Kami Bukan Angkatan Giveaway

angkatan giveaway 2020

Seperti pada caption diatas, tulisan ini tidak bertujuan untuk menyulut emosi para pengelola akun LTMPT maupun para calon mahasiswa yang kecewa lantaran sikap pengelola akun yang semena-mena. Disini, saya akan menjelaskan bahwa kami bukanlah Angkatan Giveaway.

Awal Permasalahan: Perubahan Jadwal UTBK dan Isi Ujian

Jelas, api tidak akan muncul tanpa adanya percikan. Hal tersebut sama dengan kasus yang saat ini tengah kita bahas. Pelajar SMA/SMK ‘angkatan’ tahun 2020 kali ini kembali dikagetkan dengan keputusan dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi atau LTMPT mengenai perubahan jadwal pelaksanaan UTBK tahun 2020.

Tentu saja bagi mereka yang berencana untuk linjur atau lintas jurusan sangat tidak setuju dengan hal tersebut, demikian pula bagi mereka yang tetap berpaku pada jurusan masing-masing. Tidak dikatakan sia-sia, namun bagi para siswa-siswi yang hendak mengenyam pendidikan di jenjang kuliah, materi pembelajaran UTBK mereka ‘berantakan’ setelah informasi perubahan isi ujian UTBK diumumkan.

Meski hanya menyisakan Tes Skolastik saja, pembayaran tetap sama seperti sebelumnya. Hingga saat ini (7/4), belum ada informasi mengenai perubahan syarat pendaftaran UTBK 2020. Biaya pendaftaran masih dipatok pada Rp200.000,00 untuk Kelompok Ujian Saintek dan Soshum serta Rp300.000,00 untuk Kelompok Ujian Campuran, dengan keringanan biaya untuk pemegang nomor pendaftaran kartu KIP Kuliah, dikutip dari artikel Nawala Karsa sebelumnya.

Unik bukan? Selain itu, sistem SBMPTN kali ini kembali pada masa sebelumnya dimana kita diharuskan memilih terlebih dahulu PTN mana yang hendak kita tuju sebelum memulai ujian. Disini, domino kekacauan dimulai.

Gagalnya Para ‘Pakar’ Mendulang Untung

Selama kebijakan pemerintah dalam pendidikan masih ‘mengambang di udara’ tanpa kejelasan, sejumlah pihak tetap dapat memanfaatkan situasi tersebut guna mendulang untung. Misalnya Motivator, yang turut mengambil keuntungan dalam ‘rasionalisasi nilai’ hasil SBMPTN.

Tidak perlu menyebutkan siapa orang yang saya maksud, mungkin kalian sudah mengetahui siapa orangnya. Tindakannya dalam melakukan bashing sekaligus mendiskreditkan sejumlah jurusan demi mengagungkan jurusan ‘berduit’ cukup menggambarkan ‘muka’ orang itu sebenarnya.

Ngomong-ngomong soal etika, saya rasa Angkatan 2020 setidaknya memiliki etika yang sopan disaat berhadapan dengan orang yang lebih tua. Mungkin mereka yang menyebut bahwa “para pakar gagal mendulang uang tahun ini” kepada para pakar, merupakan mereka dari angkatan sebelumnya, namun itu juga tidak pasti.

Yang pasti, adalah etika dari para ‘pakar rasionalisasi’ yang tidak mencerminkan seorang pakar yang sesungguhnya. Sesuai dengan peribahasa ‘Nila setitik rusak susu sebelanga’, pamor yang kamu buat bertahun-tahun itu dapat rusak dalam waktu sekian menit akibat jarimu yang tak berhenti melontarkan makian dan tipu daya tersebut.

Lagipula, memangnya perlu rasionalisasi seperti itu disaat pemilihan prodi dilakukan diawal? Nilai darimana? Ujian selesai, nilai tidak dapat digunakan untuk rasionalisasi sebab kita telah memilih prodi yang dituju. Heran banget.

Manajemen emosi atau anger management sangat diperlukan bagi mereka-mereka yang terlibat dalam ‘cawan panas’ berisikan calon mahasiswa yang minim informasi yang jelas serta dianggap ‘rendahan’ oleh para ‘pakar’. Bicara soal anger management, mari kita berlanjut ke Admin LTMPT.

Admin LTMPT Sebenarnya Tantrum atau Miskomunikasi?

Netizen muda (assuming mereka SMA/SMK kelas 3) dikagetkan dengan jawaban salah satu admin LTMPT yang menyebut bahwa Angkatan 2020 merupakan angkatan yang ‘terlalu dimanja’ alias ‘Angkatan Giveaway’. Jujur saja, disaat saya membaca salah satu thread terkait admin LTMPT yang ‘berlebihan’ terhadap para calon mahasiswa, saya turut emosi. Mengapa seorang pengurus sosial media LTMPT harus menjawab seperti itu?

Meminta kita untuk ‘mengubah pola pikir dari tingkat pelajar menjadi mahasiswa’ sekaligus menyebut kita ‘banyak mengeluh’, ‘heboh’ dan ‘minta disuapin terus’ adalah hal yang cukup anti-kritik bagi seorang yang mengaku dosen. Seorang Dosen haruslah bijak dalam bertutur kata, terlebih bila menghadapi calon didikannya.

Tindakan anti-kritik tersebut membuat saya ingat, bahwa di era Orde Baru, guru merupakan seorang birokrat dan bukanlah seorang pengajar. Mungkin, itu yang hendak para pengurus ikuti. Anti-kritik, bredel habis, kunci rapat informasi.

Saya yakin tujuan admin tersebut baik, dengan memberitahukan bahwa TPS ini merupakan soalan nalar dan bukan seperti tes TKA yang penuh dengan materi. Namun, alangkah baiknya jika admin belajar berkomunikasi dengan baik dan benar, terutama bila menghadapi para calon mahasiswa.

Sangat disayangkan bagi admin untuk tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik, apalagi disaat mengurus akun resmi yang memberikan informasi terkini terkait kepentingan calon mahasiswa di Indonesia. Tanpa adanya anger management disertai komunikasi yang baik dan tepat, saya yakin image LTMPT atau bahkan image pendidikan di Indonesia bakalan ambyar.

Masih ingat dengan menteri pendidikan kita sebelumnya? Sebelum adanya gebrakan sekaligus gaya komunikasi yang menarik dari Mendikbud Nadiem Makarim, dunia pendidikan cukup kacau balau dan dipenuhi dengan ketidakpastian. Mulai dari batal-lanjutnya UN, pemberian materi UNBK yang cukup masif, ketimpangan pendidikan, dan lainnya. Hal tersebut diiringi dengan miskomunikasi antar lembaga pendidikan terkait yang cukup masif.

Itulah mengapa image perlu dibentuk dengan hati-hati, terutama dengan menggunakan anger management yang tepat. Jika tidak menggunakan anger management, tentu saja anda para pembaca bakal langsung me-lock akun sosmed kalian setelah di-‘bully’ netizen. Itu sebabnya kita memiliki second account di berbagai platform, guna mengeluarkan emosi kita yang selama ini terpendam di depan banyak orang serta untuk melindungi privasi kita yang sesungguhnya.

‘Angkatan Giveaway’ 2020, Mari Kita Bersabar!

Jelas, kita ‘Angkatan Giveaway’ cukup muak dengan kondisi ini. Perubahan UTBK-SBMPTN 2020 yang berujung miskomunikasi serta ketidaksiapan kita menghadapi ujian skolastik pada bulan Juni-Juli mendatang cukup membuat stres dan bimbang akan kecerdasan sendiri.

Namun jangan khawatir, kita bakal menghadapi ini bersama. Apapun jurusan kalian, apapun pilihan kalian, terus berdoa dan jangan lupa belajar yang cukup. Materi Skolastik bisa dipelajari dari soal-soal tahun sebelumnya, dan sebisa mungkin untuk mengelola emosi dengan baik dan jangan panik.

Buktikan kepada mereka bahwa kita bukan sekadar ‘Angkatan Giveaway’ melainkan ‘Angkatan yang Diberkahi’. Buktikan pada guru-guru kita, bahwa ilmu yang mereka berikan tanpa pamrih itu berguna sepenuhnya.

Sampai jumpa di ‘pertempuran’, kawan-kawan!


Opini ini tidak merepresentasikan pandangan dari Redaktur Nawala Karsa. Identitas Penulis dirahasiakan demi kebaikan bersama.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.