Let’s Save the Earth dari Wayang Motekar, Seni Wayang Kontemporer Generasi Baru

269
0
wayang motekar

Seni perwayangan melalui media wayang, baik dengan bentuk kulit, golek, dan lain sebagainya, identik dengan kisah-kisah klasik yang terjadi jauh di masa lampau.

Budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO ini memang sepatutnya kita jaga dan terus dikenalkan ulang, terutama untuk generasi yang lebih muda.

Pastinya, dengan kisah wayang yang relevan dengan situasi saat ini.

Tidak lagi terpaku dengan kulit binatang sebagai bahan pembuatan wayang, Wayang Motekar menyesuaikan bahan dengan tema cerita utama serta pesan yang ingin mereka sampaikan.

Melalui pertunjukan Let’s Save the Earth! di Musim Seni Salihara 2022, Herry Dim, seniman asal Bandung dan kelompok Wayang Motekar mempersembahkan perpaduan antara pertunjukan wayang konvensional dengan pemanfaatan teknologi digital berupa video mapping.

Pertunjukan wayang kontemporer ini sekaligus menutup perhelatan Musim Seni Salihara 2022 pada hari Minggu (4/9) lalu.

Generasi Baru Wayang Motekar

wayang motekar
Panggung utama pentas Wayang Motekar di Teater Salihara. | FOTO: Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

Wayang Motekar adalah karya rupa yang terbuat dari potongan plastik berwarna alih-alih kulit seperti wayang tradisional.

Kesenian ini merupakan gagasan dari Herry Dim sendiri pada tahun 1991 hingga 1993.

Wayang satu ini cukup menarik di kalangan anak-anak, dimana saat itu mereka masih menggunakan over head projector untuk memantulkan siluet warna-warni.

Kebanyakan cerita yang Wayang Motekar ambil adalah kisah yang akrab dengan anak-anak. Diantaranya, adalah kisah fabel yang penuh dengan tokoh-tokoh hewan.

Pertama kali menyelenggarakan pentas pada tahun 2001, pertunjukan Wayang Motekar kini sudah sampai di generasi ke-4.

Wayang Motekar kini bergerak lebih luas menuju seni pertunjukan rupa dan bunyi.

Let’s Save the Earth! Sebuah Pesan yang Tak Kunjung Pudar

wayang motekar
Penampilan tari Ine Arini dalam lakon Let’s Save the Earth! | FOTO: Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

Pentas Wayang Motekar merupakan penutup Musim Seni Salihara 2022, hadirkan seniman Opick Sunandar Surnaya yang berperan sebagai dalang dalam kisah bertajuk Let’s Save the Earth! 

Bercerita tentang rusaknya alam dan pentingnya merawat kelestarian bumi, sebuah karya dengan wacana yang mudah dicerna namun selalu penting untuk dibahas berpuluh-puluh tahun ke depan.

Herry Dim, menjelaskan bahwa pesan dalam pementasan ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya merawat bumi melalui medium cerita.

Sebuah medium yang berbeda bila dibandingkan informasi media atau edukasi.

Selain mengandalkan kekuatan pesan dan proyeksi dari pemetaan video, pertunjukan Let’s Save the Earth! juga mengadaptasi berbagai unsur kesenian lain seperti instrumen band serta siluet gerakan tari oleh Ine Arini yang menambah unsur teatrikal.

Pertunjukan Let’s Save the Earth berhasil menarik 223 penonton dan menjadi salah satu pertunjukan yang berhasil menarik lebih dari 200 penonton dalam dua hari pementasan.

Banyak penonton memuji penyajian cerita yang disampaikan lewat visual, musik, cahaya, dan bunyi yang memanjakan mereka.

Harapannya, Musim Seni Salihara terus hadir secara konsisten sambil membawakan karya-karya dengan konsep kebaruan di Jakarta.

Tentang Musim Seni Salihara

wayang motekar
Lingkungan yang jadi tema utama pewayangan. | FOTO: Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival seni dua tahunan yang merupakan lanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest).

MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi.

Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!)

Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

Lebih banyak informasi tentang perhelatan dan lainnya, bisa diakses lewat akun medsos Twitter, serta Instagram Salihara Arts Center.

Adi Styadi
WRITTEN BY

Adi Styadi

Menemukan kecintaan terhadap menulis, anime, manga, dan gim sejak sekolah. Sedang berjuang untuk menemukan hidup lewat kecintaan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Beli merchandise dan produk hasil review Nawala Karsa di Ayukawa Media Nusantara Official Shop lewat Tokopedia
Pariwara dari Ayukawa Media