Review Film Time of Eve: Ketika Kaum Robot Dilarang Bermimpi

Time of Eve
The Time of EVE ©Yasuhiro YOSHIURA / DIRECTIONS, Inc.

REVIEW FILM TIME OF EVE — Sebagai negara dengan perkembangan teknologi yang tinggi, robot dan android sering menjadi inspirasi dari karya kreatif. Seiring berjalannya waktu, pemahaman kita tentang robot juga semakin berkembang.

Akhirnya, mulai terbesit beberapa pertanyaan, apakah robot juga memiliki perasaan? Atau perlukah robot memiliki hak asasi? Pandangan kita tidak hanya terpaku pada kegunaan mereka, tapi juga bagaimana umat manusia bereaksi pada sosok yang sangat mirip dengan mereka.

Dalam gelaran Japanese Film Festival Online 2022. Tema ini masuk dalam salah satu film karangan Yasuhiro Yoshiura, yang akan kami review, dengan judul Time of Eve (Eve no Jikan).

Sinopsis Film Time of Eve

Jepang di masa depan, pemandangan Android adalah hal yang biasa, terutama ketika mereka telah dapat menjabat berbagai pekerjaan. Dari luar, para android terlihat persis seperti manusia, dengan sebuah cincin hologram di kepala mereka untuk menandakan eksistensi mereka sebagai sebuah mesin.

Time of Eve
The Time of EVE
©Yasuhiro YOSHIURA / DIRECTIONS, Inc.

Akan tetapi, banyak orang menganggap memperlakukan android seperti manusia adalah sebuah keanehan. Pada akhirnya, walau memiliki wajah manusia, para robot tersebut menerima perlakuan yang dingin dan acuh.

Rikuo Sakisaka (Jun Fukuyama) adalah seorang siswa SMA yang menemukan keanehan pada android pembantunya yang bernama Sammy. Dalam log aktifitasnya, Sammy ternyata sering datang ke sebuah tempat misterius di kota.

Karena penasaran, ia mengajak Masakazu Masaki, teman sekelasnya untuk menyelidiki. Ternyata, tempat tersebut adalah sebuah kafe tersembunyi tempat para android bebas mematikan cincin identitasnya, dan berlaku layaknya manusia normal.

Dengan berhubungan bersama orang-orang dalam kafe tersebut, Rikuo belajar bahwa android sendiri, belajar dan berkembang seperti halnya manusia. Mereka memiliki kenangan, dan juga menjaga kenangan tersebut, seperti sebuah harta.

Hati yang Lebih Dari Sekedar Algoritma

Cerita Time of Eve berjalan lambat dalam menampik isu sosial yang mereka angkat. Ketergantungan manusia terhadap teknologi, hak asasi android, serta apakah android dan manusia dapat menampik hubungan cinta.

Setelah bertemu dengan pelanggan kafe tersebut, baik Rikou dan Masakazu sedikit demi sedikit mulai membuka hati mereka terhadap potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh para android.

Time of Eve
The Time of EVE
©Yasuhiro YOSHIURA / DIRECTIONS, Inc.

Akan tetapi, Eve beroperasi pada area abu-abu yang melanggar peraturan para android. Oleh karena itu, selalu ada ancaman tempat tersebut tutup hanya dengan perintah dari pihak berwajib.

Sebagai karya pertama sebelum Patema Inverted, Yasuhiro Yoshiura telah memenangkan berbagai penghargaan, baik dari dalam dan luar Jepang dengan Time of Eve ini.

Tema sosial serta pembawaan yang pelan, seakan membiarkan para penonton untuk ikut memahami permasalahan yang sedang para tokoh bahas, serta bagaimana para android memberikan respon berdasarkan pemahaman mereka.

Time of Eve
The Time of EVE
©Yasuhiro YOSHIURA / DIRECTIONS, Inc.

Itulah review dari film Time of EVE. Bagi kamu yang menyukai fiksi-ilmiah, terutama drama kehidupan dengan robot sebagai fokus utama, mungkin bisa segera cek lewat link berikut!

Dari sutradara yang sama, ada juga film fiksi ilmiah Patema Inverted yang bisa kamu baca review-nya terlebih dahulu!


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.