[REVIEW FILM] Godzilla 1954

REVIEW – Di hari kedua (10/12) Pekan Sinema Jepang yang diadakan di Jakarta, saya memutuskan untuk menyaksikan film tokusatsu tahun 1954 berjudul Godzilla. Film karya sutradara Ishiro Honda ini cukup menarik perhatian saya sebab ini merupakan film hitam-putih pertama yang saya tonton. Serta, banyak yang merekomendasikan saya menyaksikan film ini.

Film dengan warna hitam-putih ini, memiliki latar belakang Jepang 10 tahun setelah Perang Dunia kedua. Dimana masyarakat masih ketakutan akan efek dari radiasi Nuklir, yang pernah mereka saksikan kedahsyatannya di Hiroshima, dan Nagasaki.

Film ini bercerita mengenai sebuah kaiju atau monster bernama Godzilla yang terbangun dari tidurnya akibat percobaan nuklir Amerika di Bikini Atoll. Monster yang telah tertidur ribuan tahun tersebut terusik habitatnya dan mulai mengganggu masyarakat.

Godzilla mulai mengganggu masyarakat, dimulai dengan diserangnya kapal-kapal Jepang di perairan Pasifik dekat pulau Odo tanpa sebab yang jelas. Penjaga pantai mengirim sejumlah kapal untuk menginvestigasi kejadian tersebut. Namun naas, kejadian serupa menimpa kapal-kapal tersebut dan hanya menyisakan sejumlah orang selamat.

Di pulau Odo sendiri, masyarakat nelayan tidak mendapatkan ikan akhir-akhir ini. Salah satu warga pulau yang lebih tua menyadari bahwa kejadian ini merupakan perbuatan dari Godzilla.dan ia menjelaskan bahwa dahulu, untuk mengusir monster tersebut, masyarakat harus mengorbankan seorang gadis di pulau itu.

Kabar mengenai Godzilla itu sendiri tersebar dengan luas. Terjadi kepanikan di kalangan masyarakat dan akhirnya dilakukanlah investigasi di pulau tersebut. Para penduduk pulau yang mulai resah akhirnya mengadakan upacara adat demi mengusir monster itu pergi. Sayangnya, Godzilla malah kembali muncul pada saat badai dan menelan korban jiwa dan juga kerusakan materil.

Seorang profesor yang ditugaskan untuk menyelidiki monster tersebut menyadari bahwa Godzilla ‘hidup’ kembali akibat percobaan bom nuklir di Bikini Atoll. Dengan bukti yang ada, ia meyakinkan bahwa Godzilla terbangun dari tidurnya yang panjang karena nuklir.

Bagaimana cara agar Godzilla tersebut dapat dikalahkan? Akankah Jepang akan aman? Untuk kali ini, lebih baik anda harus menonton film ini.

Pendapat Saya

Film produksi Toho Co. ini merupakan breakthrough yang menggemparkan dunia. Bagaimana tidak? Special Effects yang dihadirkan di film tersebut sudah sangat keren pada masanya. Nampaknya Ishiro Honda sangat niat sekali menggarap film ini. Sehingga efek ‘tempelan’ sekaligus nampak sangat nyata dalam film tersebut.

Film ini mengajarkan kita untuk ‘damai’ dengan tidak menggunakan nuklir. Nuklir memang berguna untuk penghematan energi, namun tidak untuk perang. Dan pada saat itu, belum banyak penelitian yang banyak mengenai efek samping penggunaan nuklir, sehingga banyak presepsi yang mengkhawatirkan apabila kita menggunakan nuklir di suatu tempat dan memberi efek seperti ‘membangunkan’ monster yang telah lama tidur ini.

Menurut sejumlah kritikus film, mungkin alasan utama Ishiro Honda membuat film ini adalah agar kita tidak lagi menggunakan nuklir. Sebab, Ishiro sendiri pernah mengabdi selama 6-7 tahun sebagai anggota militer. Dan ia cukup banyak melihat kejadian tersebut terutama mengenai Hiroshima, dan Nagasaki.

Aku tak percaya bahwa Godzilla adalah satu-satunya spesies (Jurassic) yang masih bertahan… Tetapi, jika kita terus mencoba senjata nuklir, kemungkinan akan ada Godzilla lain yang akan muncul kembali di bumi.

– Professor Yamane Kyohei 

Bagi yang ingin menonton film ini, kalian dapat menyaksikannya pada hari Rabu, 12 Desember di Audi 4 CGV Grand Indonesia. Film berdurasi 98 menit ini harus kalian tonton kalau kalian benar-benar pecinta tokusatsu sesungguhnya.


Terima kasih telah membaca artikel Nawala Karsa. Artikel ini kami buat sepenuh hati untuk para pembaca, termasuk kamu!

Dukung Nawala Karsa sebagai media berita independen dan terpercaya kamu dengan memberikan tip melalui Sociabuzz Tribe milik Ayukawa Media. Untuk mengirimkan tip, kamu dapat membuka pranala berikut pranala berikut.