Review Novel Kitchen: Tak Apa Merasakan Duka dan Kesedihan

review kitchen banana yoshimoto

Hari ini (7/6), penulis menyempatkan untuk mengulas atau melakukan review sebuah novel terbitan Penerbit Haru, yakni Kitchen. Seperti apa novel tersebut? Berikut ulasannya!

Senang hingga Duka Pernah Dialami Manusia

Dalam kehidupan seorang manusia biasa, ia tak akan pernah lepas dari berbagai macam perasaan.

Senang, bahagia, sedih, marah, kecewa, suka, dan juga duka, semuanya pasti pernah dialami oleh manusia mana pun.

Dan, karena semua perasaan tersebut sangat kompleks dan manusia juga merupakan makhluk yang kompleks, tiap orang punya cara masing-masing untuk mengekspresikannya dan menghadapinya.

Hal inilah yang menjadi premis dalam novela Kitchen yang ditulis oleh Banana Yoshimoto dan diterbitkan oleh Penerbit Haru.

Sebuah perasaan kompleks bernama duka menjadi topik utama dalam buku ini. Setiap karakter di dalamnya memiliki duka masing-masing dalam hati mereka dan menghadapinya dengan cara yang berbeda-beda pula.

Meski begitu, ini menunjukkan bahwa perasaan duka adalah hal yang valid dan teramat manusiawi untuk dirasakan.

Sinopsis Novel Kitchen

Novel Kitchen karya Banana Yoshimoto memiliki dua cerita di dalamnya, yaitu “Kitchen” dan “Moonlight Shadow”.

Cerita pertama, yaitu “Kitchen”, mengisahkan mengenai kehidupan Mikage Sakurai, seorang wanita muda yang tengah berduka karena baru saja kehilangan neneknya.

Semenjak ditinggal mendiang neneknya, Mikage hidup sendirian. Namun, ia diajak oleh Yuichi Tanabe, juniornya di kampus, bersama dengan ibunya yang seorang transgender untuk tinggal bersama di rumah keluarga mereka.

Salah satu alasan mengapa Mikage memilih untuk tinggal di sana adalah karena keluarga Tanabe memiliki dapur yang bagus.

Rupanya, dapur menjadi tempat yang aman bagi Mikage dan aktivitas memasak yang ia sukai di dapur menjadi pelariannya dari duka yang dialaminya. Cerita ini dibagi dalam dua bagian yang berfokus dengan duka yang dirasakan oleh Mikage dan nantinya, Yuichi.

Di sisi lain, “Moonlight Shadow” berkisah mengenai Satsuki, seorang wanita muda yang mengalami duka mendalam setelah kekasihnya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan.

Ada pula seorang pemuda bernama Hiiragi yang merupakan adik mendiang kekasih Satsuki dan juga kehilangan kekasihnya dalam kecelakaan yang sama.

Mereka menghadapi rasa duka itu dengan cara mereka sendiri—Satsuki dengan jogging di pagi buta, dan Hiiragi mengenakan seragam pelaut yang selalu dipakai kekasihnya dulu semasa hidup.

Perasaan duka sebagai bagian dari kehidupan

Melalui terbitnya novel Kitchen di Indonesia, pembaca dikenalkan dengan sebuah buku bertema perasaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan sering membuat seseorang dianggap lemah oleh orang lain.

Hal yang membuat buku ini mengesankan adalah cerita yang dituturkan apa adanya dan tidak membingkai duka sebagai perasaan yang harus dihindari sama sekali. Sangat manusiawi, itulah kesan saya terhadap buku ini.

Seperti yang telah tertulis dalam sinopsis yang saya tulis dalam artikel review novel Kitchen ini, semua karakter dalam semua cerita di buku ini memiliki perasaan duka.

Penuturan cerita dari sudut pandang orang pertama yang digunakan oleh penulis sangat membantu pesan dari buku ini tersampaikan kepada para pembaca.

Perasaan duka dan hal-hal yang mengikuti pergumulan para karakter Kitchen dalam konflik yang mereka hadapi—mulai dari emosi, pemikiran, dan tindakan mereka terhadap setiap peristiwa—menjadi sangat jelas dan dapat dimengerti oleh para pembaca.

Perasaan duka yang dialami para karakter dalam buku ini juga tidak melulu digambarkan sebagai sesuatu yang membuat mereka terus berlarut-larut dalam kesedihan.

Ada masanya mereka akan teringat lagi akan perasaan tersebut, namun selebihnya, perasaan duka dituliskan sebagai bagian dari hidup mereka sehari-hari.

Sudah menjadi hal yang wajar jika mereka sedih, dan tidak ada salahnya untuk merangkulnya dan mencoba untuk menerimanya sebagai bagian dari hidup mereka.

Penuturan dan teknik penulisan yang ditampilkan apa adanya dalam buku ini, berikut dengan pesan yang tersirat di dalamnya, sangat memvalidasi perasaan pembaca yang menikmati buku ini.

Selain ceritanya yang menghibur, pembaca juga dapat merasa bahwa kesedihan dan kedukaan adalah hal yang normal dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada salahnya untuk mengeluarkan dan mengungkapkan perasaan itu. Lagipula, duka itu pula yang dapat mengajarkan kepada kita apa arti hidup yang sesungguhnya dan bagaimana kita menjalani hari-hari berikutnya dengan langkah yang ringan begitu semuanya selesai.

Penceritaan novel Kitchen yang bervariasi

Satu lagi hal yang menjadi daya tarik dari kedua cerita dalam novel Kitchen ini adalah penceritaannya.

Meski mengangkat tema duka dan sama-sama menggunakan sudut pandang orang pertama, cerita dalam “Kitchen” dan “Moonlight Shadow” memiliki teknik penceritaan yang sangat berbeda. Hal ini seakan menjadi highlight perbedaan dua tokoh utama dalam masing-masing cerita.

“Kitchen” lebih mengutamakan perasaan dan segala intuisi Mikage, yang mengalami duka mendalam sebanyak dua kali.

Semua yang ia lihat, dengar, dan rasakan mengenai orang yang juga dirundung duka masuk ke dalam hatinya dan menerka-nerka tentang apa yang akan mereka lakukan.

Padahal, belum tentu semua itu sejalan dengan apa yang ia pikirkan terhadap orang itu dan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Sementara itu, dalam “Moonlight Shadow”, Satsuki tidak menerka-nerka semua yang ia lihat, dengar, dan rasakan begitu saja.

Seakan wanita ini tahu apa yang dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya, seperti saat ia melihat Hiiragi yang tiba-tiba berhenti di depan etalase toko peralatan olahraga karena teringat dengan mendiang kekasihnya.

Satsuki tahu jelas perasaan apa yang ada di dalam pemuda itu dan membayangkan kesedihan yang dialaminya.

Dua tokoh ini, Mikage dan Satsuki, memang sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Namun, watak mereka sangat dekat dengan hidup sehari-hari, dan pasti ada juga yang memiliki perangai sama dengan mereka.

Inilah yang menjadikan Novel Kitchen ini sangat unik, karena menawarkan perspektif lain tentang duka dan perasaan para manusia yang mengalaminya.

Novel Kitchen, berdasarkan review saya, merupakan bacaan yang tepat jika Anda ingin membaca sebuah buku dengan cerita yang berbeda dari novel kebanyakan, namun juga sangat relatable dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan gaya bahasa yang ringan, buku ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapa pun yang membacanya. Buat kalian yang belum pernah membaca novela, Kitchen menjadi rekomendasi kami untuk bacaan novela pertama kalian.

Novel Kitchen karya Banana Yoshimoto telah terbit pada April 2021 kemarin. Buku ini dapat kalian beli di toko online Penerbit Haru maupun di toko-toko buku kesayangan kalian.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.