Survei: Jepang Mulai Berupaya Kurangi Karoshi pada Pekerja Kantoran

pekerja overwork sebabkan karoshi

Karoshi dalam Pekerja Jepang – Selama ini, kita mengenal masyarakat Jepang sebagai orang-orang yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Bahkan, para pekerja beranggapan menghabiskan waktu untuk bekerja lebih penting daripada membangun rumah tangga.

Terkait tingginya waktu kerja masyarakat Jepang, baru-baru ini, situs ketenagakerjaan Jepang, Doda, membuat sebuah survei. Survei ini dilakukan pada April-Juni 2021 pada kurang lebih 15.000 orang pada 90 kategori pekerjaan.

Survei ini juga berfokus pada siapa yang paling sering dan paling sedikit menghabiskan waktunya untuk bekerja. Responden survei ini berusia antara 20 hingga 59 tahun, atau termasuk dalam usia produktif kerja.

Pekerja Jepang Lembur Hingga 60 Jam dalam Satu Bulan

Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat bekerja lembur hingga 20,8 jam per bulan. Jumlah tersebut setara dengan 1 jam lembur per hari, dengan asumsi 20 hari kerja dalam satu bulan.

Meskipun jumlah rata-rata menunjukkan angka 1 jam lembur per hari, namun ada hal menarik yang muncul. Satu dari lima responden, mengungkapkan bahwa mereka bekerja lembur hingga lebih dari 40 jam dalam satu bulan. Jumlah responden tersebut setara dengan 20,1 persen dari total responden survei.

Hasil survei masih belum berakhir, karena berdasarkan hasil survei, masih ada yang lembur lebih dari 40 jam. Hal ini tampak dari 5,5 persen responden yang mengungkapkan bahwa mereka berkerja lembur hingga 60 jam dalam satu bulan. Angka ini setara dengan lembur hingga 3 jam dalam satu hari, dengan asumsi hari kerja sebanyak 20 hari.

Selain mengungkapkan hasil survei mengenai waktu lembur penyebab Karoshi para pekerja di Jepang, Doda juga mengungkapkan hal lain. Doda juga merilis daftar pekerjaan yang paling banyak menyebabkan pekerja harus lembur.

Untuk pekerjaan yang tidak terlalu menuntut pekerja untuk lembur, ada beberapa jenis. Pekerjaan tersebut seperti sekertaris, asisten kantor medis, asisten penjualan, agen industry keuangan, dan asisten kantor umum.

Beberapa kategori pekerjaan tersebut merupakan daftar pekerjaan yang tidak memiliki waktu lembur tinggi. Kisaran lembur beberapa pekerjaan tersebut berada pada angka 10,5 hingga 11,8 jam waktu lembur dalam satu bulan. Satu hal unik lainnya yang terungkap, beberapa pekerjaan tersebut merupakan asisten.

Selanjutnya, untuk pekerjaan yang menuntut waktu lembur cukup tinggi, Doda menyebutkan beberapa pekerjaan. Manajemen konstruksi, penerbitan, sutradara, produser, arsitektur, dan staff kantor. Beberapa pekerjaan tersebut memiliki waktu lembur antara 29,2 hingga 38,3 jam dalam satu bulan.

Berdasarkan hasil survei tersebut, terlihat bahwa semakin tinggi jabatan seseorang, maka akan semakin banyak pula waktu lemburnya.

Waktu Lembur Pekerja Pria Jauh Lebih Tinggi

Survei ini juga membeberkan hasil rata-rata usia lembur dan jenis kelamin yang memiliki waktu lembur terbanyak. Doda mengungkapkan bahwa pada usia 20-29 tahun waktu lembur rata-rata pekerja adalah 16,8 jam. Angka tersebut meningkat menjadi 21,7 jam pada rentang usia 30-39 tahun.

Puncaknya adalah rentang usia 40-49 tahun, dengan waktu lembur mencapai 22,2 jam. Usia tersebut juga merupakan kisaran usia manajer, sehingga waktu lemburnya lebih lama. Lama waktu lembur mulai menurun pada rentang usia 50-59 tahun, yaitu 20,8 jam.

pekerja overtime

Dalam waktu lembur berdasarkan usia tersebut, pekerja pria Jepang memiliki waktu lembur lebih lama dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi dalam seluruh rentang usia. Bahkan, salah satu selisih tertinggi berada pada rentang usia 40-49 tahun.

Pada rentang kisaran usia manajer tersebut, waktu lembur pria berada pada kisaran 24,7 jam. Sedangkan pada perempuan, berada pada angka 16 jam. Hal ini juga sesuai dengan kondisi bahwa jumlah manajer pria di Jepang lebih banyak jika dibandingkan dengan manajer perempuan.

Selisih cukup tinggi juga berada dalam rentang usia 30-39 tahun. Pada pria dengan usia ini, lama waktu lemburnya berada pada kisaran 24,3 jam. Untuk perempuan pada rentang usia yang sama, waktu lemburnya berada pada angka 15,4 jam.

Berdasarkan hasil survei ini, jumlah waktu lembur pekerja Jepang sudah jauh menurun. Hal ini juga sesuai dengan upaya pemerintah Jepang untuk mengurangi waktu lembur para pekerjanya. Saat ini, waktu lembur pekerja Jepang berada pada angka maksimal 45 jam lembur dalam satu bulan, dikutip dari CNBC Indonesia.

Namun, angka tersebut masih dapat bertambah, apabila ada keadaan luar biasa yang terjadi, sehingga para pekerja terpaksa harus lembur. Pada kondisi luar biasa tersebut, pekerja mendapatkan dispensasi waktu lembur menjadi 80 jam per bulan.

Upaya Pemerintah Jepang Kurangi Karoshi

Terkait upaya pemerintah Jepang mengurangi waktu lembur para pekerja, hal ini berdasarkan kondisi yang terjadi. Selama beberapa dekade, pekerja Jepang sudah terbiasa bekerja hingga lembur. Bahkan tidak sedikit pekerja yang akhirnya meninggal karena terlalu kelelahan bekerja atau Karoshi.

Hal ini tidak terlepas dari target tinggi perusahaan, sehingga menyebabkan karyawan akhirnya bekerja lembur demi memenuhi target yang ada. Selain itu, hal ini juga mendapat pengaruh dari etos kerja masyarakat Jepang, yang disiplin, dedikasi, dan penuh target (Widiandari, 2015).

Kondisi target tinggi perusahaan tersebut, akhirnya secara tidak langsung memberikan tuntutan yang tinggi pada pekerja. Hal ini akhirnya menyebabkan sebuah konsekuensi, yaitu terjadinya karoshi.

Karoshi pada pekerja di Jepang

Salah satu kasus karoshi yang pernah menghebohkan, sempat terjadi pada 2013 silam. Saat itu, seorang penyiar berusia 31 tahun meninggal karena kelelahan bekerja. Saat itu, jumlah waktu lemburnya bahkan mencapai 159 jam lembur dalam satu bulan. Sebelumnya, penyiar tersebut juga sempat lembur hingga 147 jam.

Kondisi tersebut menyebabkan jantung penyiar tersebut sangat lemah, hingga tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuhnya. Kondisi ini akhirnya menyebabkan penyiar tersebut meninggal.

Dalam banyak kasus, korban karoshi dari pekerja biasanya merupakan pria paruh baya yang memaksakan diri untuk lembur. Meskipun demikian, banyak juga perempuan yang menjadi korban karoshi.

Untuk jumlahnya, kasus karoshi pada 2016 lalu sedikit menurun menjadi 1.456 kasus. Jumlah tersebut jauh lebih rendah apabila dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 2000 kasus.


Referensi untuk artikel ini:

  • Widiandari, Astri. (2015). Service Overtime dan Karoshi: Konsekuensi dari Etos Kerja Jepang. Izumi. Vol 4(2).

Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.