Gelaran Japanese Film Festival 2022 di Indonesia kali ini menghadirkan setidaknya 14 film dari Jepang dan ditayangkan di tiga kota, yaitu Jakarta, Makassar dan Bandung.
Salah satu film yang diputar pada 3-6 November lalu yaitu Poupelle of Chimney Town, film animasi produksi Studio 4°C yang disutradarai oleh Hirota Yuusuke.
Melalui review Poupelle of Chimney Town ini, apakah film tersebut berhasil mengantarkan pesan moral yang dimaksudkan kepada penontonnya?
Tentang Poupelle of Chimney Town
Poupelle of Chimney Town adalah film besutan Studio 4°C yang juga sekaligus diproduseri dua perusahaan hiburan terbesar Jepang, Yoshimoto Kougyou dan Aeon Entertainment.
Film ini bertema fantasi yang diadaptasi dari buku cerita anak-anak berjudul sama, karangan Nishino Akihiro, ilustrator yang juga adalah seorang komedian dan salah satu dari dua anggota grup komedi King Kong.
Buku cerita bergambar Poupelle of Chimney Town telah terjual sebanyak 460.000 kopi dan tersedia secara daring dan gratis serta tersedia dalam bahasa Inggris.
Salah satu staf yang terlibat dalam proses produksi film ini adalah Fukushima Atsuko sebagai desainer karakter film ini.
Sinopsis singkat resminya adalah sebagai berikut:
Cerita menakjubkan tentang seorang anak kecil bernama Lubicchi dan manusia yang terbuat dari sampah bernama Poupelle. Hidup di tengah-tengah asap pekat dari cerobong di kota terpencilnya, Lubicchi ingin melihat “bintang” untuk mengetahui kebenaran yang selalu dikatakan oleh ayahnya.
Kekuatan Storytelling ala Studio 4°C
Ternama dengan animasi CGI futuristik sejak karyanya lewat proyek The Animatrix, Studio 4°C punya khas sakuga tersendiri.
Studio yang berbasis di Tokyo ini kembali menceritakan dengan animasi memukau, berdasarkan adaptasi buku anak-anak.
Perusahaan animasi yang pernah memproduksi tiga film adaptasi manga BERSERK ini berpengalaman dalam banyak mengadaptasi sejumlah media pop kultur Jepang.
Produksi film ini sempat mengalami kendala lantaran, mengutip Asia Pacific Arts, pengerjaan animasi harus dilakukan secara WFH di kala Jepang diganjar pandemi Covid-19.
Meskipun begitu, pemutaran film ini akhirnya sempat digelar pada Hari Natal 2020 di Jepang, bertepatan dengan musim liburan.
Biarpun terpaksa harus kalah saing dengan kompetitornya yang kini merupakan salah satu film anime terlaris sepanjang masa di Jepang, Poupelle memiliki keunikan tersendiri.
Filmnya Ramah Untuk Semua!
Poupelle of Chimney Town adalah studio produksi kolaborasi perusahaan berlatar belakang berbeda, yaitu Studio 4°C dan korporat legendaris hiburan di Jepang, Yoshimoto Kougyou.
Film ini menghadirkan sejumlah talenta aktor dan aktris yang menyuarakan masing-masing karakternya, yang ditonjolkan dengan sangat baik.
Adalah Ashida Mana, yang menyuarakan tokoh Lubicchi, memerankan tokohnya dengan baik meskipun aktris cilik ini berkecimpung banyak di bidang perfilman Jepang.
Begitu juga lawan mainnya Kubota Masataka yang menyuarakan Poupelle, dimana dirinya lebih punya portfolio di bidang dorama ketimbang dunia seiyu.
Sorotan paling penting selang filmnya berlangsung adalah peran dari karakter Scott, seorang petualang solo yang gemar mencari harta karun di bawah tanah.
Scott diisi suaranya oleh aktor sekaligus tarento kawakan Fujimori Shingo, yang pernah main dalam sejumlah proyek Yoshimoto Kougyou lainnya.
Karakternya bisa dibilang memaparkan seberapa menariknya dalam perjalanan petualangan Lubicchi dan Poupelle sepanjang film, meski hanya muncul di beberapa adegan saja.
Soal jalan cerita yang disuguhkan film ini memiliki alur cerita sederhana namun dibungkus menarik.
Interaksi antar karakternya, terutama persahabatan tak biasa antara Lubicchi dengan Poupelle tentu ditekankan disini.
Apalagi selang filmnya dijelaskan secara perlahan tentang seluk beluk kota bercerobong dan mengungkap tabir di dalamnya.
Tentu mayoritas karakter dalam film ini juga punya perannya masing-masing dalam mewujudkan impian Lubicchi.
Ada rasa suka dan duka, bobot cerita yang disusun oleh penulis naskah, minim plothole, dan tema masih dianggap boleh dicerna anak-anak usia muda hingga penonton dewasa.
Tiap Anak Punya Mimpi
Menurut penulis lewat review ini, film Poupelle of Chimney Town tentu ada makna tersirat yang diwakilkan petualangan Lubicchi bersama Poupelle.
Setiap anak memang punya mimpi yang ingin diwujudkan apabila mereka mampu meraihnya dengan sekuat tenaga.
Pasti jika mimpi itu dapat dukungan penuh dari orang tua, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, niscaya cita-cita anak tersebut berbuat manis.
Adapun bagi insan yang terperangkap di masa lalu karena tidak ingin melanggar hal-hal yang dianggap tabu, hendaknya bisa coba dipikirkan kembali beberapa konsekuensi jangka panjang yang kemungkinan bakal terjadi.
Sebab, besar kemungkinan solusi jangka pendek yang direalisasikan untuk sementara bisa jadi berakibat berlawanan nantinya.
Pada akhirnya, mungkin Poupelle of Chimney Town film yang ringan untuk ditonton segala kalangan, dengan nilai-nilai inspiratif terkandung di dalamnya.