Memahami Konsep Suara Paling Primitif Dalam Pameran Asemic Sound Cycles, Jakarta

asemic sound cycles
Ruang galeri untuk pameran karya seni Asemic Sound Cycles. Dokumentasi penulis

Sebuah karya seni dari artis tidak melulu mengikuti kaidah mainstream yang terbilang monoton ataupun mengikuti tren kekinian. Hal ini selalu menjadi momok bagi industri pop kultur yang menganggap seni merupakan profit apabila diproduksi secara masif dan kontinyu. Hanya saja, bagi segelintir artis berhaluan avant-garde, aturan ini tidak berlaku dan mereka bebas untuk berkarya tanpa batas sesuai imajinasinya.

Setidaknya barangkali inilah hal yang penulis pikirkan apabila mengunjungi pameran karya seni dari seniman asal Kanada, Félix-Antoine Morin, bertajuk Asemic Sound Cycles, pada Selasa (19/4) lalu di Salihara Art Center, Jakarta.

Asemic? Apakah Itu?

Mengartikan konsep Asemic sendiri merupakan kata yang sangat asing bagi awam, termasuk penulis yang belum mengenal konsep karya ini. Gaya asemic merujuk kepada cara penyampaian informasi semantik tanpa menghiraukan norma-norma yang seharusnya.

Sebuah karya yang terpengaruhi konsep ini biasanya diperlakukan dengan tidak mengikuti kaidah bentuk lazimnya, yang membuka bagi para pengunjungnya untuk dapat interpretasikan serta apresiasi seni asemic tersebut.

Sound cycles atau siklus suara sendiri mengacu kepada sebuah siklus dari produksi suara yang terprogram dengan desain terperinci sesuai kreasi sang artis.

Jadi, apabila disatukan Asemic Sound Cycles adalah sebuah bentuk karya seni yang merepresentasikan sebuah siklus suara kompleks, namun kesemua nada yang diproduksi adalah nada netral, atau tanpa “musik” sama sekali alias abstrak.

Tiga Set Dalam Satu Pertunjukan Karya

Dalam eksibisi ini, Asemic Sound Cycles terdiri dari tiga set pameran karya senimannya sendiri. Kesemua set ini tergelar di dalam ruang utama galeri dengan setting ruangan lingkaran berakustik.

Pertama, sebuah perangkat membentuk lingkaran sempurna yang dibuat oleh mikrofon. Suara yang diproduksi berasal dari ampelas bewarna merah dan selotip putih, yang diletakkan secara spesifik dan secara kompleks membuat sebuah pola suara tanpa mengikuti irama.

Dokumentasi penulis

Mikrofon tersebut bergerak secara terperinci dan otomatis membentuk lingkaran sempurna, dan membentuk sebuah siklus selama satu menit.

Kedua, sejumlah pola suara yang terprogram oleh Monsieur Morin sendiri lewat rekayasa imajinasinya. Mayoritas dari pola yang dibuat di atas kanvas kaca putih tersebut merepresentasikan sebuah “kisah”.

Sebagai contoh, salah satu kanvas merepresentasikan sekawanan burung melakukan migrasi selama peralihan musim di Kanada.

Ketiga, sebuah kanvas hitam berukuran kira-kira 4×1 meter yang dibuat sendiri oleh Morin, dengan pola suara serupa. Berbeda dengan dua karyanya, notasi yang tertulis tidak merupakan bunyi dari musik melainkan sebuah efek suara.

Dokumentasi penulis

Kepada Nawala Karsa, Félix-Antoine Morin mengatakan bahwa komposisi dari karya di atas kanvasnya ini terbilang kompleks, yang Ia bagi menjadi empat bagian. Satu bagian merepresentasikan pola suara yang berjalan selama sepuluh menit, dengan total dari karya Asemic-nya selama 40 menit.

Pengerjaan karya tersebut memakan waktu tiga bulan secara keseluruhan ketika sang seniman menggelar eksibisi karya lainnya di Istanbul, Turki. Sebagian besar karya yang Ia ciptakan merupakan desainnya sendiri, dengan alat bantu perangkat lunak untuk pembuatan pola suara berikut gelombangnya, dipadukan dengan arsiran tangannya.

Kesan Penulis Tentang Asemic Sound Cycles

Dokumentasi penulis

Bagi penulis, pameran seni Asemic Sound Cycles di Salihara Arts Center merupakan pengalaman baru dalam menikmati karya seni non-mainstream yang bisa diapresiasi. Setidaknya, untuk memaksimalkannya, pengunjung tak perlu berpikir kolot mengamati serta mendengar dengan seksama peragaan seni otomatis per revolusinya.

Seperti dari namanya saja, karya jenis asemic ini tidak memerlukan pengetahuan mendalam soal kerumitan komposisi musik. Bahkan, bagi yang suka dengan seni suara bernuansa ambiance akan sangat tertarik dengan pameran ini nantinya.

Asemic Sound Cycles dari seniman Félix-Antoine Morin masih berlangsung di Salihara Arts Center, Jakarta Selatan, pada 10-24 April ini. Bagi NawaReaders yang ingin mengunjunginya kamu perlu memesan slot kunjungan lewat pranala ini.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.