Sebagian Besar Karyawan Jepang Lebih Suka WFH Dua Kali Seminggu

WFH

Istilah work from home atau WFH semakin sering diucapkan terutama ketika situasi pandemi COVID-19 mencapai angka kritis. Dalam sekejap, tempat kerja karyawan beralih dari kantor ke rumah.

Beberapa perusahaan bahkan menghentikan sewa gedung demi memangkas biaya yang tidak diperlukan. Terutama, Jepang yang mengalami pandemi berkepanjangan yang memaksakan sebagian dari mereka bekerja di rumah.

Terlepas dari masalah-masalah baru yang muncul dari bekerja di rumah, ada juga keuntungan yang ikut dirasakan. Oleh karena itu, setelah pandemi sudah lebih terkontrol, ada tren di antara karyawan untuk menerapkan sistem gabungan antara WFO dan WFH.

Survei Menunjukan Karyawan Jepang Suka Bekerja dari Rumah

Melansir PR Times bulan Agustus hingga September 2021 lalu, majalah karir insinyur fabcross for Engineer menyelenggarakan survei terhadap pekerja di area Metropolitan Tokyo. Responden yang dituju adalah pekerja berumur 20 hingga 59 tahun dengan beberapa profesi.

Di antara responden tersebut, adalah insinyur manufaktur, IT, dan pekerja kantor.

WFH

Dalam pertanyaan yang paling umum, ‘Seberapa sering kamu ingin bekerja dari rumah?’ menunjukan bahwa mayoritas responden dengan umur 20-an, 30-an, dan 40-an lebih menyukai bekerja dari rumah setiap hari

Sementara untuk orang-orang berumur 50 tahun, keseimbangan dalam pergi ke tempat kerja dan bekerja dari rumah itu perlu diterapkan. 22% lebih memilih bekerja di rumah tiga hari perminggu, dan bahkan 20% lainnya ingin bekerja lima hari per minggu.

Dengan adanya mayoritas jawaban jatuh pada ‘WFH setiap hari’ hingga ‘Dua hari per minggu’ Disimpulkan kalau karyawan Jepang lebih menyukai bekerja dari rumah, setidaknya dua kali dalam seminggu.

Tidak Terikat Dengan Tipe Pekerjaan Karyawan

Walaupun survei dibagi kepada tipe-tipe responden yang berbeda, beberapa profesi tetap menunjukan taraf WFO-WFH yang seimbang menurut mereka.

Contohnya seperti manufacture engineer yang pekerjaannya lebih sulit dilakukan di rumah. Pembagian paling umum (18 hingga 20 persen) adalah tiga hingga dua hari di bekerja di rumah, sementara sekitar 17 persen memilih untuk tidak perlu bekerja dari rumah.

Sementara untuk pekerja non-insinyur, tiga hari merupakan pilihan paling cocok untuk menyeimbangkan WFH dan WFO.

Seperti halnya Jepang, Indonesia juga menghadapi perubahan kebiasaan dengan diterapkannya WFH dalam kurun pembatasan sosial. Mengutip dari survei Arkadia Works, 75 persen dari seribu responden yang tinggal di wilayah Jabodetabek, memilih sistem kerja hybird antara WFH dan WFO.

Nampaknya kegiatan kerja seperti ini akan semakin banyak diterapkan di masa depan, terutama ketika wacana kesehatan mental juga semakin vokal dibicarakan. Yuk tengok juga alat-alat untuk mempermudah kegiatan bekerja di rumah!


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.