Sakurasou no Pet na Kanojo: Hidup Bersama Orang Berbakat itu Mengerikan

Sakurasou no Pet na Kanojo

Sakurasou no Pet na Kanojo – Tempo hari, saya pernah bertanya kepada dosen saya tentang bagaimana cara hidup bersama dengan orang berbakat. Dosen saya pun menjawab kalo hidup bersama orang berbakat itu cuman ada dua cara: melawan atau mati.

Pertanyaan yang saya lontarkan tentu bukan refleksi dari nasib sial yang saya hadapi. Melainkan nasib dari seorang tokoh utama dalam anime Sakurasou no Pet na Kanojo, yaitu si Kanda Sorata, laki-laki SMA yang digambarkan tidak mempunyai bakat, impian, masa depan serta jalan hidup yang jelas.

Suatu waktu, dia yang awalnya tinggal di asrama reguler sekolahnya, terpaksa pindah ke asrama yang bernama Sakurasou gara-gara ketahuan memelihara kucing karena peraturan asrama reguler tidak membolehkan adanya hewan peliharaan di dalam asrama.

Sakurasou mempunyai citra menyeramkan di kalangan siswa-siswi sekolahnya Sorata. Makanya mengapa asrama tersebut kebanyakan dihindari, dan murid yang tinggal di sana bakal dicap buruk.

Bukan karena adanya sosok menyeramkan yang menghuni Sakurasou, bukan pula adanya kelompok yang merencanakan gerakan kiri untuk revolusi. Melainkan katanya Sakurasou itu dipenuhi oleh murid-murid yang mempunyai masalah di sekolah.

Rumor asrama Sakurasou yang tersebar sama sekali tidak menghentikan tekad Sorata. Mungkin Sorata tiba-tiba teringat satu film Warkop DKI yang berjudul Maju Kena Mundur Kena.

Jadi ya sudah, karena dua-duanya sama-sama bikin menderita, akhirnya Sorata milih yang paling mudah serta berpahala besar, yaitu: “Lebih baik hidup bersama orang bermasalah, ketimbang membuang kucing-kucing imut yang sudah ku pungut ini, lumayan menambah amal untuk masuk surga.” gumam Sorata sembari senyam-senyum membayangkan bertemu 72 bidadari.

Bertemu dengan Sekumpulan Manusia Tidak Normal

Pindah ke Sakurasou menjadi sebuah malapetaka bagi Sorata. Bagaimana tidak, memang benar saja isi asrama tersebut dipenuhi dengan murid bermasalah. Kalo bermasalahnya itu seperti murid nakal yang suka memberontak mungkin masih bisa diterima oleh Sorata. Ya paling-paling jadi babu atau pesuruh, pikir Sorata.

Namun naas, lebih buruk lagi. Murid-murid bermasalah itu bukan murid pemberontak. Melainkan murid tidak normal dengan kepribadian yang tidak bisa diterima oleh norma sosial. Ada Misaki, kakak kelas yang punya bakat membuat anime dan selalu ngerecokin Sorata, Mitaka Jin seorang playboy kelas kakap yang menyikat istri orang. Serta Akasaka Ryuunosuke, seorang anti-sosial yang membenci masyarakat.

Sudah merasa frustrasi dengan tingkah penghuni di Sakurasou. Sorata tiba-tiba dapat rezeki tak terduga. Sepupu dari Sengoku Chihiro-sensei, guru pembimbing asrama Sakurasou, yaitu Shiina Mashiro yang berasal dari Inggris mau pindah ke Jepang.

Gadis Polos Blasteran, Shiina Mashiro

Sorata yang ditugaskan Chihiro-sensei untuk menjemputnya di stasiun pun bergegas dengan secepat kilat seakan mau ketemu jodohnya. Mungkin ia pikir, nanti bakal bertemu gadis cantik yang normal dan ideal bagi dirinya untuk bisa menjalankan komedi romantis a la anak SMA.

Tapi lagi-lagi, selayaknya peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga, Sorata lebih parah. Sudah jatuh tertimpa tangga, tangganya tangga besi rumah orang borjuis lagi. Shiina Mashiro, yang dipikirannya adalah bule blasteran Jepang-Inggris yang cantik ternyata sama juga kayak penghuni lainnya: kagak normal.

Level ketidaknormalan Mashiro di atas rata-rata. Dari gak bisa menyiapkan pakaian, gak bisa mengurus dirinya sendiri, gak bisa… Ah pokoknya Mashiro itu gak bisa melakukan hal-hal lazim yang seharusnya bisa manusia lakukan.

Namun, bukan berarti Mashiro enggak bisa melakukan itu karena dia seorang gadis yang punya pemikiran bahwa cewek seharusnya tidak mengerjakan pekerjaan rumah, serta derajatnya lebih tinggi daripada laki-laki. Tentu saja bukan, Mashiro bukan golongan yang seperti itu.

Alasannya ya sederhana, Mashiro cewek polos yang memang spesial dan butuh pengasuh untuk menjalani hidupnya. Saat ditanya dia selama di Inggris ngapain saja, jawabannya cuman satu: menggambar.

Selayaknya seorang manusia suci yang baru memasuki sebuah ajaran keagamaan, Mashiro butuh bimbingan dari ahli dalam menjalankan syariat agama dengan benar agar tidak tersesat. Kongres Akbar Sakurasou pun dilaksanakan untuk menentukan siapa pembimbing dan pengasuh Mashiro selama tinggal di Sakurasou.

Sorata yang menjadi calon tunggal karena dicalonkan oleh teman-temannya menang secara aklamasi selayaknya Kaisar Romawi. Karena prinsip demokrasi adalah menghargai pemilih, Sorata mau tidak mau terpaksa menerima kemenangan yang tidak diharapkannya itu karena adanya dalil Vox Populi, Vox Dei.

Sorata Frustrasi Karena Hidup Bersama Orang Berbakat di anime Sakurasou no Pet na Kanojo

Sakurasou no Pet na Kanojo

Sorata yang sudah kedapatan tanggungjawab baru untuk membimbing Mashiro ke jalan yang lurus pun melakukan tugasnya dengan baik. Mashiro, sebagai gadis polos yang dianggap gak bisa apa-apa, bukan berarti dia seorang pengangguran seperti Sorata. Mashiro sendiri adalah seniman terkenal di dunia yang mencoba peruntungan untuk bisa debut menjadi penulis Manga amatir di negeri Sakura.

Suatu hari Sorata frustrasi karena merasa cuman dirinya yang gak ngapa-ngapain di Sakurasou. “Yang laen pada punya tujuan, masa gue doang yang di sini nganggur!” gumam Sorata sambil begadang main gim konsol di kamarnya.

Sorata yang kesal akhirnya curhat sama Mitaka Jin, yang kebetulan malam itu lagi kesal juga karena dikejar-kejar deadline sama produser yang bertanggungjawab atas anime Misaki. Mumpung ada kesempatan dalam kesempitan buat marah-marah, Jin meluapkan kekesalannya dengan marahin Sorata dan bilang kalo dirinya jangan menyalahkan orang lain melulu atas kesalahan dirinya sendiri.

Sorata yang sudah kesal dibikin tambah kesal oleh perkataan Jin pun langsung naik pitam. Selayaknya Oda Nobunaga yang memproklamirkan ambisinya untuk mempersatukan Jepang, Sorata juga demikian. Dengan pendirian kuat dan seakan tanpa goyah, Sorata berambisi kalo dia bakal keluar dari Sakurasou!

Ambisi yang besar, tapi akhirnya ciut juga. Ya Sorata gak jadi keluar dari Sakurasou cuman gara-gara Manga yang dibuat Mashiro tidak lolos penerbit karena ending-nya yang dibuat kentang banget. Dengan muka polos Mashiro bilang ke editornya “Ini yang Mas Sorata inginkan, Mbak.”

Akhirnya Sorata Menemukan Jalan Ninjanya

Sakurasou no Pet na Kanojo

Lambat laun, pertemuan dan kebersamaannya dengan Mashiro, serta penghuni Sakurasou lainnya di anime Sakurasou no Pet na Kanojo membuat Sorata tobat nasuha dari jiwa pengangguran dan menemukan jalan ninjanya.

Sorata perlahan mempunyai mimpi untuk menjadi desainer gim. Dicari-carilah kompetisi desain gim amatir untuk menunjukkan kerja kerasnya. Usaha demi usaha disikat oleh Sorata. Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu. Tiba saatnya untuk presentasi hasil desain gim buatannya kepada perusahaan yang akan memproduksi gimnya

Di sisi lain, Mashiro berhasil debut dengan Manga-nya. Sorata yang udah pede karena diberikan jimat keberuntungan oleh Mashiro tentu gak sabar menanti hasilnya juga, dan merayakan keberhasilan bersama Mashiro.

Yakin Usaha Sampai. Mungkin itu prinsip hidup Sorata — memang tidak salah nama depannya Kanda —sehingga karena dia sudah berusaha mati-matian, pasti walau sedikit, yang penting usahanya ada hasil. Yakusa Kanda Sorata!

Selain prinsip Yakusa, Sorata mungkin juga mengidolai sosok karakter Naruto. Sosok karakter yang digambarkan tidak punya bakat, from zero to hero, tipikal pekerja keras, dan pantang menyerah hingga mencapai impiannya. Akhirnya, sifat seperti itulah yang membuat Sorata kagum terhadap sosok Naruto, dan mencoba mengikuti jalan ninja Naruto sebagai the way of life-nya.

Tapi, menganggap Naruto adalah karakter yang tidak mempunyai bakat adalah anggapan yang keliru. Naruto tentu punya bakat hebat di dalam dirinya, yaitu bakat ceramah misalnya. Entah, belum ada sumber resmi dia pernah nyantri atau masuk pesantren mana. Tetapi secara empiris, terbukti bakatnya itu telah menyadarkan ribuan ninja yang salah jalan.

Apesnya Nasib Kanda Sorata di anime Sakurasou no Pet na Kanojo

Karena usaha keras tidak akan mengkhianati hasil itu hanya berada dalam penggalan lirik lagu JKT48. Dan juga realitas yang sengsara ini memaksa kita untuk sadar diri. Sorata pun harus mendapatkan kenyataan pahit bahwa dia gagal. “Ya gapapa percobaan pertama, rencana Tuhan pasti indah,”  hibur teman-teman Sorata di Sakurasou.

Di sisi yang berbeda, karir Mashiro dalam dunia Manga makin mentereng dan cemerlang. Sorata terus mencoba mengejarnya, namun lagi dan lagi kegagalan terus menghampiri Sorata. Manga Mashiro berhasil jadi cover halaman depan, Sorata gagal. Manga Mashiro berhasil laris manis, Sorata tetap gagal.

Akhirnya emosi Sorata mencapai puncak ketika Mashiro malah direkrut untuk menjadi desainer grafis perusahaan gim tempat Sorata mempresentasikan gim buatannya. Ketika Sorata menaruh seluruh jiwa dan raga di sana. Malah si Mashiro cuman menggambar ilustrasi yang mendapatkan tempat, sedang Sorata dibuang begitu saja.

Sorata pun kesal, dan menganggap orang berbakat seperti Mashiro selalu mengambil harapan dan usaha orang biasa sehingga membuat mereka yang berusaha keras seperti dirinya selalu menjadi pihak yang termarjinalkan.

Hidup Bersama Orang Berbakat memang Menyebalkan

Sakurasou no Pet na Kanojo

Apa yang terjadi terhadap Sorata memang realitas yang tidak bisa terhindari.  Saya sepenuhnya sepakat dengan jawaban dosen saya atas pertanyaan saya di awal. Bahwa cara hidup bersama dengan orang berbakat itu cuman ada dua: melawan atau mati. 

Karena mau bagaimana pun, orang berbakat hidup di dunia yang berbeda, dunia yang tidak bisa dijangkau oleh orang-orang normal. Faktanya, orang-orang berbakat bakal mencabik-cabik orang-orang di sekitarnya yang tidak mempunyai mental baja, dan menyerah dengan keadaan yang ada sehingga menimbulkan rasa frustrasi.

Sorata pun juga demikian. Di balik sikapnya yang memang brengsek selalu menyalahkan orang lain atas kegagalannya serta selalu iri terhadap hasil orang lain. Tapi, Sorata telah melawan arus ketika hidup berdampingan dengan Shiina Mashiro yang dipenuhi bakat.

Berbeda dengan teman-teman Mashiro di Inggris dulu yang menyerah karena tidak mampu mengimbangi bakat Mashiro dan memilih untuk “mati”. Sorata mencoba melawan bakat Mashiro dengan kerja keras, walau akhirnya dia babak belur juga. Tetapi setidaknya dia mendapatkan pengakuan, dan mampu bertahan dalam kondisi yang luar biasa membuat frustrasi itu.

Karena berkat hal tersebutlah, Sorata maupun Mashiro mampu merangkul keegoisan masing-masing. Ya walaupun mereka di awalnya saling menyakiti satu sama lain, di akhir mereka berdua tetap jatuh cinta juga.

Melawan atau mati, mungkin memang itu jawaban konkrit untuk bertahan ketika hidup bersama orang berbakat.

Dosen saya lalu menutup jawabannya sebelum kami beranjak pergi, “Melawan orang berbakat dengan kerja keras dan mental baja lalu tersakiti serta babak belur, atau menghindar dan menyerah terhadap mereka lalu memilih untuk ‘mati’. Maju kena, mundur kena. Jadi ya pilih saja, sesukamu.”

Ucapan dosen saya itu pun membuat saya menyadari satu hal: bahwa memang ada yang lebih mengerikan ketimbang bahaya laten “komunis” yang digemborkan kebanyakan orang, yaitu hidup bersama orang berbakat misalnya.


Opini ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab dari Redaksi Nawala Karsa.

 


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.