Seorang ibu di kota Tokyo bunuh diri pada awal bulan Januari disaat tengah melakukan isolasi mandiri. Ibu berusia 30 tahun tersebut melakukan bunuh diri, setelah sebelumnya dinyatakan positif virus COVID-19 tanpa gejala apapun. Hal tersebut disampaikan petugas setempat pada hari Jumat (22/1) lalu.
Saat investigasi dilakukan di tempat kejadian perkara, petugas menemukan surat yang ditulis oleh ibu tersebut sebelum memutuskan untuk bunuh diri. Dalam surat tersebut, ia menyatakan kekhawatirannya akan menularkan virus yang berasal dari Tiongkok tersebut kepada suami serta anak perempuannya yang tinggal serumah dengannya.
Gubernur Kota Tokyo, Yuriko Koike menyatakan penyesalannya terhadap insiden tersebut. “(Dari kejadian tersebut) saya menyadari betapa pentingnya penyediaan layanan kesehatan mental bagi para pasien (yang terjangkit COVID-19),” ungkapnya, dikutip dari KyodoNews English.
Saat insiden tersebut terjadi, banyak rumah sakit di ibukota negara Jepang tersebut yang kewalahan dalam menangani pasien COVID-19, serta banyaknya warga kota Tokyo yang terjangkit namun masih harus mengantri demi mendapat penanganan dari dinas kesehatan setempat.
“Kami memiliki layanan untuk konsultasi (kesehatan mental)”, ujar gubernur Koike, “tapi kami akan menengok lebih lanjut jika layanan tersebut dapat diimprovisasi guna membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan ditengah pandemi,” jelasnya setelah menyatakan kasus Ibu yang bunuh diri di Tokyo akibat COVID-19.
Hingga saat ini, pandemi COVID-19 di Jepang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Hingga hari Kamis (21/1), angka penduduk yang terjangkit virus asal Tiongkok tersebut mencapai 349.620 orang, dengan ibukota Tokyo yang berada pada peringkat terasat dengan jumlah kasus sebanyak 90.659 orang, mengutip dari Kyodo.
Pemerintah Jepang pada tanggal 13 Januari silam juga telah memperluas cakupan state of emergency atau keadaan darurat di tujuh prefektur, termasuk prefektur Osaka, dan Kyoto.