Kami Mencoba Naik Kereta MRT Jakarta Lebak Bulus – Bundaran HI PP!

Pada hari Selasa (12/3) lalu, Nawala Karsa beserta media lain berkesempatan untuk menjajal kereta Ratangga di hari pertama uji coba secara publik MRT Jakarta. Tentu saja, ini merupakan kesempatan yang tidak boleh kami lewatkan sebagai media dan juga penglaju (commuter) Jakarta.

Sebelum menjajal MRT Jakarta, pers terlebih dahulu berkumpul di Wisma Nusantara. Tujuannya? Untuk menghadiri konferensi pers yang diadakan oleh MRT Jakarta mengenai pembukaan uji coba kereta kepada publik. Dalam konferensi pers tersebut, dipastikan Transjakarta akan terintegrasi dengan moda raya terpadu tersebut.

Hal itu disampaikan langsung oleh Dirut Transjakarta Agung Wicaksono saat ditemui pers saat konferensi pers tersebut. Ia mengatakan, akan membuat rute pengumpan yang menghubungkan penglaju (commuter) dari Tangerang dan sekitarnya menuju ke stasiun MRT Jakarta yang terdekat. Salah satunya ada rute Bintaro – Blok M, BSD – Bundaran Senayan, Jatijajar – Lebak Bulus, dan terakhir ada Tanah Baru – Fatmawati. Nantinya, rute-rute tersebut akan dilayani oleh bus Royal Trans dan juga dilayani dengan menggunakan bus reguler Transjakarta.

Uji Coba MRT Jakarta, Dimulai dari Bundaran HI

Stasiun Bundaran HI MRT Jakarta
Lorong stasiun MRT Jakarta Bundaran HI (Foto: Naufal Alfarizy)

Tanpa basa-basi, setelah konferensi pers usai kami beserta anggota FDTJ yang turut serta hadir langsung turun menuju stasiun bawah tanah Bundaran HI. Menuruni tangga dan sedikit berbelok, sebuah lorong panjang menyambut kami menuju ke area berbayar MRT Jakarta.

Kebetulan, dikarenakan stasiun ini ingin diintegrasikan dengan halte Transjakarta di Bundaran HI, maka tersimpan tiga mesin gate pembayaran Transjakarta di dalam stasiun tersebut. Kondisinya nonaktif dan belum dapat dipakai, dan, tentu saja kita tidak akan menggunakan gate tersebut melainkan menggunakan mesin gate lain yang telah disediakan oleh pihak MRT Jakarta sendiri.

Stasiunnya sendiri nampak sangat bersih dan terkesan futuristik. Stasiun MRT Jakarta siap untuk melayani para penglaju. Beberapa Signage, PID, serta CCTV telah dipasang disejumlah tempat. Sejumlah elevator juga telah ditempatkan ditiap pintu masuk namun belum semua pintu masuk memiliki elevator demi alasan safety.

Walaupun belum diresmikan, pihak MRT Jakarta sendiri telah menyediakan sejumlah fasilitas untuk nantinya digunakan oleh para penglaju. Salah satunya, terdapat ruang P3K, ruang Laktasi (khusus ibu yang menyusui), Toilet (tersedia juga untuk Disabilitas), dan lift Prioritas.

Setelah turun menuju Peron, kami telah disambut dengan kereta MRT Jakarta yang siap membawa kami menuju ke depo Lebak Bulus, dimana nantinya kita bisa kembali lagi ke Bundaran HI ataupun turun di stasiun manapun yang kita inginkan.

Gerbong Nyaman, Bagai dalam Kereta Modern nan Futuristik!

Saat berada didalam gerbong, kita disuguhkan warna putih-biru yang terkesan modern. Tampilan dalamnya mengingatkan saya dengan kereta EMU (Electric Multiple Unit) Tokyo Metro seri 13000 yang dibuat oleh Kinki Sharyo itu, namun, kereta MRT ini berbeda sebab menggunakan kursi yang terbuat dari fiber, PID (passanger information display) yang juga berbeda dan diproduksi oleh Nippon Sharyo.

Mungkin karena belum diresmikan, didalam rangkaian gerbong MRT Jakarta ini tidak ada iklan sama sekali. Interiornya sangat bersih dan nyaman bagi para pengguna yang tengah menjajal MRT tersebut.

Berbeda dengan keretanya, sejumlah stasiun MRT Jakarta sudah terpasang iklan-iklan dari sejumlah perusahaan ternama. Salah satunya ada Tiket.com dan juga Tokopedia. Iklan tersebut dapat terlihat di stasiun Lebak Bulus, Bundaran HI, Senayan, dan Setiabudi. Dan juga, sejumlah stasiun sudah menggunakan nama Sponsor dan nantinya akan ada fase kedua pembukaan sponsor untuk stasiun MRT yang lainnya.

Lebak Bulus, Depo MRT Jakarta

Kami tiba di stasiun Lebak Bulus persis 30 menit setelah pintu kereta tertutup di stasiun Bundaran HI. Setelah keluar dari kereta, para penumpang disuguhkan pemandangan kota Jakarta Selatan dan sekitaran depo Lebak Bulus. Agak aneh rasanya saat memandangi depo Lebak Bulus saat ini, sebab di lokasi yang sama, pernah berdiri stadion yang menampung klub kebanggaan Provinsi DKI Jakarta, Persija Jakarta.

Turun di Lebak Bulus, kami sempat berkeliling ke sejumlah tempat sekaligus untuk pindah peron. Kebetulan kami bertemu salah satu Masinis perempuan MRT Jakarta bernama Nidya Laras, yang baru saja selesai mengemudikan kereta MRT.

Saat diwawancarai oleh Nawala Karsa, Nidya menyebutkan bahwa seluruh masinis di MRT Jakarta merupakan orang-orang baru dalam dunia perkeretaapian, dan sebelumnya para masinis melakukan pelatihan di Akademi Perkeretaapian Indonesia, Madiun, Jawa Timur, dan juga melakukan pelatihan di Malaysia.

Nidya Laras, masinis kereta MRT Jakarta saat kami temui di Stasiun Lebak Bulus

Nidya turut membeberkan sedikit perbedaan antara kemudi MRT dengan kereta pada umumnya. Kereta pada umumnya dikendalikan secara penuh oleh dua orang masinis, sementara MRT sendiri dikendalikan secara otomatis dan masinis hanya dibutuhkan didalam kereta saat dalam kondisi darurat.

Akhir wawancara, Nidya berharap agar masyarakat Jakarta dan sekitarnya dapat menggunakan MRT dan juga bekerjasama untuk mengurangi kemacetan.

“Untuk teman-teman semua yang memiliki pola pikir bahwa Transportasi Umum itu buruk, coba dulu naik MRT, rasain dulu rasanya naik MRT karena ini wajah baru moda transportasi perkeretaapian di Indonesia. Jadi harus coba!”
– Nidya Larasyuniati, Masinis Perempuan di MRT Jakarta

Ayub, pelajar SMA yang baru saja selesai simulasi UNBK, langsung mencoba MRT Jakarta.

Kami bertemu dengan Ayub, seorang penglaju sekaligus pelajar SMA kelas 3 yang baru saja menyelesaikan simulasi UNBK di sekolahnya. Menaiki MRT untuk pertama kalinya, Ayub berpendapat bahwa MRT Jakarta sangatlah keren dari segi fasilitas, desain stasiun, kereta.

Ia juga mengatakan bahwa MRT yang ada di Indonesia serupa dengan di Malaysia maupun di Singapura, Ayub sendiri juga mengatakan bahwa ia telah mencoba LRT Jakarta yang diujicoba pada 2018 lalu. Ia berharap setelah adanya MRT Jakarta, para pengguna kendaraan pribadi bisa beralih ke transportasi umum. Ia mengingatkan bahwa kereta sendiri bebas macet bila dibandingkan dengan kendaraan pribadi, dan diharapkan dapat mengurangi kemacetan di jalur arteri ibukota yang dilalui MRT Jakarta.

Stasiun Fatmawati, Tertinggi di Indonesia, Dilalui Tol JORR!

Papan Stasiun Fatmawati MRT Jakarta

Kembali melaju dari Lebak Bulus menuju Blok M, kami sempat singgah dahulu di stasiun Fatmawati yang merupakan stasiun tertinggi di Indonesia untuk saat ini. Dibawah stasiun ini, terdapat jalan tol Jakarta Outer Ring Road. Kalian bisa melihat pemandangan bangunan tower di pusat kota saat berada di stasiun Fatmawati ini.

Tentu saja, pemandangan yang diberikan di stasiun ini cukup menyegarkan dan luar biasa, tanpa perlu naik ke gedung bertingkat dengan izin kita sudah bisa melihat pemandangan ibukota diatas ketinggian melalui stasiun Fatmawati ini.

Setelah berhenti sejenak sekaligus beristirahat sejenak, kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju Bundaran HI. Tentu saja saya berpisah dengan reporter Transportasi Umum Melvin Deswira dan Amir M Rasyid di stasiun Blok M, karena memang saya sudah sangat lapar dan Blok M merupakan lokasi sempurna untuk makan.

Begitulah akhir dari uji coba MRT Jakarta yang telah kami lakukan hari Selasa lalu. Bagaimana? Sudah tak sabar bukan untuk naik MRT kelas dunia ini? Kalian sudah bisa coba kereta MRT ini, lho! Caranya, daftar di situs Ayo Coba MRT Jakarta. Nantinya kamu akan diarahkan ke aplikasi Bukalapak untuk mendaftar.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.