Menjadi Optimis Dengan Romantisisme Anime dan Manga Shounen

Pada momen tertentu, kita pasti pernah mengalami kegundahan dalam hidup. Seperti merasa terpuruk dengan  berbagai masalah yang melanda atau bahkan sampai kehilangan motivasi untuk menghadapi persoalan sehari-hari dari seputar gacha ampas, cinta ditolak, sampai kegalauan dalam menentukan pilihan yang berkaitan dengan masa depan. Tentunya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu kita bangkit untuk menghadapinya dengan penuh semangat, dan salah satunya adalah mencari inspirasi lewat cerita yang menggugah, misalnya dalam anime dan manga.

Ada banyak pengelompokan dalam anime dan manga, tetapi dalam kesempatan ini mari kita berfokus pada shounen. Kata “shounen” (少年) dalam bahasa Jepang memiliki arti “remaja lelaki”, dengan pengertian tersebut tentu kita bisa mengasosiasikan bahwa anime dan manga shounen mempunyai target  demografi pembaca atau penonton lelaki yang berusia sekitar 12 sampai 18 tahun. Namun, yang tidak bisa diabaikan dalam anime dan manga shounen adalah terdapatnya unsur-unsur romantisisme di masa muda dengan nuansa petualangan yang khas.

Apa itu romantisisme? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “romantisisme” memiliki dua arti, yaitu: 1 haluan kesusastraan akhir abad ke-18 yang mengutamakan perasaan, pikiran, dan tindakan spontanitas; 2 aliran dalam seni (drama) yang mengutamakan imajinasi, emosi, dan sentimen idealisme.  Jika diperhatikan, pada saat menonton atau membaca anime dan manga shonen kita bisa merasakan bahwa  imajinasi, perasaan, idealisme, dan tindakan spontanitas terlibat sangat jelas dalam kisah-kisahnya. Berikut ciri-ciri khas yang biasanya ditemui dalam anime dan manga shounen dan apa yang bisa kita maknai dari hal tersebut.

Berani Meraih Mimpi

“Aku ingin menjadi Hokage!”, “Aku ingin menjadi Raja Bajak Laut!”, “Aku ingin menjadi Pahlawan Nomor Satu!” merupakan ungkapan-ungkapan yang tidak asing bagi kalian yang pernah membaca atau menonton Naruto, One Piece, dan My Hero Academia. Uzumaki Naruto yang hanya anak pembuat onar di desanya. Midoriya Izuku juga hanya seorang anak yang terlahir tanpa Quirk. Namun keberanian mereka dalam bermimpi yang dibarengi dengan usaha yang luar biasa patut diacungi jempol.

Arti Pertemanan dan Kepahlawanan

Sangat terlihat bagaimana pertemanan sangat bernilai dalam kehidupan karakter-karakter di anime dan manga shounen. Contohnya dalam serial One Piece, bagaimana Shanks diperlihatkan sebagai bajak laut yang bersifat sangat santai bahkan Luffy dibuat kecewa ketika dia dipermalukan oleh bajak laut lain ketika minum-minum di bar sedangkan Shanks dan kawan-kawannya hanya tertawa. Kemudian saat Luffy berada dalam bahaya, dia diselamatkan oleh Shanks dan ia menujukkan kehebatannya ketika temannya dalam bahaya, meski harus mengorbankan tangannya putus dimakan monster laut. Shanks akhirnya menjadi sosok panutan sekaligus pahlawan bagi Luffy dalam petualangannya untuk menjadi raja bajak laut.

Menjadi Lebih Kuat

Untuk mengalahkan berbagai rintangan yang semakin sulit dalam meraih tujuan, tentu karakter dituntut menjadi lebih kuat. Hal ini ditunjukkan dengan baik oleh Simon dalam serial Tengen Toppa Gurren Lagann. Simon merupakan anak yang cenderung penakut dan bergantung kepada orang yang dianggapnya sebagai kakak, yaitu Kamina. Namun ketika tantangan yang dihadapi oleh kelompoknya semakin besar, ia menjadi semakin lebih berani, kuat dan berhasil menjadi pemimpin bagi kelompoknya.

Pantang Menyerah

Sifat satu ini tidak kalah pentingnya dengan yang lain. Para jagoan dalam kisah manga dan anime shounen ditunjukkan dengan sifat yang gigih dan tidak pantang menyerah, sesulit apapun situasinya. Misalnya dalam My Hero Academia, meski Izuku tidak memiliki kekuatan spesial untuk menjadi Super Hero, ia tidak lantas menyerah. Namun, ia tetap berjuang untuk masuk dalam sekolah Super Hero terbaik sampai ia mendapatkan satu kesempatan terbesar dalam hidupnya untuk menjadi Super Hero nomor satu.

Mungkin banyak dari kita yang berpendapat bahwa anime dan manga shounen tidak realistis dan naif. Namun, tidakkah romantisme masa remaja tetap diperlukan agar kita bisa melihat hidup ini lebih optimis? Saat kita masih kecil, biasanya kita mempunyai idola dan pahlawan seperti pada karakter anime dan manga shounen. Dengan itu kita mengidentifikasikan diri dengan tokoh tersebut dan memiliki sifat jagoan dalam menggapai cita-cita. Jika kita tetap mempertahankan optimisme itu sampai dewasa, tidakkah kita menjadi lebih kuat dan bersemangat dalam menghadapi tantangan dalam hidup?


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.