Piala Dunia 2018: Siaran Digital Terrestrial, Kok Tidak Ada Sinyal?

Gegap gempita menyambut Piala Dunia 2018 sudah bergaung dimana-mana. Pesta sepakbola terbesar sejagat kembali digelar di Rusia. Sebagai promotor, Futbal Momentum Asia sudah menunjuk beberapa mitra untuk menyiarkan perhelatan empat tahunan ini. Trans TV dan Trans 7 menjadi pemegang hak siar Free To Air Piala Dunia 2018. Untuk mengetahui informasi selengkapnya, dapat anda baca di sini.

Loh, Kenapa No Signal Saat mau Nonton Piala Dunia?

Keterangan "Tidak Ada Sinyal" di Multiplekser Transmedia
Keterangan “Tidak Ada Sinyal” di Multiplekser Transmedia (istimewa)

Pertanyaan ini tidak datang dari pengguna televisi FTA yang menggunakan satelit. Mereka menganggap televisi lokal sudah ditinggalkan, dengan acakan yang dianggap “maut”. Mengapa dikatakan maut? Karena tidak dapat dijebol menggunakan kode yang umumnya tersebar di dunia maya. Dengan demikian, mereka lebih memilih mencari siaran luar negeri yang masih dapat dijebol atau menayangkan siaran secara gratis.

Akan tetapi, pertanyaan ini muncul dari pengguna Set-Top Box (STB) siaran digital yang melalui jalur terrestrial DVB-T2. Pengguna STB digital mempertanyakan hilangnya sinyal multipleks milik Transmedia selaku official broadcaster Piala Dunia 2018, termasuk penulis sendiri. Sekadar informasi, penulis sudah menggunakan STB digital sejak tahun 2014.

Trans TV dan Trans 7 sudah lama aktif pada siaran digital DVB-T2, meskipun memiliki intensitas serta kualitas sinyal yang buruk di wilayah ibukota. Biasanya, penulis hanya mampu mendapatkan siaran Trans TV dan Trans 7 dengan intensitas 50% serta kualitas 90%. Itupun terjadi apabila cuaca sedang baik. Di balik lemahnya sinyal yang didapat, patut diketahui bahwa Multiplekser Transmedia merupakan multiplekser yang menjadi saksi bisu perubahan Trans 7 sebagai televisi pertama di bawah ATVSI yang melakukan upgrade siaran ke definisi tinggi (HD), disusul Trans TV beberapa waktu lalu.

Seiring berjalannya waktu, masuklah sang saudara bungsu, CNN Indonesia mengisi ruang kosong di multiplekser Transmedia, menyusul siarannya di televisi berbayar Transvision dan Indihome. Perhelatan MotoGP yang menjadi andalan Trans 7 juga disiarkan dengan kualitas HD. Akan tetapi, beberapa waktu terakhir siaran MotoGP justru bukan High Definition, namun Hitam Doang!

Di tahun 2018, Transmedia didapuk menjadi official broadcaster Piala Dunia 2018 di Rusia. Pemirsa yang menggunakan DVB-T2 mengharapkan dapat menyaksikan tim kesayangan mereka dengan kualitas HD. Namun apa daya, di hari pertama pemirsa kembali gigit jari. Mereka harus menyaksikan siaran melalui layar analog yang cukup buram dan berbintik.

Matinya multiplekser Transmedia terpantau sejak Kamis (14/6) sore di wilayah Jakarta. Penulis sendiri awalnya menyangka akan bisa menyaksikan pertandingan pembuka yang mempertemukan Rusia dengan Arab Saudi (yang ternyata dimenangkan Rusia lima gol tanpa balas) dengan kualitas bening. Semua itu hanya menjadi angan-angan semata setelah mengetahui matinya multiplekser tersebut.

Ah.. Cuma di Jakarta saja.. Memang Daerah Lain Tidak?

Matinya multiplekser Transmedia tidak saja dialami di Jakarta saja. Akun Facebook Alif Nizar, yang diketahui berasal dari Surabaya juga mengeluhkan hal serupa. Dalam unggahannya kepada akun Facebook Trans TV, ia mengutuk matinya siaran digital Trans TV saat berlangsungnya Piala Dunia.

Tidak hanya di Jakarta saja, di Surabaya siaran digital Trans TV juga dimatikan
Tidak hanya di Jakarta saja, di Surabaya siaran digital Trans TV juga dimatikan

Tidak hanya yang mengeluhkan melalui Fan page Trans TV. Anggota grup Komunitas Pengguna Set Top Box DVB-T2 di Seluruh Indonesia juga mengeluhkan hal yang sama.

(Komunitas Pengguna Set Top Box DVB-T2 di Seluruh Indonesia)
(Komunitas Pengguna Set Top Box DVB-T2 di Seluruh Indonesia)
(Komunitas Pengguna Set Top Box DVB-T2 di Seluruh Indonesia)
(Komunitas Pengguna Set Top Box DVB-T2 di Seluruh Indonesia)

Sementara itu, ada daerah yang justru tetap aktif pemancarnya saat penayangan Piala Dunia. Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari salah satu informan, Kaltara dan Pematang Siantar tetap aktif pemancarnya.

Di sisi lain, Direktur Produksi Trans 7 Andi Chairil menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hak siar untuk Piala Dunia. Ini dinyatakan Andi saat ditanya melalui Twitter terkait hilangnya siaran Transmedia di digital.

RUU Penyiaran, Apakah Mengakomodasi Masalah Pengacakan di DVB-T2?

RUU Penyiaran yang saat ini masih terkatung-katung di DPR menjadi kunci dari permasalahan ini. Bagaimana tidak, lembaga penyiaran yang hendak bersiaran melalui digital DVB-T2 wait and see dengan kondisi yang terjadi saat ini. Memang, masalah utama yang dihadapi dalam menggodok RUU adalah terkait single atau multi mux. Akan tetapi, masalah RUU Penyiaran juga merembet hingga masalah pengacakan. Berdasarkan informasi yang didapatkan penulis, Kominfo melarang adanya pengacakan di siaran DVB-T2.

 

Dengan demikian, opini sederhana ini penulis akhiri dengan satu pertanyaan: Kapan dunia penyiaran kita bisa maju, apabila masih terdapat pengacakan dan pematian pemancar seperti ini? Waktulah yang bisa menjawab.

 

Informasi tambahan: TransTV, dilansir melalui akun Instagram resmi menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hak siar terkait penayangan melalui digital.

https://www.instagram.com/p/BkFcdE-AZCq/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1ws1q1sb4nvxi

 

 


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.