Mengintip Perkembangan K-Pop di Tengah Gelaran Comic Frontier 12

JAKARTA – Pada hari kedua gelaran Comic Frontier (Comifuro) 12 yang dilaksanakan pada Minggu (24/2) lalu, saya melihat ada kemajuan dalam persebaran stan yang menjual barang-barang fanmade bernuansa K-pop.

Penjualannya tak kalah dengan stan-stan yang menjual barang dari fandom lain. Ada juga yang sempat menyetel lagu terbaru salah satu grup perempuan terbesar di Korea, Twice, bertajuk Yes or Yes, di tengah-tengah keramaian K-pop Alley, membuat suasana jadi makin meriah dan para pengunjung yang tengah mengerubungi stan-stan di bagian tersebut jadi ikut menyanyi, menari, dan bahkan tertawa bersama.

Selama ini, Comifuro terkenal karena fandom-fandom Jepang atau fandom lokal yang kerap kali hinggap di sana. Namun, meskipun begitu, fandom K-pop sepertinya kurang mendapat sorotan, padahal K-pop juga merupakan salah satu fandom mainstream yang ada di gelaran tersebut. Karena itu, saya jadi ingin tahu lebih banyak tentang eksistensi stan-stan fandom K-pop di Comifuro ini.

“Sebenarnya, dari awal Comifuro, belum ada stan K-pop,” ujar Ika, salah seorang pelaku stan K-pop di K-Pop Alley. Ia sudah mengikuti Comifuro sejak awal permulaannya, sejak masih menjadi bagian dari Gelar Jepang UI. “Stan K-pop kira-kira baru muncul di Comifuro di gelaran yang ke-7. Itu pun, hanya sekitar 1-2 stan.”

Selain Ika, ada dua orang yang dapat dibilang juga menjadi pionir stan K-Pop di Comifuro, yaitu Nisa dan Frila. Stan mereka berada tepat di sebelah stan Ika, yang diberi nama Tiny Herb. “Kami sudah ikut dari Comifuro 9, dan memang belum banyak waktu itu. Tapi, respon orang-orang cukup baik,” ujar Frila. “Sekarang, karena K-pop sudah semakin membesar, penjualan dan pamor kita juga semakin sama dengan stan-stan yang menjual barang dari fandom lain.”

Apa faktor penentu laris atau tidaknya stan-stan K-Pop di Comifuro?

“Orang pastinya suka yang baru dan fresh. Dan lagi, K-pop adalah fandom yang bisa dibilang mudah berganti fandomnya. Tergantung, yang sedang ngetop apa,” ujar Frila. “Kalau dilihat-lihat, misalnya ada grup yang sedang comeback (mengeluarkan single atau album baru setelah tidak aktif untuk beberapa saat), pasti barang fanmadenya akan laku terjual di Comifuro. Atau, misalnya, sedang ada grup baru yang sedang naik daun, barang-barangnya juga pasti dicari oleh pengunjung. Tadi ada yang datang ke sini, lalu bertanya soal merchandise girl group yang baru debut, Itzy (girl group besutan JYP Entertainment). Kebetulan kami jual juga.”

Beda halnya dengan stan milik Sunny Momochi. Sosok perempuan berkacamata ini baru saja mengikuti Comifuro dari gelaran ke-11, yaitu akhir tahun lalu. Ini adalah kali keduanya berjualan di Comifuro. Selain menjual barang-barang merchandise anime, ia juga menjual merchandise berbau K-pop sesuai dengan fandomnya. Ia menyukai sebuah boy group yang juga tengah naik daun, yaitu NCT.

“Banyak juga orang ke sini karena kata mereka, mereka suka dengan gaya gambarku. Bahkan, yang nggak suka K-pop jadi ikut beli sticker atau postcard NCT buatanku,” katanya. Perempuan berambut pendek ini mengaku sangat senang dengan antusiasme para pengunjung terhadap stan yang menjual barang bernuansa K-pop seperti dirinya.

Tentang keseimbangan antara fandom-fandom di Comifuro, semuanya berkata bahwa selama ini, tidak ada gangguan. Kalaupun ada, tidak banyak, dan biasanya tidak menyerang secara pribadi. “Adanya yang menyerang ke arah kelompok, yaitu ke fanbase,” kata Ika. “Dulu, pernah ada pengunjung yang mengangkat kertas besar-besar yang isinya menghina boy group BTS. Kalau aku, Nisa, dan Frila awalnya tidak tahu soal itu, tapi setelah mendengar ada beberapa Army (fans BTS) yang marah karena itu, kita pun jadi tahu masalahnya di mana. Pengunjungnya juga berjalan cepat banget, jadi kita nggak langsung ‘menangkap’ isinya.”

Meskipun begitu, secara keseluruhan, K-pop bisa dibilang adalah fandom yang “aman” dan cukup dikenal orang awam yang baru pertama kali datang ke acara seperti Comifuro. “Kalau dibandingkan dengan stan lain, stan K-pop bisa dibilang cukup aman untuk dikonsumsi semua umur,” ujar Nisa. “Stan K-pop jarang sekali menjual barang-barang rated. Kebanyakan stan K-pop mungkin akan lebih menjual fanart atau barang yang sesuai dengan image dan konsep dari group yang mereka gemari itu sendiri.”

Sebagai informasi saja, konsep yang ditawarkan dari tiap grup K-pop bisa berbeda-beda. Misalnya konsep girl crush, elegant, dan cute, yang mana adalah konsep yang paling sering digunakan oleh girl group. Konsep girl group pastinya akan sangat berbeda dengan konsep boy group. Konsep ini akan terus berganti tiap comeback, dan pastinya, menawarkan excitement tersendiri untuk para penggemarnya.

Secara keseluruhan, dengan semua keunikan K-pop yang membedakannya dengan genre musik yang lain, K-pop bisa jadi fandom baru dan segar yang dapat digemari oleh semua orang. Apalagi, dengan lagu-lagu yang catchy dan image yang ditawarkan, semua orang bisa mengenali K-pop. Seperti kata Frila, “Semua kalangan pasti tahu K-pop, jadi, harusnya, bukan halangan bagi stan K-pop untuk bisa dikenal seperti stan-stan lainnya, yang mungkin lebih terkenal di Comifuro.”


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.