Ini Tanggapan Kami Mengenai Livi Zheng dan Sertifikat Nominasi Oscar

Nama Livi Zheng saat ini sedang panasnya dalam dunia berita termasuk internet. Sang sutradara film Bali: Beats of Paradise yang berasal dari Indonesia ini menjadi topik pembahasan dari banyak media berita.

Film Bali: Beats of Paradise menjadi salah satu film Indonesia yang berhasil tembus masuk seleksi dalam ajang nominasi film Oscar. Suatu kebanggaan luar biasa apalagi buat Livi Zheng.

Kedengarannya itu seperti hal yang luar biasa sekali buat beberapa orang termasuk Livi Zheng sendiri. Semua statement atau pernyataan dia mengenai film Bali: Beats of Paradise seperti menembus Hollywood, masuk daftar nominasi Oscar dan lainnya seakan sudah menjadi tidak berlaku lagi saat Livi dipanggil dalam acara Q&A di MetroTV.

Beberapa penulis Nawala Karsa dengan sabarnya menonton acara yang sudah menjadi debat kusir layaknya seperti debat politik. Nah, pada artikel ini kami akan berikan beberapa poin yang bisa kami simpulkan dari topik film Livi Zheng yang katanya menembus Hollywood dan nominasi Oscar.

Film Dokumenter Indonesia Masuk Skala Internasional?

Film Bali: Beats of Paradise merupakan film dokumenter yang dibuat oleh Livi Zheng bersama dengan timnya. Secara singkat film dokumenter ini menceritakan seorang seniman musik gamelan Nyoman Menten membawa musik tradisional Indonesia ke Amerika Serikat bersama artis penyanyi terkenal Judith Hill.

Disini bisa kita tahu sendiri bahwa film dokumenter milik Livi bertujuan untuk mengenalkan gamelan dan budaya Indonesia dalam skala Internasional. Apalagi Livi Zheng dengan bangga bahwa film ini bisa tembus masuk dalam seleksi ajang nominasi Oscar dan dunia Hollywood.

Bali: Beats of Paradise? Tidak Pernah Dengar Filmnya

Jauh hari sebelum Livi Zheng menjadi topik hangat media berita, jujur saja saya sendiri bahkan tidak mengenal siapa dia. Bahkan film Bali: Beats of Paradise ataupun film lain milik Livi saja tidak pernah saya dengar eksistensinya.

Lalu kenapa dia bisa tiba-tiba muncul di banyak media berita bahkan di internet? Jawabannya adalah marketing.

Ada beberapa media berita mainstream memberikan ulasan artikel mengenai Livi dan film-filmnya dengan rasa kebanggaan yang luar biasa. Termasuk dengan film baru miliknya Bali: Beats of Paradise.

Nyatanya film ini dianggap biasa saja dan tidak sesuai ekspektasi. Bahkan salah satu Youtuber Indonesia Cine Crib menganggap masih banyak film dokumenter Indonesia lebih bagus dibandingkan Bali: Beats of Paradise.

Jadi apakah ekspektasi berlebihan oleh para media berita mainstream terhadap Livi Zheng dengan filmnya Bali: Beats of Paradise sesuai dengan hasilnya? Jawabannya adalah tidak. Bagaimana dengan teknik promosi marketing film ini menjadi hot topic di media berita, berhasil atau tidak? Jawabannya adalah ya berhasil.

Dengan banyaknya koneksi Livi Zheng dengan orang-orang sukses termasuk dalam keluarganya sendiri, tidak heran jika level marketing filmnya di Indonesia meledak. Bahkan sampai membawa orang-orang petinggi negara seperti bapak Jusuf Kalla untuk memberikan testimoni terhadap film milik Livi.

Sidang Skripsi Livi Zheng Dengan Para Dosen Penguji

Dalam acara Q&A yang tayang di MetroTV baru baru ini, saya melihat Livi Zheng seperti sedang sidang skripsi dengan para dosen penguji. Dimana para dosen penguji ini terdiri dari Joko Anwar (Gundala, Pengabdi Setan), Andibachtiar Yusuf (Love for Sell), Adrian Jonathan Pasaribu, Nadine Alexandra Dewi Ames (Filosofi Kopi 2: Ben & Jody), John de Rantau (Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi) dan Maman Suherman.

Hasilnya, Livi Zheng dikeroyok habis-habisan oleh para dosen penguji.

Livi Zheng

Di awal durasi, host Q&A Andini Effendi memberikan pertanyaan pertama yang sangat simpel, singkat dan padat kepada Livi Zheng, yaitu “kamu itu Sutradara yang legit atau bukan?”.

Dan jawaban Livi lari dari topik pertanyaan sang host acara tersebut pertanyakan. Bahkan terlihat Adrian sudah pasang muka cemberut saat mendengar jawaban yang sudah lari dari topik pertanyaan yang diberikan kepada Livi. Bukan hanya itu saja, pertanyaan-pertanyaan lain pun selalu di jawab panjang lebar yang sudah jauh dari topik pertanyaan yang diberikan.

Saya, para penulis Nawala Karsa bahkan teman-teman jurnalis media sebelah dibuat kesal dengan cara jawab dan tingkah laku Livi Zheng.

Hasil Debat Sidang Skripsi Livi Zheng

Secara singkat, Livi disini terlihat seperti seseorang yang belum punya pengalaman atau bahkan pengetahuan tinggi dalam profesinya oleh para penguji yang sudah lama bahkan memiliki pengalaman dalam dunia perfilman dan jurnalistik. Pernyataan dia mengenai “menembus Hollywood” itu hanya sebatas tayang dalam bioskop.

Mengenai kualitas dan kesuksesan film Bali: Beats of Paradise disana jangan ditanya, kalian bisa tebak sendiri bagaimana hasilnya.

Lalu, bagaimana dengan pernyataan film Bali: Beats of Paradise tembus masuk seleksi dalam nominasi Oscar dan bersaing dengan film Avengers: Endgame? Secara teknis yang dia katakan itu benar. Mendengar penyataan itu, Joko Anwar sendiri sampai menegaskan bahwa pernyataan Livi mengenai filmnya “tembus masuk seleksi Oscar” itu sebenarnya tidak ada.

Disana hanya tertulis eligible yang artinya “memenuhi syarat”.

Setelah saya cek link resmi situs Oscar yang menjadi kebanggaan Livi tertulis disana menyebutkan nama Bali: Beats of Paradise, ternyata pernyataan Joko Anwar benar.

Disana memang tertulis eligible, itu berarti film Livi Zheng hanya sebatas “memenuhi syarat” untuk ikut dalam daftar pesaing dari 300 lebih film di ajang penghargaan nominasi Oscar. Ibaratkan kalian mendaftar lomba cerdas cermat dengan syarat nilai rapor pas-pasan bisa ikut.

Summary: The Power of S3 Marketing

Harus saya akui, usaha Livi Zheng untuk mempromosikan film Bali: Beats of Paradise saya berikan A+ untuknya. Usaha keras mengenalkan budaya dan alat musik tradisional asal Indonesia Gamelan bisa dibilang tujuannya baik untuk negeri. Dengan kekuatan S3 Marketing semua bisa terjadi. Belum dengan koneksi-koneksi kelas atas yang mengerikan dari Livi.

Livi Zheng

Tapi kebiasaan Livi Zheng melebih-lebihkan fakta yang ada menjadikan dia sebagai seorang yang terlalu banyak omong kosong. Bahkan John de Rantau sendiri menyebutkan bahwa Livi itu terlalu banyak “bacot” daripada bukti nyata.

Jika seperti itu orang jadi tidak bisa percaya apa yang dikatakan Livi terhadap pencapaian dia dengan film-film miliknya meskipun sebagian kecil ada benarnya.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.