Sering Dilupakan, Ini 5 Perbedaan Film Mainstream dan Film Indie!

Apa yang ada di pikiran kalian kalau ditanya tentang film? Mungkin yang terlintas di benak adalah film-film mainstream yang biasa ditayangkan di bioskop, karena kita sudah terbiasa melihatnya di berbagai media, seperti televisi, internet, dan lain-lain. Namun, sebenarnya, ada lagi satu genre film yang tidak boleh dilewatkan oleh para penggemar film, yaitu film indie alias film independen.

Eh, apa itu? Film yang sering dipuji banyak kritikus? Jenis film yang sering masuk jajaran nominasi Oscar tiap tahunnya? Atau jenis film yang dikenal karena ceritanya yang terkesan sedikit edgy?

Well, secara teknis, semua jawaban di atas benar. Namun, sebenarnya, film indie bukan hanya soal film yang masuk nominasi Oscar, sering dinilai bagus, atau dikenal karena ceritanya yang tidak biasa. Seperti karya film lainnya, film indie juga merupakan hasil ekspresi karya seni dari sutradaranya dan juga penulis skenarionya, hanya saja film indie tidak diproduksi dengan cara yang sama seperti film mainstream yang sering ditayangkan di bioskop.

Film indie alias film independen dinamakan demikian karena proses produksi dan pendanaannya. Jika biasanya film mainstream pada umumnya didanai secara besar-besaran oleh perusahaan besar, maka film indie diproduksi dan didanai secara mandiri saja. Dana untuk sebuah film indie bisa saja didapat dari sutradaranya sendiri atau dari sekelompok orang.

Karena proses produksinya yang berbeda dengan film mainstream, otomatis film indie memiliki sejumlah elemen yang tidak dapat ditemukan di film lain dan menyebabkan adanya perbedaan antara kedua jenis film ini. Berikut adalah beberapa perbedaan antara film mainstream dan film indie.

Plot Cerita Lebih Beragam dan Ekspresif

Karena produksi film indie dilakukan secara independen, pastinya akan ada lebih banyak ide dan tema yang bisa dieksplor oleh sutradara atau pembuat skrip dalam menyusun plot atau cerita.

Kalau kalian pernah menonton atau membaca sinopsis dari sebuah film indie, bisa dipastikan kalian tidak akan menemukan cerita tipikal ala film mainstream dan segala aspek dalam film indie pasti akan terkesan out of the box, dari ceritanya, alurnya, hingga pewarnaan yang muncul dalam filmya itu sendiri.

Ada banyak sekali film indie seperti ini, contohnya seperti film-film karya sutradara Wes Anderson, 500 Days of Summer, Lady Bird, dan masih banyak lagi.

Film Indie Bisa Lebih Eksperimental

Karena plotnya dan segala aspek dalam sebuah film indie biasanya terkesan out of the box, film indie tentunya menawarkan pengalaman atau experience yang berbeda untuk para penontonnya.

Jika mungkin penonton sudah terbiasa menyaksikan plot biasa ala Hollywood dan terbiasa menyaksikan ending yang sempurna, bisa saja film indie yang ditonton tidak menawarkan hal serupa, tapi malah disuguhkan ending yang terkesan abu-abu atau bahkan terkesan tidak ada basa-basinya sama sekali.

Pihak yang Memproduksi Film

Seperti yang telah dikatakan di atas, film mainstream biasanya didanai dan diproduksi oleh perusahaan besar yang sudah dikenal dalam dunia perfilman sebelumnya, seperti Sony Entertainment, Marvel Entertainment, Universal Pictures, dan lain-lain.

Beda halnya dengan film indie. Film indie didanai dan diproduksi secara independen, mungkin dari sutradaranya atau dari sekelompok orang. Namun, sebenarnya, dalam industri film indie, ada juga perusahaan-perusahaan yang memproduksi film indie yang dimiliki oleh raksasa Hollywood, seperti Sony Pictures Classics, Searchlight Pictures, dan Focus Features.

Perusahaan lainnya yang juga memproduksi film-film indie adalah A24. Film-film indie produksi A24, seperti Moonlight, Call Me By Your Name, dan Room mungkin merupakan contoh film-film indie yang dikenal orang.

Film Indie Tidak Terpaku dengan Durasi

Film mainstream biasanya memiliki durasi yang terukur, yaitu antara 90 hingga 120 menit atau lebih. Namun, film indie tidak terpaku dengan standar durasi tersebut. Memang, umumnya film indie memiliki durasi yang sama dengan standar durasi film mainstream, namun bisa saja sebuah film indie hanya memiliki durasi lebih pendek dari itu, seperti hanya 60 atau 70 menit.

Prinsip Nothing to Lose

Karena adanya ekspektasi yang tinggi dari perusahaan-perusahaan film besar, biasanya film mainstream digarap dengan keseriusan yang tinggi. Kru film tidak bisa bersantai, karena semuanya diharapkan menjalankan perannya masing-masing dengan baik sehingga dapat menghadirkan sebuah film yang akan disukai dan dinikmati semua orang.

Film indie tidak demikian. Karena biasanya penggarap film indie memiliki prinsip nothing to lose alias tidak takut rugi, suasana pembuatan filmnya jelas akan berbeda dan semuanya, baik kru yang berada di belakang layar maupun para aktor dan aktrisnya, dapat melakukan semuanya sembari belajar lebih dalam lagi tentang peran masing-masing dan bagaimana cara memproduksi film yang baik.

Menurut saya pribadi, penonton juga dapat belajar dari film-film yang mereka tonton, baik dari film mainstream maupun film indie. Entah itu prinsip hidup karakternya, gaya busana dari karakternya, atau bahkan teknik penceritaan film itu sendiri, mungkin dapat berguna bagi para penonton.

Jadi, film mainstream dan film indie cukup berbeda, kan? Bagaimana pendapat kalian soal ini? Jangan lupa kirim pendapat kalian di kolom komentar, ya!

Oh ya, jika kalian tertarik dengan film indie dan ingin menontonnya, namun bingung harus memulai dari mana dulu, kami telah menyediakan sejumlah rekomendasi film indie yang bisa kalian tonton saat menjalankan kegiatan dari rumah, lho.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.