[REVIEW FILM] Pokemon: Detective Pikachu, Lucu dan Menggemaskan!

Ilustrasi Detective Pikachu

Ketika trailer Pokemon: Detective Pikachu rilis akhir 2018 lalu, tak sedikit yang meragukan apakah film ini bakal mampu memecahkan kutukan film hasil adaptasi video game. Pasalnya, hampir tidak ada film adaptasi video game yang mampu menarik hati penonton dan juga kritik karena berbagai alasan, entah dari cerita yang terlalu dipadatkan, atau penggambaran karakter yang dianggap terlalu jauh dari video gamenya.

Sejujurnya saya sendiri tak begitu yakin apakah adaptasi live-action pertama dari Pokemon ini mampu menjadi sebuah film yang baik. Memang, pemilihan Ryan Reynolds sebagai pengisi suara Pikachu terdengar sangat aneh. Tak hanya pemilihan Reynolds yang nyeleneh, promonya pun tak kalah aneh. Mulai dari tutorial cara Reynolds menjadi Pikachu dengan video ala tutorial make-up hingga filmnya yang “bocor” beberapa hari sebelum rilis resmi pada 10 Mei di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, film ini telah tayang sejak 8 Mei lalu.

Namun, film ini mengadaptasi game “Detective Pikachu” yang juga merupakan sebuah game Pokemon yang berbeda jauh dari kebanyakan game Pokemon sebelumnya. Jadi, bagaimana hasilnya?

Berawal Dari Telepon

Detective Pikachu dan Tim

Tim Goodman (Justice Smith) adalah mantan pelatih Pokemon yang kini bekerja di asuransi suatu hari mendapat telepon dari kepolisian Ryme City, sebuah kota di mana Pokemon dan manusia hidup berdampingan, untuk mengambil barang-barang milk ayahnya, Detektif Harry Goodman. Ia dinyatakan meninggal setelah mengalami kecelakaan ketika tengah bertugas di Pokemon Comprehensive Laboratory.

Ketika sampai di apartemen ayahnya, ia dikejutkan oleh kedatangan seekor Pokemon yang menyusup masuk. Ia adalah Pikachu (Ryan Reynolds,) Pokemon milik Harry. Semakin terkejut lagi ketika ia menyadari bahwa hanya ialah yang mampu memahami apa yang dikatakan oleh Pikachu ketika orang lain hanya mendengar “Pika pika.”

Pikachu meyakini bahwa Harry masih hidup dan meminta agar Tim ikut membantunya untuk mencari Harry. Bersama dengan seorang reporter, Lucy Stevens (Kathryn Newton) dan Psyduck, Pokemon miliknya, mereka mencari tahu keberadaan Harry dan bahkan menemukan sebuah misteri yang lebih besar.

Tak Layak Ditonton Serius

Setting Detective Pikachu, Ryme City

Sutradara Rob Letterman mencoba membuat film ini terasa sebagai seperti film neo-noir ala Who Framed Roger Rabbit atau Blade Runner. Ini terlihat dari visual film ini yang mengesankan bahwa Ryme City merupakan sebuah kota dystopia di mana manusia mampu berinteraksi dengan mahkluk-mahluk asing (di sini Pokemon.)

Bagi saya, untuk ukuran film dengan rating Segala Usia dari LSF (Lembaga Sensor Film) dan mengusung nama besar Pokemon, visual film ini terlalu kontras dengan source materialnya. Terlalu gelap dan terlalu keras berusaha untuk menjadi sebuah film serius.

Visual film ini akan semakin kontras bedanya kalau melihat humor yang dibawakannya. Berbagai one-liner dari Pikachu dan humor slapstick seperti yang ditunjukkan Mr. Mime membuat film ini seolah kebingungan apakah ia harus menjadi sebuah film petualangan yang serius, atau jadi film action-comedy.

Karakter-karakter di film ini juga sangat stereotipikal dan hampir tak memiliki daya magis untuk menjadi seorang karakter film yang diingat sepanjang masa. Tim yang underachiever dan kikuk ketika bertemu wanita, Lucy, reporter yang ceplas-ceplos dan tak kenal kata menyerah. Atau bahkan Howard Clifford yang menjadi paket lengkap karakter penjahat ala film-film pada umumnya. Plot film ini juga sangat seadanya, tipikal film-film yang memang dibuat untuk segala usia.

Kalau anda adalah seorang kritikus film atau hanya seorang snob, tentu film ini akan punya sangat banyak celah untuk dicari dan dengan mudah film ini bisa dikatakan tak berbeda dengan para pendahulunya.

104 Menit Penuh Fan Service

Detective Pikachu dan Psyduck

Tapi, buat saya, film ini tak pernah menawarkan diri sebagai sebuah film yang akan memenangkan Oscar atau mencuri hati dengan cerita yang bagus atau visual yang luar biasa.

Salah satu yang ditawarkannya adalah karakter Detective Pikachu yang sangat baik dibawakan oleh Ryan Reynolds. Menahbiskan diri sebagai salah satu aktor komedi yang kompeten lewat Deadpool, ia mampu memberikan kesegaran kepada Pikachu.

Siapa yang menyangka Pikachu yang berbulu, cerewet, dan suka minum kopi mungkin adalah versi Pikachu terbaik yang ada saat ini? Visual Pikachu dan suara (juga facial capture) Reynolds akan menyenangkan siapa pun yang mengidolakan Pikachu dengan keimutan dan juga berbagai dialog lucunya.

Saya sendiri yakin bahwa film ini benar-benar dibawa oleh penampilan Reynolds yang luar biasa. Tanpanya, film ini akan terasa sangat-sangat membosankan.

Tak seperti adaptasi karakter Sonic yang dianggap buruk bahkan membuat para fans memintanya untuk diubah, penggambaran karakter Pikachu dan berbagai Pokemon di film ini bisa dibilang sangat baik dan seolah menjadi penyegaran dari karakter-karakter Pokemon yang kita lihat di video game selama ini, baik dari era 2D hingga di era 3D saat ini.

Satu hal lain yang menarik adalah pertarungan antar Pokemon yang selalu mampu mencuri perhatian. Memang ini bukan fitur utama di film ini, mengingat “Detective Pokemon” sendiri adalah game Pokemon yang bergenre adventure dan bukan game RPG seperti game Pokemon pada umumnya. Namun melihat Pikachu bertarung dengan Pokemon lain di film ini seolah memberi kilatan nostalgia bagi siapa pun yang menyukai Pokemon, baik itu game atau animenya.

Intinya, film ini lebih akan terasa sebagai sebuah fan-service kepada seluruh penggemar Pokemon, baik yang hanya tahu Pikachu atau mereka yang terobsesi dengan dunia Pokemon.

Kesimpulan: Film Adaptasi Video Game Terbaik Saat Ini!

Pokemon: Detective Pikachu hadir di saat yang tepat. Ia hadir di era di mana nostalgia dengan kenangan masa kecil saja sudah cukup untuk menjual sebuah film. Dan bagusnya, ia tak dibuat asal-asalan dan mampu menyajikan romansa nostalgia yang baik, bahkan memberi penyegaran kepadanya. Siapa pun yang menyenangi Pokemon pasti tak kecewa ketika keluar dari bioskop usai menontonnya.

Game Detective Pikachu mungkin bukanlah game Pokemon terbaik sepanjang masa. Banyak yang mengkritiknya karena gameplaynya berbeda jauh dengan game Pokemon pada umumnya. Genre adventure mungkin bukan genre terbaik bagi game Pokemon, begitu kata kritik. Tapi gameplay dan karakter Pikachu di game ini merupakan oase baru bagi waralaba ini.

Begitu pun film ini. Film ini jelas bukan film terbaik. Namun ia memberi nuansa baru bagi seri Pokemon dan tetap menarik bagi fans. Untuk sebuah adaptasi dari video game yang standarnya sangat rendah, mungkin ini lah yang terbaik, setidaknya untuk saat ini.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.