[REVIEW FILM] Aladdin (2019), Modernisasi Sebuah Klasik

Siapa yang tak kenal kisah Aladdin? Kisah seorang pemuda miskin yang beruntung mendapatkan lampu ajaib berisi jin yang mampu mengabulkan berbagai keinginan (selama jumlahnya 3) ini sempat diangkat oleh Disney ke dalam bentuk animasi yang sukses besar ketika rilis di 1992 lalu.

27 tahun kemudian, kisah itu kembali diangkat oleh Disney. Berdasarkan film animasi yang sama, film ini langsung dikritik ketika trailer perdananya muncul awal Februari ini. Pasalnya, penampilan Will Smith yang dengan bantuan CGI dan baluran biru di sekujur tubuh berperan menjadi Genie, sang jin pengabul segala permintaan.

Bahkan kemunculannya sempat dijadikan meme oleh netizen. Mulai dibandingkan dengan Genie lama di film sebelumnya hingga dikaitkan dengan kemunculan Smith di video Youtube Rewind 2018 yang tak kalah kontroversial.

 

Meme "It's Rewind Time" karena kehadiran Will Smith sebagai Aladdin

 

Tak heran, banyak yang menyangsikan bahwa film ini tak lebih dari sekadar upaya Disney untuk meraup profit dengan nostalgia bersama karakter-karakter seperti Aladdin dan Jasmine juga lagu-lagu legendaris macam “A Whole New World.”

Dengan berbagai kritikan di awal kehadirannya, kira-kira bagaimana Aladdin garapan Guy Ritchie ini mampu menjawab keraguan netizen?

Aladdin Yang Tak Banyak Berubah

Aladdin dan Jasmine yang tengah menjelajah Agrabah

Kalau Anda sudah pernah menonton Aladdin versi animasi, kemungkinan besar Anda akan sangat familiar dengan kisah Aladdin dan lampu ajaibnya. Aladdin (Mena Massoud,) adalah seorang yatim piatu yang sehari-hari hidup dari hasil menjual barang curian. Ditemani monyet peliharaannya, Abu, suatu hari ia bertemu dengan Jasmine (Naomi Scott,) putri Sultan Agrabah yang tengah menyamar di tengah masyarakat karena tak dibolehkan keluar istana oleh ayahnya.

Keduanya pun jatuh hati walau berbeda status. Aladdin bahkan dengan isengnya mencuri gelang Jasmine agar ia bisa mengendap-endap ke istana untuk bertemu dengan Jasmine.

Nahas, setelah bertemu Jasmine, ia dicegat oleh Jafar (Marwan Kenzari,) perdana menteri Sultan yang tengah mencari seseorang yang bisa mengambil lampu ajaib dari dalam gua keramat. Aladdin pun dijanjikan dapat menarik hati Jasmine dengan memberinya kekayaan berlimpah.

Sisanya tak jauh dari kisah Aladdin sebelumnya: Aladdin membebaskan Genie (Will Smith) dari lampu ajaib, meminta agar Genie menjadikannya Pangeran Ali dari Ababwa demi menarik hati Jasmine hingga berebut lampu ajaib dengan Jafar yang ingin menjadi penguasa Agrabah dengan bantuan Genie.

Walau familiar, ada sedikit ubahan cerita di mana peran Jasmine di sini sedikit ditambah. Ia tak lagi hanya menjadi seorang putri sultan yang menunggu pangeran kaya dari kerajaan lain datang untuk melamarnya, tapi juga mempunyai mimpi untuk menjadi sultan demi menyejahterakan rakyat Agrabah. Ubahan ini mungkin dilakukan agar film ini memiliki pesan feminisme yang kuat.

Penuh Kejutan yang Segar

Adegan "A Whole New World" dalam film Aladdin

Plot film ini mungkin tak begitu menarik. Begitu pun dengan alur dan pacing yang mungkin sedikit berantakan dan mungkin akan mengganggu. Namun, ia memiliki berbagai elemen kejutan yang membuatnya mampu berdiri sendiri dan keluar dari bayang-bayang film animasinya. Koreografi tari yang diarahkan Jamal Sims saya acungi 2 jempol. Atraktif, penuh energi, dan benar-benar menarik. Begitupun dengan CGI yang mampu menghidupkan kota Agrabah yang sebelumnya hanya kita bisa lihat di animasi saja.

Scoring dan lagu-lagu kembali digarap Alan Menkin (komposer film Aladdin terdahulu) yang didukung oleh vokal apik dari Mena dan Naomi. Saya masih cukup terkejut bahwa film ini mampu menciptakan daya magis yang sama di lagu “A Whole New World.” Mendengar dan melihat adegan ini akan membuat kita seolah dibawa terbang mengelilingi Agrabah dengan permadani ajaibnya. Bahkan penonton di sebelah saya sempat berteriak kagum ketika menyaksikannya

Dan yang paling mengejutkan bagi saya tentulah Will Smith. Ia mampu menghidupkan film ini lewat perannya. Tak hanya berhasil membaharui karakter Genie yang ikonik lewat suara Robin Williams tanpa berusaha menjadi imitator, ia juga mampu mengurangi rasa bosan saya sepanjang film akibat menyaksikan akting medioker dari pemain lain. Tak hanya berperan apik, beberapa lagu-lagu yang menjadi jatah nyanyi Genie juga mampu dibawakan secara segar olehnya dengan sentuhan hip-hop.

Kesimpulan

Aladdin dan Genie di Gua Keajaiban

Aladdin versi live-action ini bukanlah adaptasi live-action terbaik dari Disney. Kalau dibanding Beauty and the Beast, rasanya film ini punya banyak sekali cela. Tapi Aladdin tetap mampu membawa daya magis besar lewat visual apik dan musikal yang epik. Begitupun penampilan Will Smith yang tak diduga sukses menghidupkan karakter Genie yang saya duga tak akan bisa digantikan selepas wafatnya Robin Williams. Ini bukanlah film bagi Anda yang mengharapkan sesuatu yang baru dari kisah 1001 Malam. Namun saya yakin Anda yang suka atau bahkan belum pernah menonton Aladdin sebelumnya pasti bakal menyukai film ini.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.