Review Children of the Sea: Visual Memukau, Penuh Pesan Filosofis

Children of the Sea
©️2019 Daisuke Igarashi Shogakukan Children of the Sea Committee

Review Children of the Sea – Gelaran Japanese Film Festival 2019 (JFF 2019) mencapai hari terakhirnya di kota Jakarta. Salah satu film yang tayang di hari Minggu (10/11) lalu, adalah Children of the Sea. Film ini adalah satu-satunya film animasi di JFF 2019 yang digarap oleh sutradara Ayumu Watanabe dan rumah produksi Studio 4 °C.

Children of the Sea sendiri menceritakan Ruka (Pengisi suara Mana Ashida) yang mempunyai masalah dengan keluarganya. Ayahnya yang gila kerja dan jarang pulang, serta ibunya yang selalu mabuk-mabukan di rumahnya. Karena hal itu, Ruka selalu merasa sendirian.

Di sekolah pun ia tidak punya teman, suatu waktu ia dimusuhi karena membalas perlakuan tidak menyenangkan anggota klub bola tangannya dengan mencederainya. Alhasil Ruka dilarang untuk berlatih sebelum dirinya meminta maaf.

Suatu waktu, Ruka selalu teringat dengan kejadian masa kecilnya. di mana saat itu ia mengunjungi akuarium tempat ayahnya bekerja. Waktu kecil, Ruka melihat sebuah paus yang aneh dan berkilau di sana. Karena dirinya selalu teringat akan hal itu, ia akhirnya mengunjungi akuarium itu saat liburan musim panas.

Di akuarium tempat ayahnya bekerja, Ruka bertemu dengan Umi (Pengisi suara Hiiro Ishibashi), dan Sora (Pengisi suara Seishu Uragami). Kedua laki-laki aneh yang dibesarkan oleh Duyung. Umi dan Sora adalah saudara, mereka tinggal di akuarium sebagai bahan penelitian ilmuwan yang mencari misteri Festival Kelahiran di lautan luas.

Children of the Sea Ajak Kita Susuri Keindahan Lautan!

Dalam babak awal di dalam film Children of the Sea. Kita akan disuguhkan pertemuan awal antara Ruka dan dua kakak-adik Umi dan Sora. Pertemuan mereka mengantarkan Ruka menuju perjalanan magis dan penuh keanehan karena terdapat misteri tentang keberadaan Umi dan Sora, dan hubungan antara Umi dan Sora terhadap Festival Kelahiran. Yang nantinya akan diungkapkan satu persatu di dalam film.

Selama mengarungi lautan yang luas. Kita disajikan dengan gambaran laut yang begitu indah dan memukau. Beragam biota laut yang terlihat saat menyelami samudera, benar-benar membuat penonton terpukau dengan tampilan visual yang ditayangkan.

Visual Magis yang Memukau

Salah satu nilai terbaik yang diberikan untuk anime Children of the Sea, adalah kualitas visual-nya yang benar-benar top notch disajikan di dalam film. Bisa dikatakan anime ini adalah salah satu anime dengan elemen visual terbaik di tahun ini selain Weathering with You dan Promare.

Dengan sentuhan fantasi yang begitu besar, film ini berhasil menggambarkan imajinya dengan kualitas visual yang tepat dalam menceritakan hubungan mereka bertiga. Serta koneksi magis yang dimiliki antara mereka dengan lautan dan isinya.

Saat kami menyaksikannya di Japanese Film Festival 2019, dapat dibilang, film Children of the Sea dipengaruhi oleh gaya visual ala Studio Ghibli, terlihat dari detailnya keindahan alam yang disajikan dalam film. Juga kehidupan di lautan yang terlihat begitu nyata. Tekstur yang begitu rinci dari biota laut. Hingga keadaan lautan yang begitu realistis juga membuat pemandangan laut terlihat begitu detail dan menawan.

Akhir yang Kurang Klimaks!

Menjelang akhir dari film, kisah dua bersaudara itu pun semakin memunculkan pertanyaan besar terkait misteri kehadiran mereka. Plot pun bisa dibilang sangat berantakan menjelang klimaks dalam film. Hal in cukup disayangkan padahal cerita di awal hingga pertengahan sudah begitu baik dengan alur yang lambat namun tepat.

Kurang tepatnya finishing alur cerita, plot yang bolong juga begitu banyak. Akhirnya malah meninggalkan banyak pertanyaan bukannya menjawab misteri sebelumnya yang diterangkan di dalam film. Bagian klimaks saat Ruka menyelamatkan Umi dari Festival Kelahiran pun juga tidak terlalu membuat penonton bergairah. Hal ini karena ketidakjelasan pesan apa yang ingin disampaikan lewat scene tersebut di dalam film.

Walaupun demikian, seluruh karakter menyelesaikan konfliknya. Seperti Ruka yang akhirnya berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Akhirnya Ruka menemukan keberadaannya lewat petualangan mistis selama liburan musim panasnya di lautan luas.

Children of the Sea Penuh Akan Narasi Filosofis

Children of the Sea, yang tayang di Japanese Film Festival 2019 ini begitu menampilkan narasi filosofis lewat dialog antar tokoh yang penuh dengan makna. Pesan tentang pencarian jati diri, juga keberadaan seseorang yang diamanatkan oleh film, sukses menggiring pesan yang membuka pikiran kita tentang betapa berharganya keberadaan seseorang di dalam hidup kita.

Alhasil film ini pun cukup menyenangkan untuk ditonton terlepas plotnya yang begitu membingungkan selama berjalannya cerita. Tetapi walaupun demikian, plot yang bolong dan membingungkan terbayarkan dengan kualitas visual dan scoring yang tepat sasaran. Hal ini pun menjadikan film ini sebagai salah satu anime yang layak ditonton di tahun ini.

Nah bagi NawaReaders yang ingin menonton Children of the Sea. Film ini masih bisa disaksikan dalam gelaran Japanese Film Festival 2019 di empat kota lainnya selain Jakarta. Yaitu di Yogyakarta, Surabaya, Makassar dan Bandung.

Sekian Review film Children of the Sea dari kami. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan akses situs Japanese Film Festival 2019 melalui link berikut untuk mengetahui jadwal film ini di kota berikut.

 


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.