Review One Cut of the Dead Mission: Remote, Buat Film di Tengah Pandemi? Kenapa Tidak!

One Cut of the Dead Mission: Remote

Sekuel dari film One Cut of the Dead dengan judul One Cut of the Dead Mission: Remote. Telah dirilis secara gratis lewat platform Youtube. Seperti apa film-nya? Berikut ini adalah review saya setelah menonton film ini!

One Cut of the Dead Mission: Remote, Membuat Film di Saat Pandemi Virus Corona!

Film yang digarap kembali oleh Shinichiro Ueda ini berkisah tentang Takayuki Higurashi (Takayuki Hamatsu), sang sutradara film tiba-tiba mendapatkan sebuah panggilan video dari produser Sasahara (Donguri) dan produser Furusawa (Shinichiro Osawa).

Kedua produser tersebut meminta Higurashi untuk membuat film yang akan dikompetisikan pada festival film yang deadline pengumpulannya satu bulan dari waktu mereka menelepon.

Padahal saat itu, Jepang dan seluruh dunia sedang dirundung pandemi virus corona. Di mana kebijakan dihampir setiap negara, mewajibkan warganya untuk tetap di rumah untuk menghentikan penyebaran laju virus yang sangat cepat. Higurashi yang memahami hal tersebut pun awalnya menolak ajakan kedua produser itu.

Namun, sang produser memberikan sebuah solusi yang menantang bagi Higurashi sebagai seorang sutradara film. Yaitu dengan membuat film yang seluruh proses produksinya dilakukan secara remote atau secara online tanpa bertemu secara langsung.

Sekuel dari film One Cut of the Dead dengan judul One Cut of the Dead Mission: Remote, pun dimulai dengan Higurashi menerima permintaan tersebut.

One Cut of the Dead Mission: Remote

Konsep Unik Film One Cut of the Dead Mission: Remote!

Setelah sukses dengan film pertamanya yang mendapatkan apresiasi dari sineas internasional, One Cut of the Dead kembali hadir dengan sekuel terbaru dengan judul One Cut of the Dead Mission: Remote.

Sekuel film yang kembali disutradarai oleh Shinichiro Ueda ini, masih mengambil pesan yang sama dengan film sebelumnya. Namun dengan eksekusi yang lebih manusiawi dan realis ketimbang film pertamanya.

Dalam film yang berdurasi 26 menit ini masih menceritakan tentang kisah dibalik layar proses pembuatan film. Namun uniknya, film ini disajikan dengan situasi yang relevan di masa kini. Yaitu seluruh proses pembuatan filmnya dilakukan secara online tanpa bertemu langsung karena kebijakan untuk tetap di rumah yang tengah melanda Jepang.

Walau semua proses dari pra-produksi hingga pasca-produksi dilakukan secara online. Higurashi, sebagai seorang sutradara justru juga mendapatkan kendala yang serupa, atau malah lebih merepotkan.

Jajaran cast yang sulit diatur dan bertingkah selayaknya sutradara, serta produser yang banyak maunya. Semua itu juga terjadi walau proses pembuatan filmnya dilakukan secara online. Higurashi melewati rintangan yang sama tetapi juga lebih sulit ketimbang memproduksi film seperti sedia kala.

Namun akhirnya, film yang dibuat Higurashi pun berhasil jadi dan diikutsertakan dalam festival. Walau Higurashi dan seluruh jajaran krunya harus kecewa karena film tersebut kalah saing oleh film yang dibuat oleh rival mereka.

Konsep Kreatif Ueda yang Sederhana

Sederhana, mungkin frasa itu yang cocok saya sematkan dalam film buatan Ueda kali ini. Namun, kata sederhana bukan saja harus diartikan sebagai bentuk kata yang memiliki arti biasa-biasa saja. Sederhana yang ditawarkan Ueda saat ini adalah bagaimana proses kreatif itu dapat terbentuk walau dalam keadaan sulit sekalipun.

Ueda berhasil menciptakan sebuah formulasi dari kreativitas yang sederhana, sehingga menciptakan hasil yang sederhana pula, namun penuh akan makna. Itulah nilai plus yang terdapat dalam sekuel dari One Cut of the Dead ini.

Film sekuel dari One Cut of the Dead ini pun ditutup dengan adegan seluruh jajaran kru dan cast berkumpul dalam video meeting dan mengadakan makan malam bersama. Serta ditutup dengan harapan mereka agar pandemi segera berakhir dan mereka bisa segera bertemu di tempat syuting agar bisa memproduksi film bersama lagi.

NawaReaders dapat menyaksikan film yang dibintangi oleh Takayuki Hamatsu, MaYuzuki Akiyama, Kazuaki Nagaya, Harumi Shuhama, Mao, Hiroshi Ichihara, Manabu Hosoi, dan Shuntaro Yamazaki tersebut secara gratis melalui akun Youtube PANPOCOPINA. Atau kalian bisa menontonnya langsung melalui link video di bawah ini:


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.