Punya Laut Luas, Indonesia Malah Impor Ikan dari China

Ikan impor rasa lokal
Nawala Karsa - Ilustrasi percakapan penjual dan pembeli saat ingin membeli ikan import

INDONESIA IMPOR IKAN – Di saat masih hangatnya kapal asing yang diduga mengambil ikan di laut Natuna, terdapat kabar yang cukup menarik. Dikutip dari CNBC Indonesia. Perairan Natuna diketahui menyimpan banyak kekayaan ikan yang pastinya menjadi incaran berbagai negara, khususnya China.

Deputi I Kemenko Kemaritiman dan Investasi Purbaya Yudhi Sadewa menyebutkan bahwa setidaknya terdapat potensi hingga 1 juta ton ikan berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-RI) 711. “Di kawasan Natuna yang direbut, 500 ribu ton per tahun, ini hanya ikan,” ungkap Yudhi.

Tapi ironisnya, kebanyakan nelayan asal Negeri Tirai Bambu yang mencari ikan di dekat wilayah Indonesia justru menjadi pemasok ikan impor untuk Indonesia.

Indonesia Lakukan Impor Ikan Sejak 2018

Data Trade Map menunjukkan bahwa setidaknya pada tahun 2018, Indonesia telah mengimpor berbagai hasil laut mencapai sekitar 290,7 Juta Dollar AS atau mengalami kenaikan sebesar 38%. Hasil laut yang dimaksud berupa ikan hidup, ikan segar, ikan beku, pakan ikan, dan lainnya.

Dalam kurun waktu tahun 2014 sampai tahun 2018, porsi impor untuk produk laut dari China mencapai 25-33 persen. Khusus ikan beku, China mengimpor hingga 41% ikan beku ke Indonesia, dan ikan beku yang paling sering diimpor adalah ikan Mackerel.

Nelayan Lokal Tersiksa

Nelayan Vietnam China

Tentu dengan kembali munculnya nelayan asing di sekitar perairan Natuna membuat nelayan lokal pasrah dan tidak berani untuk melaut jauh-jauh.

Seperti yang dialami oleh nelayan asal Kepulauan Riau melalui akun Facebook-nya Dedek Ardiansyah Terisno yang mengunggah video detik-detik nelayan asing yang diduga berasal dari Vietnam mengambil ikan di sekitar laut Natuna.

Vietnam Juga Curi Ikan di Natuna

https://www.facebook.com/dedek.ardiansyah.terisno19/posts/2185255601574540

Diketahui bahwa peristiwa tersebut direkam pada tanggal 23 Desember 2019, dan kapal-kapal tersebut telah beroperasi sejak tanggal 17 Desember silam dengan perkiraan sebanyak 20 buah kapal. Terlebih ada kapal yang bertugas sebagai pukat gandeng, dan pukat adalah salah satu alat yang dilarang digunakan oleh Menteri KKP sebelumnya untuk menangkap ikan karena berpotensi merusak karang.

Dalam video tersebut juga, Dedek memberikan titik koordinasi lokasi pengambilan ikan tersebut yang berada di antara koordinat 04.10.000 – 109.10.000 atau masih di sekitar laut Natuna. Sayangnya saat itu Dedek tidak bisa menangkap lebih banyak gambar dan video karena kalah jumlah dan tidak bisa mengejar kapal-kapal tersebut.

Selain nelayan Vietnam, nelayan asal China pun ikut berdatangan, bahkan tanpa basa-basi, nelayan tersebut dikawal oleh kapal Coast Guard China, yang sekaligus bertugas mengusir nelayan-nelayan lokal dari tempat nelayan asing tersebut mengambil ikan.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.