Karya seni hasil kreasi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), kini mulai marak beredar dan diapresiasi.
Karena hasilnya hampir menyerupai ilustrasi yang dibuat oleh manusia, mulai dari warna hingga sketsanya.
Sehingga hal tersebut membuat beberapa situs penyedia konten ilustrasi seperti FANZA, DLSite, Skeb, dan Niconico mulai bertindak.
Ragam Wujud Tindakan Situs Artwork Terhadap Karya AI

Melansir dari Automaton, masing-masing situs asal Jepang tersebut melakukan tindakan tersendiri dalam menyikapi maraknya ilustrasi buatan AI.
Situs FANZA, misalnya, telah memblokir submisi ilustrasi dan artwork buatan AI, dan mewajibkan label khusus untuk itu pada Jumat (7/10) lalu.
Lalu untuk DLSite, ilustrasi buatan AI ditangguhkan submisinya di hari yang sama menyusul platform FANZA.
Kemudian untuk Niconico, sejak Rabu (19/10) ilustrasi buatan AI tidak mendapat layanan monetisasi, kecuali jika sebagian besarnya buatan tangan manusia.
Sedangkan Skeb meresponnya membuat sistem baru, yang mana mempersulit ilustrasi di situs mereka diambil untuk sebuah sistem AI.
Proses Pembelajaran AI Jadi Alasan Bertindak

Beberapa tindakan situs-situs tersebut, berangkat dari bagaimana AI menghasilkan sebuah ilustrasi.
Melansir dari American Scientist, sebelum menghasilkan sebuah ilustrasi yang diperintah oleh user-nya yaitu manusia, AI melakukan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran tersebut, dilakukan dengan menganalisis serta meramu gambar-gambar lain yang tentunya hasil tangan manusia juga.
Sehingga dikhawatirkan, beberapa gambar tersebut adalah karya kreator yang statusnya tidak bisa sembarangan dimanfaatkan.
Pro Kontra AI Untuk Karya Seni di Jepang

Proses yang dikhawatirkan rawan pembajakan, menjadi salah satu sebab kemunculan AI untuk membuat ilustrasi masih diperdebatkan di Jepang.
Di satu sisi, keberadaan AI dianggap positif karena dapat membantu seorang ilustrator pada karya ilustrasinya.
Namun di sisi lain, keberadaan AI untuk ilustrasi dinilai bagi sebagian yang lain telah menghilangkan sentuhan kreatif manusia.
Bahkan menurut ilustrator bernama Yuiragi Yuki. mengungkapkan kekhawatiran tersebut melalui cuitannya.
Yuki mengatakan bahwa keberadaan AI seperti itu akan memukul mental para ilustrator, karena hasilnya makin ke sini makin mirip seperti buatan manusia.
Tambah Yuki, dari pukulan mental, proses imajinasi ilustrator jadi terhambat, dan berujung enggan untuk berkarya.