Rayakan HUT Ke-150, Tokyo Gelar Perayaan ‘Old Meets New’

Tokyo, JEPANG – Tidak terasa ibukota baru di negeri sakura telah tiga kali berulang tahun emas, dan mengalami berbagai gejolak dunia, setelah berganti nama dari Edo. Perayaan ulang tahun kota Tokyo kali ini cukup meriah dan menarik hampir seluruh sorot mata dunia, perayaan dengan bertajuk 東京150年祭、Old meets New atau “Perayaan 150 tahun Tokyo, Tradisional bertemu Modern”.

Tokyo 150 Anniversary, Old meets New, photo by Nurrudin

Perayaan yang diselenggarakan oleh Tokyo Metropolitan Goverment, menggandeng beberapa pihak terkait dan artis-artis lokal yang menampilkan pertunjukan yang sangat artistik pertunjukan visual dan musik yang jarang sekali dilakukan. Dengan media pancuran air, dan menampilkan waifu sejuta umat yaitu Hatsune Miku, yang menari bebas diiringi alunan musik dan kostum pakaian trend di kota Tokyo selama 150 tahun terakhir.

Perayaan ini digelar selama tiga hari, 26~28 Oktober 2018 kemarin, di Hamarikyuu Imperial Garden, Tokyo. Tiket masuknya pun cukup murah, hanya dengan 300 yen untuk kategori dewasa dan 150 yen untuk anak-anak. Tempat acara dibuka pukul 17.00~21.00 pada hari Jumat,  09.00~21.00 pada hari Sabtu dan Minggu. Tempat pertunjukan yang tidak jauh dari distrik Akiba ini, sangat setrategis sehingga mudah diakses dari jalur kereta manapun. dengan banyaknya pengunjung, bahkan kami menemui wisatawan asing juga disana. Sungguh SPEKTAKULER!

Hatsune Miku, sebagai bintang utama pada malam perayaan ini, ditampilkan secara apik berbalut tren busana kota Tokyo seperti V4X, Bustle dress, High Schoolar girl, Modern Girl, Monpe, Makiko Maki, Sabrina Pants, New Yirk, Tokyo Olympic athelete, Psyche Color & Bell Bottom, Juliana, Akano Usagi, Weeding dress, dan pastinya Yukata. Fashion ini mewakili setiap jaman yang melewati kota Tokyo. 

Selain tata busana, tata visual dan musikal pun tidak kalah menarik, karena dibawakan oleh komposer terkenal seperti Sato Masahiko, Egawa Taiki, Irie Yoko, dan BIGHEAD yang menyajikan lagu setiap era, dengan list sebagai berikut:

  1. Jaman Meiji, sampai awal periode Showa;
    • Tetsudou Shouka (Tokaido ver) (1900)
    • Hana (Taki Tarou) (1900/Meji 33)
    • Suishiei no Kaiken (1910/Meji 43)
    • Kachuusha no Uta (1914/Taishou 3)
    • Tokyo Setsu (pai no pai no pai) (Taisho)
    • Tokyo Shinkoukyoku (1929/ Showa 4)
  2. Awal periode Showa, sampai pada masa selesai perang;
    • A, Sorenanoni (1936/Showa 11)
    • Tokyo Raphsody (1936 (Showa 11)
    • Ringo no uta (1945/SHowa 20)
    • Ginzakan Musume (1949/Showa 24)
    • Tokyo Kid (1950/Showa 25)
    • Tokyo Shoe Shine Boy (1951/Showa 26)
  3. Masa setelah perang, hingga jelang periode bubble economy 1 ;
    • Kimi no Na wa (1953/Showa 28)
    • Yurakuchou de Aimashou (1957/Showa 32)
    • Tokyou da~ Okaa san (1957/Showa 32)
    • Ue o Muite Arukou (1961/Showa 36)
    • Coffe Rumba (1961/Showa 36)
    • Ginza no Koi Monogatari (1961/Showa 36)
  4. Hingga pada Era bubble economy yang kedua;
    • Itsudemo Yume o (1962/ Showa 37)
    • Konnichiwa, Akaa chan (1963/Showa 38)
    • Astro boy (1963/Showa 38)
    • Tokyo Gorin Ondo (1964/Showa 37)
    • Tokyo Olympic Fanfare (1964/Showa 37)
    • March of 365 steps (1968/Showa 43)
Foto: Nurrudin/Nawala Karsa – Tokyo

Setiap lagu tersebut menggambarkan suasana masa itu, ditambah dengan kostum visual garapan TsumiDango, iXima, dan banyak artis lainnya.

Untuk lebih tahu selengkapnya, dapat mengunjungi situs resmi Tokyo150 disini.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.