Eizouken Ni Wa Te Wo Dasu Na! Episode 9: Kerja Demi Comet-A!

Episode sebelumnya menerangkan tentang berhasilnya klub Eizouken menaklukkan festival SMA Shibahama membuat nama klubnya semakin dikenal. Apa proyek mereka selanjutnya?

Sinopsis cerita Eizouken episode 9:

Suksesnya pemutaran anime mecha Eizouken di SMA Shibahama membuat klubnya mulai dikenal setelah orang-orang memesan DVD animenya. Masalah klub peneliti robot meminta klaim hak cipta anime mereka dan profit dari penjualan DVD tersebut, bagi para gadis klub tersebut, tidak perlu dipusingkan lagi. Suatu hari, Sayaka Kanamori merencanakan untuk mendaftarkan klubnya ke perhelatan pasar komik “Comet A”, sebuah event untuk sarana penjualan karya independen, atau doujin; katakanlah seperti Comic Frontier disini. Bersama dengan Midori Asakusa dan Tsubame Mizusaki, mereka berkeliling kota Shibahama demi mendapatkan ide untuk proyek selanjutnya.

Profit pemutaran anime Eizouken masih terbilang dikit!

Sehari setelah pemutaran anime robot Eizouken sukses, tawaran datang dari berbagai klub sekolah untuk dibuatkan animenya. Namun, Sayaka menolak semuanya lantaran profit yang mereka peroleh dari penjualan DVD anime mereka tidaklah banyak. Belum lagi royalti yang harus dibayarkan kepada klub peneliti robot sebagai pemegang hak cipta dari anime tersebut.

eizouken ep 9_1

Dengan dibayarnya uang tersebut, Eizouken telah menguangkan sekitar 20.000 yen untuk kas klubnya. Bagi Sayaka yang mengerti proses produksi dan finansial anime pada umumnya, hasil ini sangatlah kecil dengan usaha yang para gadis telah pertaruhkan dalam proyek mereka. Dengan anime itu saja, satu animator bisa mendapatkan 1.8 juta yen setiap tahunnya jika mengambil upah per jamnya, yaitu 1000 yen.

Dengan ini mereka perlu menjual per kopi 1000 yen di suatu tempat yang mereka perlu membuat sekitar 1780 kopi. Oleh karena itu, Sayaka mengusulkan proyek baru mereka akan dijual di sebuah pasar pop kultur, yaitu Comet-A. Event yang diadakan di Shibahama ini, layaknya Comiket, adalah pasar komik dan doujin diperuntukkan oleh produksi karya independen.

Eizouken jalan-jalan susuri kota Shibahama!

Kota Shibahama merupakan kota yang tidak terlalu padat penduduk, namun selalu mengikuti perkembangan zaman jika dilihat dari infrastrukturnya. Mulai dari jembatan kecil yang sungainya dialihfungsikan sebagai trotoar, sungai yang selalu bersih, dan pengerukan tanah untuk bangunan baru. Seringkali terlihat banyak rumah yang menggantungkan timun untuk makhluk mitos Kappa, sebagaimana kota tersebut mempercayai akan kisah dongeng tersebut.

Makan ramen dengan…nanas dan belimbing?

Tiga gadis Eizouken kemudian turun ke bawah tanah kota menjelajahi beberapa toko yang belum buka sembari berteduh. Mereka akhirnya menemukan kedai ramen yang sangat unik: pakai topping buah! Ketika pertama kali masuk, mereka disambut oleh salah satu pegawainya bernama Kashima yang kebetulan fansnya Tsubame dan menonton pementasan anime robot saat festival SMA mereka.

Mas-mas paruh baya pegawai restoran ramen aneh tersebut terkesima dengan anime para gadis tersebut, dengan memuji kombinasi aksi super robot dengan dasar-dasar desain robot. Ia menjelaskan panjang lebar segala macam detil yang Ia tonton sehingga membuat anak-anak Eizouken merasa bangga sedikit.

Sayaka Kanamori: “Sosmed itu cuma ajang flexing!!

eizouken ep 9_4

Sepulangnya dari makan ramen buah, mereka berjalan kembali untuk balik pulang sembari Sayaka mengecek media sosial. Ia anggap platform tersebut tidaklah menarik dan membosankan, hanya sekedar sarana flexing atau pamer, makanya Ia buat khusus untuk postingan tentang aktivitas klubnya. Termasuk aktivitasnya adalah perbanyak candid shot Tsubame agar dapat menarik banyak perhatian netizen fansnya, yang terbukti manjur.

Sayaka, dalam Episode ke-9 Eizouken, memiliki benak mengenai fasilitas yang disuguhkan media sosial yang Ia manfaatkan untuk menaikkan pamor Eizouken dengan promosi merchandise. Hanya dengan membubuhkan logo klub mereka di atas baju atau barang lainnya, Ia dapat menjualnya seharga 2000 yen per barang, ditambah dengan promosi olehTsubame.

Sayaka berpikir tindakan seperti ini akan memviralkan nama klub mereka ke masyarakat luas, meninggalkan jejak kaki digital yang sangat membekas di internet. Semua usaha ini sebenarnya terinspirasi dari masa kecil Sayaka berkat keuletan dan akal fulus yang Ia kembangkan saat itu.

Masa lalu Sayaka yang mata duitan

Semula, Sayaka pernah membantu sebagai pegawai toko kelontong Furuya milik saudaranya di jalanan kota Shibahama. Toko itu sudah ada sejak beberapa generasi, pada awalnya adalah pemasok sake dan toko roti buatan lokal yang jadi unggulan Shibahama pada era feodal. Namun seiring dengan perkembangan zaman, toko tersebut mulai berubah-ubah sesuai akses transportasi yang lebih memudahkan orang untuk berkunjung ke tokonya.

Akal fulus daripada Sayaka terlihat ditanam disini sehingga dapat memikirkan segala cara untuk membuat suatu barang bisa terjual kepada orang. Bahkan Ia membujuk saudaranya untuk tetap buka meskipun berada di tengah musim dingin dengan diiringi oleh badai salju.

Keriangan Sayaka mencari duit sayangnya harus berakhir lantaran bulan depan, toko tersebut akan menutup bisnisnya. Saudara pengelola toko tersebut mengeluhkan biaya yang membebani kelangsungan toko mereka, seperti restock barang, perbaikan, obat-obatan dan lain sebagainya. Dari situ, Sayaka sadar akan pentingnya mencari cara untuk mendapatkan uang bagaimanapun caranya bahkan sampai melakukan blackmail sekalipun. Beruntung, Midori membawakan sketchbook draft gambarnya sebagai draft awal proyek selanjutnya.

Proyek Eizouken selanjutnya: Serangan UFO Kota Shibahama!

eizouken ep 9_6

Dalam Episode 9 Eizouken, Midori memiliki ide baru. Yaitu memanfaatkan infrastruktur kota Shibahama sebagai kota banteng untuk membendung serangan UFO. Mulai dari mecha yang desainnya terinspirasi dari lingkungan sekitar kotanya hingga pertokoan bawah tanah yang menjelma menjadi menara peluncuran tank. Untuk merealisasikan premis dari, klub peneliti film tersebut memiliki waktu 123 hari sebelum Comet-A agar proyeknya kelar.

Mereka mengusahakan beberapa cara agar publik dapat tertarik membeli karyanya, seperti pitching ke berbagai tokoh masyarakat sekitar kota, merekrut sukarelawan untuk penerangan terhadap proyek tersebut, dan lain sebagainya. Dari Eizouken sendiri, mereka memulai proyeknya seperti layaknya proyek anime mecha terdahulu: animasi CG, storyboard, background art, SFX, dan lain sebagainya.

Bagaimana situasi proyek Eizouken selanjutnya?

eizouken ep 9_7

Soal budget untuk proyek ini, para gadis khawatir akan dana dari penjualan suara kepada umum diserahkan kepada OSIS sebagai pembayaran sewa gedung. Namun, Sayaka telah berhasil membujuk pihak kamar dagang industri Shibahama untuk mendanai proyeknya secara penuh.

Pendanaan ini berkat peran dari pegawai ramen Kashima yang rupanya adalah presiden asosiasi kaum muda Shibahama, yang kebetulan lagi ada proyek revitalisasi kota. Ternyata, alasan mengapa Sayaka mengajak sahabatnya makan di kedai ramen kemarin adalah menemui Kashima dan membantu menelaah ide cerita proyek baru mereka.

Seketika ditanya sampai mana progress animasinya, Midori masih menyusun komposisi storyboard sedangkan Tsubame menggambar model baru berbasis model Adamski. Seperti biasa, Sayaka menilai mereka keterlaluan saking rumitnya storyboard yang dibuat, meski Tsubame mengatakan Ia hampir selesai mendesain modelnya. Namun, Sayaka menyuruhnya untuk membatalkan percobaan tersebut, mengatakan untuk mencoba desain menembak dan hal-hal kecil dibuat sesimpel mungkin agar awam mudah menontonnya.

Soal efek suara yang ditangani Doumeki, Ia masih menerka beberapa SFX yang pas untuk beberapa desain meriamnya. Terkesan bergetar layaknya gabungan kipas angin dengan rantai dibunyikan bersamaan, ditambah dengan generator listrik, mereka anggap efek ini berlebihan, yang membuat Doumeki kesal. Midori, dengan imajimasi luasnya, memperagakan bagaimana sekuensi meriam ditembakkan, dimana efek hentaman tidak perlu dikasih suara tambahan dan mesti kosong setelahnya.

Midori Asakusa: “Konsisten dan Konstruksi dulu!”

eizouken ep 9_8

Sayaka kemudian mengomentarkan soal bagaimana efek suara dipertunjukkan sembari mengonsultasikan dengan Doumeki. Dari momen tersebut, Midori menyadari selama ini proyek yang ia telah kerjakan adalah sebuah pertunjukkan yang telah Ia kerahkan dengan tangan sendiri. Baginya, untuk menggambar sebuah dunia yang luas tak tersentuh, Ia tetap harus mengerahkan imajinasinya sebisa mungkin dengan animasinya.

Hal yang Ia tunjukkan untuk menyempurnakan karyanya adalah kontruksi dan konsistensi, agar performanya bisa terlihat sempurna di mata banyak orang. Performa, menurutnya, adalah sebuah hal yang Ia ingin demonstrasikan seberapa luasnya dunia hasil imajinasinya. Faktor tersebut akan ia taruhkan lebih daripada aspek lainnya, seperti tidak memakai efek laser pada meriamnya. Penjelasan akan hal tersebut adalah, Midori gambarkan beberapa cut ketika UFO jatuh setelah ditembak dari posisi.

Midori menambahkan, meriam yang dipakai adalah senjata energi yang tidak memakai penekanan cahaya. Animasi penembakan meriam ini sangat perlu Ia perhatikan betul-betul agar jelas aksi perangnya, seperti menambahkan cut ketika meriam sudah ditembakkan. Dengan demikian, Ia perlu tekankan kepada efek visual dari penembakan tersebut dari awal sampai akhir, dimana sinergi visual dan suara sangat diperhatikan.

Namun, Midori belum terpikirkan siapakah yang berada dalam UFO dan siapakah pengendali meriam-meriam tersebut. Ia hanya memikirkan sebagai persiapan untuk pasar Comet-A satu hal saja: membuat dunia yang sangat luas dengan imajinasinya.

Itulah penjelasan mengenai Episode ke-9 Eizouken Ni Wa Te Wo Dasu Na! dari Indonesian Otaku. Silahkan baca ulasan dan penjelasan kami lainnya tentang Eizouken di link berikut!


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.