Abe Meninggal Saat Kampanye Pemilu
Saat itu, dilansir dari Kyodo News, Abe sedang berpidato di Stasiun Yamatosaidaiji, Kota Nara, Prefektur Nara, Jepang, dalam rangka kampanye untuk mendukung salah satu kandidat dari LDP yang maju dalam Pemilu Parlemen Jepang yang akan berlangsung pada 10 Juli 2022 mendatang.
Berdasarkan keterangan sementara dari kepolisian setempat, motif pembunuhan Abe oleh Tetsuya adalah karena merasa kecewa atas pemerintahan yang pernah dijabat oleh Ape beberapa waktu silam.
Ada Ito Hirobumi Sebelum Abe Shinzo
Abe menjadi mantan PM Jepang kedua yang wafat akibat terbunuh menggunakan senjata api, dan dilakukan tepat di sekitar area stasiun dalam sejarah Jepang.
Sebelumnya ada Ito Hirobumi, yang mana seperti dilansir dari artikel karya George Akita pada situs Britannica, merupakan Perdana Menteri Jepang yang pernah menjabat pada periode 1885–1888, periode 1892–1896, periode Januari-Juni 1898, dan periode 1900-1901.
Selain dikenang sebagai Perdana Menteri Jepang yang pertama, pria dengan nama lahir Toshisuke ini juga dikenang sebagai salah satu orang yang berperan penting dalam lahirnya Konstitusi Meiji pada 1889 bersama grup politik bernama genro.
Konstitusi tersebutlah yang membuat Jepang diperintah oleh Kaisar sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sampai saat ini.
Selain itu, konstitusi tersebut sejalan dengan semangat modernisasi Jepang yang disebut sebagai Restorasi Meiji, karena sebelumnya tertinggal akibat kebijakan isolasi diri yang pernah berlaku pada zaman Keshogunan Tokugawa (1603-1868) berlangsung.
Meskipun sepak terjang karinya manis, Ito Hirobumi sayangnya harus meninggal secara tragis, ketika ditunjuk untuk menjabat sebagai Residen Jenderal untuk wilayah Korea yang baru saja dikuasai Jepang setelah memenangkan Perang Rusia–Jepang (1905) sejak tahun 1906.
Tepatnya pada 2 Desember 1909, dalam buku Emperor of Japan : Meiji and His World, 1852-1912 karya Donald Keene, Ito Hirobumi yang saat itu baru tiba di Stasiun Harbin, Machuria, ditembak secara beruntun sebanyak 6 kali oleh aktivis kemerdekaan Korea bernama An Jung-geun.
Menurut artikel The Straits Times yang terbit pada 2 Desember 1909, terdapat 15 alasan yang membuat An Jung-geun membuatnya membunuh Ito, yang mana seluruhnya berkaitan dengan protes atas kekuasaan Jepang di Korea saat itu.
Dari 6 tembakan, 3 tembakan mengenai langsung ke dada Ito. yang mana membuat Ito meninggal tidak lama kemudian setelah kejadian tersebut.
Atas jasa-jasanya terhadap Jepang, figur mantan PM Jepang Hirobumi Ito diabadikan melalui uang kertas pecahan 1000 yen yang diedarkan pada 1963.