Review Film Ito: Sarat Akan Nilai Kebudayaan Yang Terancam Hilang

Review Ito
©2021“Ito” Film Partners

Dalam artikel review ini, saya akan membahas film “Ito“. Bagi NawaReaders yang belum menonton film ini bisa langsung cek ke situs JFF 2022 dahulu. Jika tidak masalah untuk mengetahui sebagian isi film Ito, selamat menikmati.

SPOILER ALERT!

Film Ito: Di Saat Gadis Desa Menjadi Maid

Film Ito (いとみち, Itomichi) merupakan film garapan Satoko Yokohama, yang rilis pada tahun 2021 yang lalu. Bercerita tentang Ito Souma, yang Ren Komai perankan, seorang gadis SMA dari wilayah pedesaan. Ia sendiri adalah sosok yang sangat tertutup, pemalu dan sangat sulit untuk berbicara. Hal ini karena ito menggunakan dialek Tsugaru, yang asli dari prefektur barat Aomori.

Namun, Ito memiliki kelebihan yaitu mahir dalam memainkan Shamisen, sejenis alat musik petik klasik asal jepang. Bahkan keahliannya ini pernah membawanya ke dalam kejuaraan. Keahlian bermain shamisen ini sendiri tidak semata-mata ada begitu saja, melainkan turunan dari sang nenek, almarhum ibunya dan sekarang ke Ito.

Demi merubah nasibnya, Ito mengambil berusaha untuk bekerja paruh waktu di suatu kafe pelayan / maid cafe di Aomori. Sayangnya ia akan menghadapi suatu masalah besar dalam hidupnya, akankah Ito mengatasi masalah itu?

Terdapat Detail Menarik yang Mungkin Terlewat

Dari film Ito, penonton akan banyak belajar hal baru. Di sini penonton akan berkenalan dengan daerah Aomori, dan sekitarnya. Bagi kami sendiri memang hal ini cukup aneh, karena dalam ceritanya sendiri akan mengetahui tentang sejarah Aomori di masa perang. Ini akan mempengaruhi review film Ito kami mengenai cerita.

Mengapa bagi kami aneh? karena penjelasan mengenai sejarah itu tidak benar-benar ada keterkaitan dengan kisah si Ito. Alhasil kami merasa jika ini adalah salah satu cara untuk mengenalkan kepada wisatawan tentang daerah Aomori. Begitu pula dengan daerah yang digunakan untuk syuting ada di Aomori, apalagi dengan cinematografi yang baik membuat lebih indah. Pantai, pedesaan, gunung, dan kota begitu cantik di skenario di film Ito ini.

Kemudian lanjut ke dialek yang Ito Souma gunakan, yaitu Tsugaru. Dialek ini sangatlah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti di anime atau film. Kalau harus pakai perumpamaan, maka seperti bahasa Jawa dan Sunda, semua bisa menggunakan bahasa Indonesia, tapi jika berbicara bahasa daerah akan saling bingung.

Berlanjut ke stigma yang ada di maid cafe. Mungkin beberapa dari NawaReaders ada yang merasa kalau ke kafe pelayan itu sangatlah manis. Namun, ternyata ada juga yang melihat kafe pelayan tersebut dengan, alternatif karena tidak bisa ke distrik “lampu merah”. Selain itu juga tentang tidak jarang terjadi pelecehan yang para pelayan tersebut alami karena ada pelanggan yang tidak bertanggung jawab. Namun, di sisi lain penonton juga akan tahu kalau memang ada pelanggan kafe yang baik dan memang menyukai berada di sana.

Nilai Budaya yang Kian Termakan Jaman

Adapun adegan di mana banyak anak yang bermain di luar rumah dengan permainan tradisional. Hal ini sudah jarang bukan ada di daerah perkotaan, anak-anak berlarian dan bermain permainan tradisional. Sangat kontras bukan? mengingat banyak anak-anak yang di usia yang relatif muda tapi sudah sangat adiktif terhadap gim dan ponselnya.

Yang terakhir adalah alat musik shamisen itu sendiri. Memang selalu menjadi sebuah kesedihan jika sebuah budaya yang sejak dulu ada akan punah termakan jaman. Hal ini yang kami rasa film ini juga ingin lestarikan, alat musik shamisen yang biasanya kaula muda hindari karena merasa terlalu kuno. Ito sendiri mampu untuk mengakulturasikan antara alat musik ini dengan pekerjaannya.

Akhir kata, kami merasa Ito ini sangatlah baik dalam menyampaikan pesan moral, tentang bagaimana sebuah budaya perlu dilestarikan.

Selain itu, sosok nenek adalah favorit kami, dia sangatlah berperan penting dalam perkembangan karakter Ito Souma. Mantep deh pokoknya, terima kasih Japanese Film Festival telah memberikan kami kesempatan review film Ito yang bagus ini.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.