Bahaya! Kesepian Berbuah Resiko bagi Kesehatan Mental Akibat Pandemi!

covid-19 kesepian cover
Welcome to The NHK. Gambar: mi8pq

Pandemi COVID-19 menyebabkan pelbagai dampak. Bukan hanya menyebabkan banyak orang yang menjadi korban akibat virus ini, namun ada juga dampak lain yang muncul. Mengenai dampak lain akibat COVID-19 yang muncul, terkait dengan isu kesehatan mental, termasuk antaranya kesepian yang berlarut.

Lantas, adakah kaitannya antara imbas pandemi dengan kesepian yang masyarakat global alami selama ini?

Kesepian pada Masyarakat Jepang

Menurut informasi dari survei pemerintah Jepang seperti melansir Kyodo News, setidaknya ada lebih dari 35% masyarakat Jepang yang akhirnya merasa kesepian dan terisolasi akibat COVID-19.

Dalam survei tersebut, terungkap juga bahwa masyarakat berusia 20 hingga 30 tahun lebih merasakan dampak kesepian. Menurut survei pada 20.000 orang yang berusia lebih dari 16 tahun tersebut, menunjukkan hasil yang cukup mencenangkan.

Setidaknya, ada 4,5% responden yang mengungkapkan bahwa mereka selalu merasa kesepian akibat pandemi COVID-19. Selanjutnya, 14,5% mengungkapkan mereka kadang-kadang merasa kesepian dan 17,4% sesekali merasa kesepian.

Terkait perasaan kesepian tersebut, pemicunya beraneka ragam. Ada responden yang memberikan jawaban rasa kesepian karena mereka hidup sendiri. Namun, ada juga yang mengungkapkan kesepian akibat kematian anggota keluarga.

Dari responden yang merasa kesepian tersebut, rasio usia tertinggi berada pada responden dengan kelompok usia 30-an dengan 7,9%. Berikutnya, pada kelompok usia 20-an sebesar 7,7%, dan berusa 70-an sebesar 1,8%.

Mengenai penyebab kesepiannya, ada beberapa penyebab. Setidaknya 15,2% responden mengungkapkan bahwa mereka merasa kesepian karena hanya bertemu anggota keluarga setidaknya satu kali sebulan. Selanjutnya, 11,2% responden mengungkapkan bahwa mereka tidak bertemu siapa pun.

shinji okkotsu
Parodi Yuta Okkotsu dari Jujutsu Kaisen 0 | Gambar: Inna_Watermelon_ (https://twitter.com/sandiinna/status/1420941367455490054)

Perasaan kesepian yang muncul pada masyarakat Jepang tersebut, tentunya rawan menyebabkan dampak yang lebih buruk.

Hal ini karena perasaan kesepian sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan mental. Apalagi, jika hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Ada beberapa permasalahan lain yang bisa hadir akibat perasaan kesepian dalam jangka waktu lama. Beberapa permasalahan tersebut seperti depresi, gangguan kecemasan, harga diri rendah, masalah tidur, serta meningkatnya stres.

Tentunya permasalahan tidak berhenti sampai di situ, karena pelbagai dampak tersebut, memiliki dampak lain yang jauh lebih berbahaya.

Berbeda dengan Hikikomori

covid-19 hikikomori
Kaguya Houraisan dari Touhou. Gambar: Hadi. (https://www.pixiv.net/en/artworks/28896080)

Mengenai kasus kesepian yang terjadi pada Sebagian besar orang berusia muda di Jepang, mungkin membuat kita sedikit bertanya. Bukankah kasus hikikomori sering terjadi di Jepang, lantas kenapa justru banyak orang merasa kesepian?

Sebagai informasi, hikikomori merupakan kondisi saat seseorang memilih mengasingkan diri dari lingkungan sosialnya. Kasus ini sering terjadi pada wilayah Jepang, bahkan, jumlah kasus yang terjadi juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Dengan kondisi tersebut, kenapa justru banyak orang Jepang yang merasa kesepian akibat pandemi COVID-19? Menurut penulis, meskipun terlihat serupa, sebenarnya dua kondisi yang menyebabkannya sangat berbeda.

Apabila pada hikikomori, seseorang sengaja mengasingkan diri, sedangkan COVID-19 memaksa seseorang terasing dari lingkungannya. Kondisi terasing tersebut akhirnya menyebabkan seseorang merasa frustasi.

Peningkatan Kecemasan dan Depresi Secara Global

Kondisi kesepian yang terjadi pada masyarakat juga dibenarkan oleh WHO. Mereka mengungkapkan bahwa kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan angka kecemasan dan depresi pada masyarakat.

Bahkan, menurut data dari WHO, pada tahun pertama pandemi COVID-19, prevalensi kecemasan dan depresi meningkat hingga 25%. Angka tersebut berlaku secara global.

Peningkatan tersebut salah satunya akibat isolasi sosial saat pandemi sehingga menyebabkan banyak orang merasa kesepian. Kondisi tersebut menjadi pemicu stress yang mengarah pada depresi dan kecemasan dan menimbulkan pemikiran untuk bunuh diri.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi yang terjadi di jepang, WHO juga mengungkapkan bahwa orang-orang berusia muda sangat rawan mengalami gangguan kesehatan mental ini.

Kasus Kesepian pada Negara Lain

covid-19 global
Gambar: TheJournal.ie

Selain Jepang, ternyata ada beberapa lain yang juga mengalami peningkatan angka kesepian akibat pandemi COVID-19. Menurut data dari Mental Health Foundation Britania Raya, kondisi pandemi juga berpengaruh pada kesehatan mental masyarakat Inggris.

Setidaknya satu dari empat, atau sekitar 24% orang dewasa Inggris merasa kesepian akibat kondisi pandemi COVID-19.

Lantas, bagaimana dengan dampak COVID-19 di Indonesia? Apakah memberikan dampak yang serupa dengan negara lain?

Untuk yang terjadi di Indonesia, ada beberapa penelitan yang menunjukkan bagaimana pandemi COVID-19 mempengaruhi tingkat kesepian. Salah satunya, penelitian dari Rinaldi (2021), mengenai kesepian pada mahasiswa akibat COVID-19.

Hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa kesepian memang terjadi pada mahasiswa Indonesia. Untuk rinciannya, 66,95% responden mengungkapkan bahwa mereka mengalami rasa kesepian yang ringan.

Selanjutnya, 19,91% merasakan kesepian dengan tingkatan sedang. Lalu, 13,13% mengaku tidak merasakan kesepian saat pandemi.

Meskipun terjadi peningkatan persentase masyarakat yang merasa kesepian, kondisi saat ini sudah jauh lebih membaik. Angka penderita COVID-19 dengan aneka macam varian yang ada sudah mulai menurun.

Kondisi ini menyebabkan pembatasan sosial atau apa pun istilahnya, sudah tidak terlalu ketat, terlebih bagi masyarakat yang sudah menerima vaksin.

Dengan kondisi makin membaik tersebut, tentunya diharapkan angka kesepian juga semakin menurun dan tingkat Kesehatan mental masyarakat juga berangsur membaik.

Nah, setelah membaca pembahasan di atas, bagaimana pendapat NawaReaders soal kesepian melanda masyarakat tersebut? Adakah dari kalian yang mengalaminya?

Jangan lupa untuk bagikan pengalamanmu di media sosial kami, ya!


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.