Review My School Days Has Just Begun: Betapa Apesnya Jadi Orang Berbakat

My School Days Has Just Begun

Pertama-tama, jika NawaReaders menganggap light novel (LN) ini bakal menceritakan kisah cinta imut antara dua murid SMA yang tengah kasmaran. Maka bersiaplah untuk kecewa. Karena dalam review kali ini, My School Days Has Just Begun sama sekali tidak menceritakan kisah asmara atau romantisme masa muda yang menggemaskan. Melainkan sebuah kisah politis seorang gadis yang memanfaatkan murid laki-laki berbakat untuk bisa mencapai ambisinya menjadi Ketua OSIS.

My School Days Has Just Begun, yang berjudul asli Boku no Gakuen Seikatsu wa Mada Hajimatta Bakari Da! ini adalah karya penulis asal Jepang, Okamoto Takuya. Jika dilihat dari cover versi Indonesia yang diterbitkan oleh Shining Rose Media, impresi pertama kita mungkin akan menebak bahwa LN ini berisi tentang kisah romansa atau persahabatan masa sekolah dengan segala kearifannya.

Dari judul saja, sudah jelas mendeklarasikan dengan tegas bahwa ini akan menceritakan kisah murid sekolah yang akan memulai kehidupan sekolah yang entah seperti apa bentukannya. Tapi jika kita berpikir semua kisah yang berada di sekolah itu hanyalah berisi terkait masa muda yang dipenuhi akan kebahagiaan bercinta atau bercengkarama dengan teman-teman sebaya, maka tentu itu adalah pemikiran yang keliru.

Setidaknya begitulah yang dialami oleh sang narator light novel, sekaligus tokoh utama di dalamnya, yaitu si pria berbakat yang bakatnya tersia-siakan, Takahashi.

Si Berbakat Takahashi, dan Si Ambisius Satou

My School Days Has Just Begun

Dalam light novel My School Days Has Just Begun, Takahashi adalah murid SLTA yang mempunyai bakat melimpah namun tersia-siakan. Kehidupan sekolahnya berbanding terbalik dengan bakat yang ia miliki. Takahasi seorang penyendiri dan selalu berpaling dari keseharian kehidupan sekolah pada umumnya. Alhasil, dia menjadi seorang murid kelas dua yang kesepian. Tak punya teman, lalu tak ikut kegiatan klub, dan selalu menghindari sosialisasi dengan life hack yang dipelajarinya sendiri.

Takahashi menjadi murid sekolah yang tidak ideal dan terpinggirkan. Padahal, Takahashi bersekolah di mana mengikuti klub adalah salah satu kemewahan yang dimiliki para murid di sekolahnya. Namun, ia memilih tidak ikut kegiatan klub, dan menjadi bagian dari Klub Pulang Sekolah (Sebutan bagi siswa di Jepang yang sama sekali tidak mengikuti kegiatan klub).

Suatu hari, sebuah kesempatan yang hanya ada sekali dalam seumur hidup datang menghampirinya. Seorang gadis yang sempurna kecuali sikap dan kepribadiannya bernama Satou muncul. Satou yang mempunyai ambisi untuk menjadi Ketua OSIS, meminta Takahashi untuk melakukan misi rahasia dengan menggunakan bakatnya. Bukan tanpa alasan Satou meminta Takahashi untuk membantu mewujudkan ambisinya. Satou mengetahui Takahashi memiliki bakat yang melimpah karena telah memperhatikan dan menyelidiki kehidupannya dari masa lalu hingga kini.

Bukan sekadar bualan, Takahashi bisa dikatakan berbakat di segala hal, kecuali bakat belajarnya. Dari sastra, ilmu alam, olahraga, hingga martial arts, Takahashi menguasai semua keahlian itu di umurnya yang masih muda. Sudah jelas Satou pun kepincut untuk mempergunakannya sebagai senjata agar bisa menduduki singgasana osis di sekolahnya.

Misi rahasia Satou adalah membuat klub palsu yang bernama Klub Takahashi, klub yang bergerak untuk memberikan konstituen dan koalisi bagi Satou untuk melenggang dalam pemilihan Ketua OSIS. Tugas klub Takahashi pun meliputi pemberian saran, membantu dan menyelesaikan masalah dari klub-klub yang ada di sekolah mereka.Dengan tujuannya tentu saja untuk mendapatkan suara dari klub-klub dan membentuk koalisi yang kuat untuk Satou dalam pemilihan tersebut.

Okamoto Takuya Membentuk Narasi Nasib Sial Orang Berbakat

Takahashi bisa dibilang tidak akan mensyukuri bakat yang dimilikinya. Karena bakat-bakat itu lah yang membuatnya menjadi seorang penyendiri dan dijauhkan. Saat SD, Takahashi adalah seorang jenius yang memimpin dan ace pitcher di klub bisbol. Sebagai orang berbakat dan mempunyai skill tinggi di atas rata-rata membuat dirinya memaksa rekan setimnya untuk mengimbangi permainannya dan memperlakukan mereka semau keinginannya.

Dalam My School Days Has Just Begun, Takahashi dikenal sombong. Ia pun mulai mendapati hukuman moral berupa dijauhi rekan setimnya dan tersingkirkan. Alhasil Takahashi memilih keluar dari tim bisbolnya dan mengakhiri karir cemerlangnya itu. Saat SMP, Takahashi mencoba untuk menghilangkan rasa kesepiannya dengan bergabung dengan berbagai klub budaya.

Dalam light novel My School Days Has Just Begun, Takahashi saat SMP mulai menanggalkan sikap sombong dan semena-menanya. Menekuni dengan serius kegiatan klubnya, dan mencoba memberikan kesan baik bagi sekitar. Takahashi pun tetap dijauhi dan disingkirkan oleh rekan klubnya karena terlalu serius dan memiliki kekuatan di atas rata-rata, sehingga anggota lain merasa jauh di bawah dia.

Seperti sesuatu yang tak mungkin bisa dihindarkan, bakat yang dimiliki Takahashi malah mengutuknya menjadi seorang penyendiri. Mau bersikap seperti apa pun, sombong atau pun rendah hati, tetap saja hal tersebut ditentukan oleh sikap iri manusia untuk membenci orang-orang yang dianggap menghalanginya. Takahashi di sini menjadi korban atas ketidakadilan masyarakat yang enggan bekerja keras terhadap orang berbakat.

Bagi orang yang berbakat atau pun pekerja keras, kedua hal tersebut tidaklah penting. Selama manusia mempunyai keirian di hatinya dan merasa tersaingi, maka kompetisi hidup mati dan saling menyingkirkan satu sama lain akan terus berjalan tanpa henti.

Karena kejadian tersebut pun, Takahashi menjadi penyendiri hingga memasuki masa kelas 2 di SMA-nya dan memutuskan untuk tidak bergabung dengan klub apa pun.

Takahashi yang Akhirnya Kembali Menikmati Masa Sekolahnya

Pertemuannya dengan Satou membawa angin segar bagi kehidupan sekolah Takahashi. Berkat pemanfaatan berkedok misi rahasia Satou itu pun Takahashi berhasil banyak membantu klub-klub yang mempunyai masalah dengan kejeniusannya.

Kehadiran Satou dengan ambisinya mengubah Takahashi menjadi bersemangat dan mulai menikmati bakat yang ada di dalam dirinya. Walau dirinya melalui jalan penolakan dan termarjinalkan oleh lingkungannya karena bakatnya, namun Satou memandang bakat Takahashi adalah sebuah anugerah yang berguna bagi dirinya untuk mencapai ambisinya.

Perlahan, Takahashi yang terasingi karena bakatnya, menjadi pribadi yang dipercayai oleh orang-orang yang ditemuinya dan berhasil merebut kembali kehidupan sekolahnya.

Akhirnya, novel ini memberikan poin penting yang bisa dibagikan kepada para pembaca sekalian, yaitu tentang bagaimana sebagai manusia harus menahan diri terhadap sekitarnya. Bagi orang berbakat, memberikan manfaat dan kebaikan untuk lingkungannya dengan bakat yang dimiliki adalah keharusan. Dan bagi manusia yang ingin memiliki sesuatu entah itu bakat atau pun hasil, maka kerja keras adalah sebuah pilihan, bukan menggerutu dan malah mengutuk kemampuan manusia lainnya.

Itulah ulasan atau review saya untuk light novel My School Days Has Just Begun. Anda dapat membaca ulasan yang saya buat sebelumnya pada link berikut.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.