Media Sosial Berperan Tebar Sentimen Negatif Pengungsi Rohingya

Pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh baru-baru ini mendapat sentimen negatif dari netizen Indonesia, terutama berkat akun media sosial ternama.

Pengungsi Imigran Rohingya
Akun komika Marshel Widianto yang mengunggah konten berdasarkan hoaks dan bersentimen negatif terhadap Rohingya | FOTO: Nawala Karsa & DotPlus

Warganet Indonesia dibuat berang akibat tindakan yang dilakukan segelintir pengungsi Rohingya akhir-akhir ini. Mulai dari menolak makanan, merusak rumah susun, dan baru-baru ini muncul narasi buruk tentang pengungsi asal Myanmar tersebut.

Nawala Karsa menelisik sejumlah akun media sosial yang berperan dalam memperparah isu kemanusiaan ini. Ditemukan sejumlah akun media sosial di sejumlah platform yang mempengaruhi pendapat publik.

Porsi Makan Sedikit, hingga Pengusiran Warga Etnis Rohingya

Pengungsi Imigran Rohingya
Konten Humairah_922 yang bersentimen negatif mengenai isu Rohingya, terutama mengenai porsi makan yang sedikit (kiri) dan saat etnis Rohingya menolak pindah (kanan) | FOTO: Nawala Karsa & DotPlus

Media sosial sejak akhir November 2023 lalu memang sudah diramaikan dengan isu kemanusiaan terkait imigran Rohingya. Di Twitter sendiri, hal ini pertama kali mencuat lewat cuitan akun Humairah_922.

Pada tanggal 28 November, Humairah_922 membuat pos Twitter dengan narasi dan sentimen negatif seputar Rohingya.

“Pengungsi Rohingya yang ditampung sementara di Lhoksumawe merasa tidak puas karena porsi nasi bungkus dianggap terlalu sedikit?”, ungkapnya di Twitter, “seharusnya bersyukur karena sudah di tampung dan di kasih makan dengan baik.”

Sebagai catatan, imigran gelap ini datang menggunakan kapal rakit pada tanggal 14 November 2023 menurut laporan foto SINDONews. Orang etnis Rohingya yang mencari suaka di Indonesia sebagian telah ditampung di Dermaga CT1 Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) setelah sebelumnya sempat ditolak oleh warga Aceh.

Kembali ke akun yang sama, Humairah_922 pada tanggal 5 Desember mengunggah video yang menunjukkan sejumlah ibu-ibu Aceh memaksa pengungsi Rohingya dengan menarik mereka untuk dipindahkan ke tempat lain.

“Inilah yang dimaksud disebut sosiolog bisa memicu kekacauan & mempertegas gesekan antara warga dimasa depan jika rohingya dibiarkan di +62 khususnya di Aceh,” tulis akun tersebut.

Akun yang mengatribusikan dirinya sebagai pembela Palestina tersebut sebelumnya pada tanggal 24 November juga turut mengunggah video yang menyebutkan bahwa Front Pembela Islam (FPI) Aceh membagikan sejumlah kebutuhan pokok bagi para pengungsi.

Akun Palsu, Hoaks Jadi Referensi

Memperburuk isu kemanusiaan yang terjadi, sejumlah akun palsu mengatasnamakan UNHCR (UN Refugee Agency) di TikTok menyebutkan bahwa pengungsi Rohingya diharapkan mendapat KTP Indonesia.

Misalnya salah satu komentar akun palsu UNHCR yang dijadikan konten oleh komika Marshel Widianto yang tertulis “Semoga rakyat Rohingya bisa di terima masyarakat Indonesia,” dalam komentar yang menjadi konten Marshel tersebut, “dan pemerintah bisa berikan dia rumah, makan, dan tempat tinggal, dan buat KTP Indonesia”.

Hal ini semakin diperburuk dengan narasi yang dibangun oleh Marshel dengan menyebut “Menjajah jalur kasihan” dalam video tersebut. Sontak, warganet merespon secara negatif.

“Enteng banget UNHCR minta pulau dan rumah,” sebut dadansutardi543. “Ketua UNHCR orang Rohingya gelombang pertama gasih?” sebut akun AG.

Pengungsi Imigran Rohingya
Postingan dari akun NOWDOTS yang memanfaatkan hoaks dari akun palsu (kiri) dan konten lain yang bersifat sentimen negatif (kanan) | FOTO: Nawala Karsa & DotPlus

Di Instagram, akun berita NOWDOTS yang dimiliki oleh NOWDOTS Group turut menggunakan akun palsu UNHCR sebagai referensi berita mereka dengan mengutip ulang dari akun TikTok milik TulisanPisces. Narasi yang dibuat selaras dengan apa yang dibuat oleh Marshel di TikTok.

Selain narasi tersebut, NOWDOTS turut mengangkat isu biaya yang dibutuhkan oleh pengungsi Rohingya untuk melarikan diri ke Aceh, yang disebut lebih murah bila dibandingkan dengan ke Malaysia.

Pengungsi Imigran Rohingya
Konten infografis NOWDOTS yang berusaha mengaitkan isu Israel-Palestina dengan Rohingya | FOTO: Nawala Karsa & DotPlus

Tidak hanya itu, akun berita bernuansa kuning tersebut turut membandingkan isu Rohingya dengan Israel-Palestina lewat pos mereka bertajuk “Rohingya Berpotensi Jadi Israel 2.0“.

Akun resmi PBB di Indonesia (@UNinIndonesia) melalui Twitter sendiri telah menghimbau publik mengenai akun palsu yang beredar dan mengatasnamakan UNHCR Indonesia.

Menfess dan Akun Meme di Twitter Terlibat

Sementara di platform media sosial Twitter (X) seperti @convomfs dan @tanyarlfes, akun Twitter yang dimanfaatkan publik sebagai wadah mengutarakan pendapat secara anonim, terlibat dalam penyampaian pesan negatif seputar Pengungsi Rohingya.

Hal ini diperkuat oleh Social Network Analysis atau analisis big data media sosial oleh Drone Emprit, yang menunjukkan bahwa kedua akun menfess tersebut terlibat. Selain akun tersebut, akun lain yang memperkeruh situasi tersebut antara lain @kegblgunfaedh (Kegoblogan.Unfaedah), akun @heraloebss, dan @Valhallaah.

Beberapa jam setelah analisis Drone Emprit dirilis oleh pengelola Drone Emprit Ismail Fahmi di media sosial Twitter, Tanyarlfes dan Convomfs merilis pernyataan panjang seputar cuitan anonim seputar Pengungsi Rohingya.

“Kami selaku admin memohon maaf sebesar-besarnya kepada semua orang di sini karena menfess dari base kami menimbulkan kegaduhan, keributan, dan bahkan ada informasi hoax yang sempat lolos,” ungkap pengelola Tanyarlfess dalam thread tersebut.

Kedua akun tersebut turut menyatakan bahwa mereka tidak menerima upah sepeserpun atas informasi seputar Rohingya yang diunggah di akun tersebut.

Akun lain yang mempengaruhi sentimen negatif terhadap imigran Rohingya di sisi lain, hingga artikel ini ditulis, urung memberikan klarifikasi.

Capres Anies Baswedan Dikaitkan dengan Pengungsi Rohingya

Pengungsi Imigran Rohingya
Akun SquadKosongLapan di TikTok yang mengunggah konten yang disebut merupakan ‘dukungan’ Anies Baswedan terhadap Rohingya | FOTO: Nawala Karsa & DotPlus

Pengelola sekaligus pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi dalam thread analisis tersebut turut mengungkapkan analisis percakapan yang menunjukkan kontra narasi perihal sentimen negatif pada pengungsi Rohingya.

Konflik horizontal merupakan satu dari tiga hal yang menjadi sorotan. Dalam analisis tersebut, terlihat sejumlah pengguna media sosial yang menunjukkan adanya konflik diantara sesama Muslim saat menghadapi isu pengungsi Rohingya.

Perbedaan yang muncul, berdasarkan hasil analisis Drone Emprit, menunjukkan adanya perbedaan pendapat serta munculnya sentimen negatif terhadap isu tersebut. Terdapat sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa mereka yang menolak etnis Rohingya untuk mengungsi cenderung rasis dan tidak konsisten dengan dukungan mereka terhadap isu Israel-Palestina.

Selain itu, kontra narasi dalam percakapan bersentimen negatif mengenai isu Rohingya menyinggung politisasi isu dan juga black campaign terhadap pasangan capres tertentu.

Fahmi menyatakan bahwa ada sejumlah percakapan terkait pengungsi Rohingya di media sosial Twitter yang diduga dimanfaatkan sejumlah pihak sebagai politisasi isu sekaligus menyerang salah satu pasangan Pilpres 2024.

Pengungsi Imigran Rohingya
Konten yang cenderung menyerang dan memiliki sentimen negatif atas Isu Pengungsi Rohingya, yang ditemukan juga datang dari akun pendukung Prabowo Subianto | FOTO: Nawala Karsa & DotPlus

Nawala Karsa dan DotPlus memutuskan untuk memeriksa klaim tersebut di platform media sosial lain yakni TikTok. Berdasarkan penelusuran kami, terdapat lebih dari 30 akun palsu yang mengatasnamakan UNHCR dan mengunggah konten dengan sentimen negatif seputar Rohingya.

Dalam temuan tersebut, terdapat akun @monkey.d.rizkii yang mengunggah potongan video dimana calon presiden RI Anies Baswedan melakukan tanya jawab di Kota Surabaya, menyatakan peranan Indonesia sebagai negara yang aktif terutama dalam hal isu kemanusiaan.

Video tersebut ditambahkan sejumlah narasi yang mem-framing Anies Baswedan sebagai pihak yang mendukung etnis Rohingya untuk tinggal di Indonesia. Akun tersebut, setelah diperiksa lebih jauh, turut mengunggah video bersentimen negatif mengenai etnis Rohingya.

Selain akun palsu yang mengatasnamakan UNHCR, Nawala Karsa dan DotPlus menemukan sejumlah akun yang memiliki tendensi menyerang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo dengan melempar sentimen negatif seputar imigran Rohingya, yakni akun TikTok @torkis.pardamean.

Pengungsi Imigran Rohingya
FOTO: Nawala Karsa & DotPlus

Hal serupa turut kami temukan pada akun @barakcodam, yang mengunggah konten bersentimen negatif terhadap isu Rohingya dan menyudutkan pasangan capres Anies Baswedan.

Dalam akun tersebut, ditemukan bahwa @barakcodam merupakan akun yang memiliki tendensi untuk mendukung pasangan capres Prabowo Subianto.

Achmad Rayhan, Kepala Produksi DotPlus menyebutkan bahwa dalam penelusuran tersebut terdapat sejumlah fakta mengejutkan mengenai pergerakan konten digital di media sosial TikTok tersebut.

Terdapat sejumlah konten dari sejumlah konten kreator di TikTok yang bernuansa berat, dimana audiens atau publik dapat mudah tersulut emosi akibat konten tersebut, antara lain konten video pengungi Rohingya yang menolak dan merasa porsi makanan yang diberi tidak cukup, dan juga baru-baru ini kejadian perusakan rusun di Sidoarjo.

“Adanya fakta di lapangan bahwa konten-konten ini membenturkan realita yang ada di masyarakat Indonesia,” ungkap Rayhan, “hal ini diperparah dengan banyaknya influencer dan media lokal yang menjustifikasi bahwa pengungsi Rohingya merupakan benalu”.

Selain itu, Nawala Karsa dan DotPlus menemukan banyak akun dengan konten isu imigran Rohingya yang dipergunakan para konten kreator tersebut untuk memojokkan imigran tersebut.

“Satu temuan menarik adalah, sebagian dari akun tersebut berusaha mengkorelasikan pernyataan calon presiden Anies Baswedan yang pernah menanggapi isu tersebut,” ungkap Rayhan.

Tanggapan Anies Baswedan tersebut pada akhirnya dimanfaatkan oleh para konten kreator untuk melegitimasi konteks negatif perihal imigran Rohingya yang tiba di Aceh baru-baru ini.

“Selain Anies Baswedan, akun-akun ini turut menyerang pasangan capres RI Ganjar Pranowo,” paparnya, “menariknya, akun-akun tersebut juga mengunggah konten narasi yang cenderung mendukung Prabowo Subianto sebelum dan disaat isu Rohingya ini diperbincangkan”.

Rayhan turut mengungkapkan bahwa sejumlah akun TikTok dan Instagram yang telah ditelisik ada yang merupakan akun bermuatan konten Islami, yang turut mendorong aksi sosial membela masyarakat Rohingya dahulu, kini bereaksi negatif atas isu imigran Rohingya.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.