Para Fujoshi Terancam Karena Drama, Shotacon Masih Aman?

SHOTACON Dunia Sosmed sedang panas terlebih terhadap otaku cewek karena salah satu hobi berbahaya mereka menjadi pembahasan di stasiun TV swasta. Mereka yang memiliki hobi dengan 2 cowok “bermain peluklah daku, kau kutangkap” sering disebut juga dengan Fujoshi. Hobi yang seharusnya tidak muncul ke permukaan apalagi bagi kalangan umum menambah catatan buruk bagi otaku. Sehingga keberadaan para Fujoshi saat ini terancam, sama seperti saat kejadian para Lolicon beberapa waktu silam.

Tim Nawala Karsa baru-baru ini sempat berdiskusi mengenai masalah Fujoshi, Lolicon dan hobi sejenisnya. Lalu diakhir cerita, kami sepakat untuk membahas tentang Shota. Penasaran apa itu Shota? Yuk, kita mulai saja pembahasannya.

Apa itu Shota?

Salah satu contoh karakter Shota (Source: Crunchyroll)

Apa itu Shota? Shota adalah istilah untuk anak laki-laki yang masih muda, biasanya umur dibawah 16 tahun. Di dunia otaku seperti manga, anime ataupun light novel, shota biasanya digambarkan sebagai anak laki-laki kecil dengan wajah lucu dan menggemaskan. Biasanya para otaku terlebih kepada cewek ingin memeluk dan menyayangi mereka seperti adik kandung sendiri. Biasanya mereka yang seperti ini disebut dengan Shotacon.

Shota = Adik Laki-Laki

Shota mungkin lebih mirip disebut adik laki-laki di dalam sebuah keluarga. Rasa ingin menyayangi dan melindungi mereka yang masih polos dari dunia luar yang keras. Beberapa orang mungkin tidak bisa memiliki adik laki-laki di keluarganya. Itulah alasan kenapa beberapa otaku, terlebih bagi cewek memiliki perasaan lebih terhadap karakter Shota.

Ya, ini sebenarnya sama seperti Lolicon namun dengan keadaan vice versa. 

Shotacon Punya Sisi Positif dan Negatif

Sekilas Shotacon dan Lolicon memiliki kesan yang sama dimana seseorang menyayangi anak kecil. Sebenarnya kalau dipikir secara baik-baik, Shotacon dan Lolicon dari awal hanya istilah lain untuk mereka yang menyayangi anak-anak kecil dari segi positif. Semua orang bisa saja dicap sebagai Shotacon dan Lolicon. Coba lihat saja disekitar kita, ada ibu-ibu yang gemas melihat salah satu anak tetangga ingin cubit pipinya. Atau seorang guru sekolah menyayangi dan mengajarkannya anak-anak didik mereka menjadi lebih pintar.

Anime Yakusoku no Neverland menampilkan karakter utama anak kecil (Source: Twitter)

Itu adalah salah satu contoh yang sebenarnya bisa dibilang Shotacon atau Lolicon yang mengarah kedalam sisi positif. Tapi apa daya, banyak sekali yang menyebut diri mereka sebagai Shotacon dan Lolicon dalam hal-hal yang berbau negatif. Dan sering sekali kita temukan mereka ingin ikut-ikutan tren sebagai seorang otaku. Akibatnya orang umum sudah terlanjur berpikiran negatif akibat drama yang pernah terjadi.

Verdict : Jangan Bawa Istilah Dari Internet Ke Masyarakat!

Jadi mau kamu itu Shotacon ataupun Lolicon, ada baiknya kalian mengetahui batas-batas norma kesusilaan jika tidak mau dicap sebagai Pedophile. Jangan jadikan istilah seperti ini menjadi alasan kalian buat pansos di sosmed karena status sebagai otaku. Biarkan istilah yang bersifat Urban ini tetap berada di internet.

Dan tetaplah lowkey apabila kegemaran kamu akan Shota maupun Loli-mu tersebut sedang diperbincangkan banyak orang. Toh, gak ada yang mau tahu kalau kamu seorang Shotacon maupun Lolicon.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.